KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2016 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Bambang, M.M.

dokumen-dokumen yang mirip
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2017

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2018

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/KB.400/2/2016 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PERKEBUNAN BERBASIS SPASIAL

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1992 Nomor

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

URGENSI SIPD DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Program Pembangunan Perkebunan 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

2016, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Dalam mensinergikan semua sumberdaya perkebunan, diperlukan reformasi kebijakan yang mengamanatkan adanya 2 prinsip penting dalam pencapaian sasaran strategis nasional diantaranya adalah adanya prinsip anggaran berbasis kinerja dalam proses perencanaan yang partisipatif, serta hubungan baru yang sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan dan pemerintahan. Hubungan baru tersebut dapat berupa penguatan koordinasi dan komunikasi teknis dalam menjalankan amanat pembangunan perkebunan. Rapat koordinasi dan konsultasi pembangunan perkebunan dilaksanakan sebagai sarana koordinasi dan konsultasi untuk sinkronisasi kebijakan, program dan kegiatan Ditjen. Perkebunan serta inventarisasi data-data sumber daya para pemangku kepentingan di pusat dan daerah dalam ruang lingkup pencapaian sasaran strategis nasional. Untuk mengimplementasikan rapat koordinasi dan konsultasi tersebut maka disusunlah Pedoman Umum Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan tahun 2017. Semoga dengan adanya pedoman ini, masing-masing pemangku kepentingan pusat dan daerah dapat lebih saling mengerti dan memahami arti penting koordinasi dalam perencanaan pembangunan perkebunan menuju terlaksananya pembangunan pekebunan yang berdaya saing dan berkelanjutan. Terimakasih. Jakarta, November 2016 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Bambang, M.M. i

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR LAMPIRAN iv I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 2 C. Hasil Yang Diharapkan 3 D. Dasar Hukum 3 II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 5 A. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan 5 B. Organisasi Pelaksana 5 III. RUANG LINGKUP PELAKSANAAN KEGIATAN 6 A. Pelaksana Kegiatan 6 B. Waktu Pelaksanaan 7 C. Peserta Pertemuan 7 D. Tahapan Kegiatan 7 E. Lokasi Kegiatan 8 IV. PEMANFAATAN KEGIATAN 8 V. PEMBINAAN, PENGAWALAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 9 A. Pembinaan, Pengawalan dan Monitoring 9 B. Evaluasi dan Pelaporan 9 VI. PEMBIAYAAN 9 VII. PENUTUP 10 LAMPIRAN-LAMPIRAN 11 iii

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. DAFTAR LAMPIRAN Berita Acara Hasil Rapat Koordinasi Dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 11 Matriks Data Luas Areal Eksisting Tanaman Perkebunan Rakyat 12 Matriks Data Luas Areal Eksisting Perusahaan Perkebunan 13 Matriks Data Potensi Pengembangan Areal Perkebunan 14 Matriks Data Produksi Dan Produktivitas Komoditas Perkebunan Rakyat 15 Matriks Data Produksi Dan Produktivitas Komoditas Perusahaan Perkebunan 16 Matriks Data Ketersediaan Sarana Prasarana Dan Ketenagakerjaan 17 Matriks Data Kelembagaan Perkebunan 18 Matriks Data Volume Ekspor Komoditas Perkebunan 19 Lampiran 10. Matriks Penanganan Kebakaran Lahan Dan Kebun 20 Lampiran 11. Matriks Kondisi Peralatan Pengendalian Lahan Perkebunan 21 Lampiran 12. Matriks Kejadian Bencana Alam di Lahan Perkebunan 22 Lampiran 13. Matriks Identifikasi Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 23 Lampiran 14. Matriks Regulasi Daerah Terkait Perkebunan 25 Lampiran 15. Matriks Kegiatan Pembangunan Berkelanjutan 26 Lampiran 16. Matriks Perkembangan Pembagunan Kebun Untuk Masyarakat oleh Perkebunan Besar 27 iv

Lampiran 17. Matriks Daftar Perusahaan Perkebunan Penerima Izin Usaha Perkebunan (IUP-B, IUP-P dan IUP 28 Lampiran 18. Matriks Daftar Provinsi Pelaksana Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 29 v

vi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya pencapaian tujuan penyelenggaraan perkebunan sebagaimana diamatkan dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak tantangan multidimensi yang harus dikelola dengan baik. Secara garis besar tantangan yang ditemui dalam penyelenggaraan perkebunan antara lain: (1) rendahnya tingkat produktivitas; (2) umur tanaman sudah tua; (3) penggunaan benih yang tidak bersertifikat; (4) kurang kuatnya legalitas kepemilikan lahan; (5) terbatasnya akses terhadap sumber pembiayaan dan sarana produksi; (6) infrastruktur belum memadai; (7) lemahnya kelembagaan petani; (8) lemahnya data dasar perkebunan. Agar tujuan penyelenggaraan perkebunan dapat dicapai maka segala kegiatan pengelolaan perkebunan harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu dengan mensinergikan semua sumberdaya yang dimiliki oleh para pemangku kepentingan perkebunan. Sinergi akan tercipta bila semua pemangku kepentingan perkebunan mempunyai rasa memiliki yang tinggi sehingga secara aktif melibatkan diri dalam segala aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan penyelenggaraan perkebunan. Selain itu, sinergi akan tercipta bila data-data sumber daya yang dimiliki para pemangku kepentingan dapat didokumentasikan dengan baik demikian juga dengan peta permasalahan yang spesifik dihadapi oleh masing-masing pemangku kepentingan dapat diidentifikasi secara rinci sehingga solusi yang komprehensif dapat di implementasikan. Dalam rangka akselerasi penciptaan sinergi sumberdaya antar para pemangku kepentingan, Ditjen. Perkebunan memandang perlunya aspek penguatan koordinasi, pendampingan dan pembinaan pembangunan perkebunan yang sifatnya partisipatif baik di pusat maupun di daerah sehingga tercipta rasa memiliki yang tinggi dari para pemangku kepentingan. Salah 1

satunya melalui kegiatan Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan. Dengan adanya rapat koordinasi dan konsultasi ini diharapkan masing-masing pemangku kepentingan dapat menemukenali segala permasalahan yang selama ini melingkupi kegiatan penyelenggaraan perkebunan dan mencari solusi terkait dalam pembangunan perkebunan ke depan. Pedoman Umum Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 ini diterbitkan untuk dapat menjadi acuan bagi Direktorat Jenderal Perkebunan dan Pemerintah Daerah Provinsi dalam mengadakan Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017. B. TUJUAN Tujuan dilaksanakannya Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 adalah: 1. Menyamakan persepsi dan menselaraskan langkah untuk menyelenggarakan perkebunan; 2. Menginventarisir potensi sumber daya yang dimiliki daerah; 3. Untuk mengevaluasi pelaksanaan program/ kegiatan penyelenggaraan perkebunan di tahun-tahun sebelumnya; 4. Mensosialisasikan program/ kegiatan penyelenggaraan perkebunan tahun 2017 dan persiapan perencanaan program dan kegiatan penyelenggaraan perkebunan tahun 2018; 5. Mengidentifikasi permasalahan daerah dan secara bersama-sama mencari solusi penyelesaiannya; 6. Mensinergikan kebijakan, program dan kegiatan penyelenggaraan perkebunan di pusat dan daerah. 2

C. HASIL YANG DIHARAPKAN Hasil yang diharapkan dari penyusunan pedoman ini adalah: 1. Tersusunnya dokumen peta permasalahan dan rencana kerja penanganan permasalahan per provinsi. 2. Tersedianya dan disepakatinya acuan penyelenggaraan Rapat Koordinasi Pembangunan Perkebunan tingkat provinsi. 3. Terbitnya Nota Kesepahaman antar para pemangku kepentingan perkebunan yang berisi komitmen untuk berperan serta mendukung program dan kegiatan pembangunan perkebunan secara bersama-sama. Berita Acara Kesepakatan sebagaimana terlampir pada Lampiran 1 4. Diperoleh data dan informasi mengenai potensi daerah. D. DASAR HUKUM Dasar hukum dalam penyusunan pedoman ini mengacu pada: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700); 3

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5433); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587); 6. Undang-undang Nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5613); 7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 8. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85); 9. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 10. Kepmentan Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 Tentang Jenis Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 11. Kepmentan Nomor 3599/Kpts/PD.310/10/2009 Tentang Perubahan Lampiran I Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 Tentang Jenis Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura 12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/ OT.010/ 8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. 4

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dan SKPD Provinsi yang membidangi perkebunan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan perkebunan. Prinsip pelaksanaan kegiatan adalah: 1. Berbasis pada kinerja (orientasi outcome); 2. Berkerangka jangka pendek sampai jangka panjang; 3. Keterpaduan top down policy dan bottom up planning; 4. Didukung dengan data analisis situasi wilayah, potensi dan permasalahan; 5. Keselarasan dengan peraturan perundangan terkait; 6. Berbasis pada data statistik dan spasial. B. Organisasi Pelaksana Organisasi pelaksana terdiri atas Tim Pusat dan Daerah. 1. Tim Pusat Pembentukan dan operasional Tim Pusat difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dengan tugas: a) Menyusun Pedoman Umum Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017, yang didalamnya memuat acuan outline pelaksanaan dan outline rencana aksi. b) Memfasilitasi pelaksanaan Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 tingkat nasional c) Melakukan monitoring, koordinasi dengan tim daerah dan evaluasi hasil kegiatan. 5

d) Menyusun dokumen dan rekomendasi tindak lanjut hasil Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 tingkat nasional. 2. Tim Provinsi Pembentukan dan operasional Tim Provinsi difasilitasi oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang membidangi perkebunan dengan tugas: a) Memfasilitasi pelaksanaan Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 tingkat Provinsi. b) Merumuskan permasalahan, strategi operasional, serta hal terkait lainnya yang akan dibahas dalam Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 c) Melakukan pengawalan, koordinasi dan sinkronisasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk memastikan implementasi dari hal-hal yang dirumuskan dan disepakati dalam Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 tingkat provinsi. d) Menyusun dokumen dan rekomendasi tindak lanjut hasil Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 tingkat provinsi. III. RUANG LINGKUP PELAKSANAAN KEGIATAN Ruang lingkup kegiatan Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 dimulai dari rapat koordinasi dan konsultasi lingkup Ditjen. Perkebunan, rapat koordinasi dan konsultasi tingkat nasional, serta rapat koordinasi dan konsultasi tingkat Provinsi. A. Pelaksana Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan dan SKPD provinsi yang membidangi perkebunan 6

B. Waktu Pelaksanaan Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2017. C. Peserta Pertemuan Peserta pertemuan terdiri dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian/ Lembaga terkait lainnya, SKPD terkait di provinsi dan kabupaten/ kota, koperasi, lembaga keuangan, lembaga penelitian, perguruan tinggi/ akademisi, pelaku usaha, perwakilan pekebun dan institusi lain yang terkait sesuai kebutuhan daerah. D. Tahapan Kegiatan Adapun tahapan kegiatan meliputi: 1. Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 lingkup Ditjen. Perkebunan. - Rapat dilakukan di Kantor Pusat Ditjen. Perkebunan oleh Direktur Jenderal dengan Direktur lingkup Ditjen. Perkebunan membahas persiapan rapat tingkat nasional maupun provinsi. 2. Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 Tingkat Nasional - Rapat akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di lokasi yang akan ditetapkan kemudian oleh Tim Pusat untuk memfasilitasi koordinasi dan konsultasi antara Direktur Jenderal Perkebunan dengan Kepala SKPD Provinsi yang membidangi perkebunan. Pada saat pertemuan tersebut disepakati langkah-langkah yang diperlukan dalam penyusunan data-data pembangunan perkebunan dimasing-masing provinsi seperti pada Lampiran 2 sampai dengan Lampiran 17. Data-data tersebut harus tersedia paling lambat bulan Januari 2017. 7

3. Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 Tingkat Provinsi a. Persiapan Persiapan pelaksanaan Rapat meliputi koordinasi dan konsultasi, pengumpulan dan penyusunan data, dan hal lain terkait lainnya. b. Pelaksanaan Rapat dilaksanakan di tiap Provinsi berlokasi di kantor SKPD provinsi yang membidangi perkebunan/ kantor instansi pemerintah lainnya dan dimulai pada bulan Februari 2017. Bentuk acara disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan kesepakatan yang dianggap sebagai komitmen bersama dari peserta rapat untuk membangun perkebunan. c. Penyusunan Dokumen Hasil Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 tingkat provinsi yang berupa komitmen bersama disusun sesuai lampiran 1. E. Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan Tahun 2017 disajikan pada lampiran 18. IV. PEMANFAATAN KEGIATAN Dokumen hasil Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 akan digunakan sebagai: 1. Pemerintah Pusat: a) Acuan penyusunan kegiatan berbasis data spasial b) Sumber data informasi dalam menentukan kebijakan. c) Dokumen penyelenggaraan perkebunan dalam menyusun kegiatan dan anggaran secara berkesinambungan. 8

2. Pemerintah Daerah: a) Dasar perencanaan daerah dalam mengusulkan kegiatan untuk dibiayai APBN/ APBD atau sumber pendanaan lainnya. b) Rujukan daerah dalam menyusun dokumen perencanaan daerah seperti Rencana Strategis Daerah. c) Pendukung data dan informasi terkait RTRW Provinsi/ Kabupaten/Kota. V. PEMBINAAN, PENGAWALAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pembinaan, Pengawalan dan Monitoring Pembinaan kegiatan dilaksanakan secara struktural organisasi untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan program. Ditingkat Pusat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dan ditingkat Provinsi dilakukan oleh Tim SKPD yang membidangi perkebunan di Provinsi. B. Evaluasi dan Pelaporan Tim Daerah membuat dokumen hasil Rakortek Provinsi sebagai dokumen arsip, bahan pelaporan dan evaluasi. Selanjutnya dokumen tersebut disampaikan kepada Direktur Jenderal Perkebunan. Substansi dokumen mencakup: (1) Evaluasi kegiatan tahun sebelumnya; (2) isu-isu strategis; (3) identifikasi potensi wilayah; (4) menetapkan arah kebijakan dan formulasi strategi yang operasional sesuai karakteristik wilayah setempat. VI. PEMBIAYAAN Kegiatan Rapat Koordinasi Teknis Penyelenggaran Perkebunan Tahun 2017 dibiayai dari dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Anggaran 2017 yang dialokasikan di Satuan Kerja provinsi (Tugas Pembantuan). 9

VII. PENUTUP Pedoman Umum Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 ini merupakan acuan bagi pengelola kegiatan di pusat dan daerah dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan sehingga pengelolaan kegiatan dapat berjalan secara lancar, efektif, efisien dan akuntabel. Hal-hal lain yang belum ditentukan dalam pedoman umum ini sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku diatur lebih lanjut pada Juklak yang disusun oleh SKPD Provinsi yang membidangi Perkebunan. 10

Lampiran 1. BERITA ACARA HASIL RAPAT KOORDINASI DAN KONSULTASI PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 Pada hari ini,, tanggal, bulan tahun dua ribu enam belas, telah dilaksanakan Rapat Koordinasi dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 dengan hasil sebagai berikut: I. Nama Provinsi : II. Identitas Penandatangan Hasil Kesepakatan : NO. NAMA JABATAN INSTANSI III. Rencana tindaklanjut : No. PERMASALAHAN URAIAN RENCANA KERJA PENYELESAIAN MASALAH TARGET WAKTU PENYELESAIAN INSTANSI PENANGGUNG JAWAB Demikian berita acara Hasil Rapat Koordinasi Dan Konsultasi Pembangunan Perkebunan Tahun 2017 ini dibuat dan ditandatangani oleh perwakilan instansi penanggungjawab. 1. Perwakilan Kementerian Pertanian.. 2. Perwakilan Kementerian/ Lembaga 3. Perwakilan Pemerintan Provinsi 4. Perwakilan Pemerintah Kabupaten/Kota 5. Dan sebagainya (.) Jabatan (.) Jabatan (.) Jabatan (.) Jabatan (.) Jabatan 11

Lampiran 2. MATRIKS DATA LUAS AREAL EKSISTING TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT PROVINSI LUAS AREAL KECAMATAN KOMODITAS DATA TABULAR (Hektar) TM TBM TTR T-3 T-2 T-1 T-3 T-2 T-1 T-3 T-2 T-1 DATA SPASIAL KET. Keterangan: - Untuk kolom data spasial, bila sudah tersedia disampaikan sebagai data dukung. Bila tidak tersedia, uraikan rencana kerja untuk penyusunan data spasial luas areal eksisting tanaman perkebunan 12

Lampiran 3. MATRIKS DATA LUAS AREAL EKSISTING PERUSAHAAN PERKEBUNAN PROVINSI LUAS AREAL NAMA PERUSAHAAN KOMODITAS DATA TABULAR (Hektar) TM TBM TTR T-3 T-2 T-1 T-3 T-2 T-1 T-3 T-2 T-1 DATA SPASIAL KET. Keterangan: - Untuk kolom data spasial, bila sudah tersedia disampaikan sebagai data dukung. Bila tidak tersedia, uraikan rencana kerja untuk penyusunan data spasial luas areal eksisting tanaman perkebunan 13

Lampiran 4. MATRIKS DATA POTENSI PENGEMBANGAN AREAL PERKEBUNAN PROVINSI LUAS AREAL KECAMATAN KOMODITAS DATA TABULAR (Hektar) DATA SPASIAL KETERANGAN Keterangan: - Untuk kolom data spasial, bila sudah tersedia disampaikan sebagai data dukung. Bila tidak tersedia, uraikan rencana kerja untuk penyusunan data spasial luas areal eksisting tanaman perkebunan 14

Lampiran 5. MATRIKS DATA PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOMODITAS PERKEBUNAN RAKYAT PROVINSI PRODUKSI (TON) PRODUKTIVITAS (TON/HA) KECAMATAN KOMODITAS KET. T-3 T-2 T-1 T-3 T-2 T-1 15

Lampiran 6. MATRIKS DATA PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOMODITAS PERUSAHAAN PERKEBUNAN PROVINSI PRODUKSI (TON) PRODUKTIVITAS (TON/HA) KECAMATAN KOMODITAS KET. T-3 T-2 T-1 T-3 T-2 T-1 16

Lampiran 7. MATRIKS DATA KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA DAN KETENAGA KERJAAN PROVINSI. NO. JENIS DATA JENIS SARANA/KETENAGAKERJAAN VOLUME KONDISI KET. 1. Sumber air -irigasi (unit) -embung(unit) -sumur(unit) -Lain-lain 2. Sarana prasarana jalan -jalan produksi atau jalan usaha tani (km) 3. Sarana perbenihan -Kebun entres (ha) -Kebun induk (ha) 4. Sarana perlindungan -LL -LUPH -Sub lab hayati -Brigade proteksi -Brigade kebakaran -Lain-lain 3. Tenaga kerja -petani/pekebun (orang atau kelompok tani) -tenaga harian/kontrak(orang) -lain-lain 4. Penangkar benih -jumlah penangkar benih (orang) 5. Petugas perkebunan -PBT (orang) -POPT( orang) -penyuluh (orang) Catatan: - Kolom kondisi berisi deskripsi tentang jenis sarana/ketenagakerjaan. Bila deskripsi bersifat negatif maka pada kolom keterangan diisi dengan rencana kerja untuk memperbaiki kondisi dari jenis sarana/ketenagakerjaan. 17

Lampiran 8. MATRIKS DATA KELEMBAGAAN PERKEBUNAN PROVINSI.. NO. JENIS DATA JENIS KELEMBAGAAN VOLUME KONDISI KET. 1. Kelembagaan petani -jumlah gapoktan (unit gapoktan) -jumlah kelompok tani (unit KT) 2. Kelembagaan pembiayaan -jumlah koperasi (unit) -jumlah BPR(unit) -jumlah bank pemerintah(unit) -jumlah bank swasta(unit) -jumlah LKMA(unit) 3. Kelembagaan pemasaran -jumlah pasar (unit) -jumlah supermarket/kios(unit) -jumlah STA (unit) -jumlah TA (unit) -jumlah pasar tani (unit pasar) -jumlah eksportir (unit eksportir) 4. Kelembagaan sarana -jumlah kios alsintan (unit) -jumlah kios saprotan (unit) -jumlah pengolahan/uph (unit) 18

Lampiran 9. MATRIKS DATA VOLUME EKSPOR KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI.. NO. KOMODITAS VOLUME EKSPOR (Ton) JENIS BARANG EKSPOR KETERANGAN 1. 19

Lampiran 10. MATRIKS PENANGANAN KEBAKARAN LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI. NO KABUPATEN KOMODITAS LUAS KEBAKARAN (HA) LUAS PENGENDALIAN KEBAKARAN (HA) T-3 T-2 T-1 T-3 T-2 T-1 PBN/PBS PR PBN/PBS PR PBN/PBS PR PBN/PBS PR PBN/PBS PR PBN/PBS PR Keterangan: PBN/PBS : Perkebunan Besar Negara/Perkebunan Besar Swasta PR : Perkebunan Rakyat 20

Lampiran 11. MATRIKS KONDISI PERALATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI. No BRIGADE KTPA KETERANGAN 1. 21

NO KABUPATEN 1. Lampiran 12. MATRIKS KEJADIAN BENCANA ALAM DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI. KEJADIAN BENCANA ALAM T-3 T-2 T-1 LUAS LAHAN PERKEBUNAN TERDAMPAK (HA) BESARAN KERUGIAN (Rp) UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN PEMDA LUAS LAHAN PERKEBUNAN TERDAMPAK (HA) BESARAN KERUGIAN (Rp) UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN PEMDA LUAS LAHAN PERKEBUNAN TERDAMPAK (HA) BESARAN KERUGIAN (Rp) UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN PEMDA KETERANGAN 22

Lampiran 13. MATRIKS INDENTIFIKASI GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK PERKEBUNAN PROVINSI NO. PELAPOR URAIAN SINGKAT PERMASALAHAN JENIS GUP UPAYA PENANGANAN REKOMENDASI TINDAK LANJUT KETERANGAN PERIZINAN LAHAN NON-LAHAN JALUR HUKUM MEDIASI *) dimediasi oleh... pada tanggal... 1. *) Diisi rincian permasalahan *) Diisi rincian permasalahan *) Diisi rincian permasalahan *) proses peradilan *) Kasus selesai, dalam proses, pending, belum ditangani 2. CATATAN: Tipologi Kasus Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan 1. Tipologi GUKP Lahan, a.l: a. Penggunaan tanah adat/ulayat tanpa persetujuan pemuka adat/masyarakat; b. Belum selesainya penetapan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi/Kabupaten/Kota; c. Okupasi/penyerobotan lahan pelaku usaha perkebunan oleh masyarakat; d. Tumpang tindih lahan perkebunan dengan kawasan pertambangan; e. Terjadinya tumpang tindih lahan karena izin baru; f. Proses penerbitan HGU tidak sesuai peraturan perundangan; g. Tuntutan masyarakat terhadap tanah yang sedang dalam proses HGU h. Belum dilakukannya ganti rugi lahan/ganti rugi tanam tumbuh, tetapi usaha perkebunan sudah operasional; i. Tanah masyarakat yang diambil alih perusahaan; j. Kebun plasma yang menjadi agunan kredit diperjualbelikan oleh petani tanpa sepengetahuan perusahaan/bank; k. Tuntutan masyarakat terhadap kebun plasma yang telah dijanjikan tidak dipenuhi perusahaan; l. Masyarakat menuntut pengembalian tanah yang sudah dilakukan ganti rugi perusahaan; m. Izin Lokasi sudah berakhir dan tidak dilakukan pembaharuan/perpanjangan; n. Terhadap HGU yang diperpanjang, masyarakat menuntut pengembalian kembali lahannya; 23

o. Masyarakat menuntut lahan perusahaan untuk dimiliki/dikuasai; p. Luas lahan plasma tidak sesuai dengan penetapan jumlah calon petani peserta oleh Bupati; q. Lahan yang ditelantarkan oleh perusahaan; r. Pelaku usaha perkebunan tidak menyelesaikan perolehan hak atas tanah; s. Tanah-tanah perkebunan HGU dituntut untuk diserahkan kepada kelompok masyarakat tertentu dengan dasar tanah ulayatnya. 2. Tipologi GUKP Kehutanan, a.l: a. Pelaku usaha perkebunan diberikan Izin usaha perkebunan berdasarkan RTRWP/RTRWK, namun lokasi usaha perkebunan berdasarkan Peta Kawasan Hutan berada pada Kawasan Budidaya Kehutanan; b. Pelaku usaha perkebunan membuka Kawasan Hutan sebelum ada Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan; c. Pelaku usaha perkebunan memperoleh hak atas tanah sesuai peraturan, namun lokasi usaha perkebunan berdasarkan Peta Kawasan Hutan berada pada Kawasan Hutan. 3. Tipologi GUKP Non Lahan, a.l: a. Pelaku usaha perkebunan tidak memiliki izin usaha perkebunan; b. Tuntutan masyarakat atas pembangunan kebun plasma 20% dari areal yang diusahakan oleh perusahaan (Permentan No.26 Th.2007 jo Permentan 98/2013) c. Petani/pekebun tidak mampu dan/atau tidak ada keinginan membayar/melunasi kredit; d. Penetapan harga/pembelian hasil panen tidak sesuai keinginan pekebun; e. Masyarakat menolak pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit karena dipengaruhi oleh LSM dan pihak ketiga lainnya (oknum); f. Pengerusakan tanaman dan aset perkebunan; g. Penjarahan dan pencurian produksi; h. Masyarakat Ingin ikut serta sebagai peserta plasma; i. Keterlambatan konversi kebun petani peserta/plasma; j. Wanprestasi/ingkar janji kemitraan usaha perkebunan antar pelaku usaha perkebunan; k. Penerbitan Izin Usaha Perkebunan yang belum/tidak sesuai ketentuan; l. Pembangunan kebun melebihi areal yang diizinkan. m. Pembagian sisa hasil usaha tidak proporsional. 24

MATRIKS REGULASI DAERAH TERKAIT PERKEBUNAN PROVINSI.. NO. JENIS REGULASI CAKUPAN PENGATURAN REGULASI REGULASI LAIN YANG DIBUTUHKAN 1. Lampiran 14. KETERANGAN 25

Lampiran 15. MATRIKS KEGIATAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PROVINSI.. NO. JENIS KEGIATAN ADA/ TIDAK (Jika ada, Sebutkan bentuk implementasi kegiatannya ) IMPLEMENTASI KEGIATAN KOMODITAS RENCANA PENGEMBANGAN KEDEPAN RENCANA KEGIATAN RENCANA ANGGARAN KETERLIBATAN SEKTOR/ SUB SEKTOR KET. 1. Pengembangan produk INDIKASI GEOGRAFIS (IG) 2. Pengembangan DESA ORGANIK 3. Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Perkebunan (Masterplan/ Rencana Aksi) 4. Pengembangan AGRIBISNIS PEDESAAN 5. Pengembangan AGROWISATA 6. Pengembangan product specialty 7. Lain-lain 26

Lampiran 16. MATRIK PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN KEBUN UNTUK MASYARAKAT OLEH PERKEBUNAN BESAR NO AVALIS PEMBANGUNAN KEBUN BAGI MASYARAKAT NAMA IUP/IUP-B NAMA LOKASI JUMLAH LUAS LUAS KONDISI KEBUN pencapaian KET PERKEBUNAN BESAR LUAS REAL- ISASI KOPERASI DESA ANG- GOTA TARGET REAL- ISASI PL TBM TM Realisasi (Ha) (Ha) KEL. TANI KECAMATAN KK (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 dari IUP (%) 27

Lampiran 17. REKAPITULASI DAFTAR PERUSAHAAN PERKEBUNAN PENERIMA IZIN USAHA PERKEBUNAN (IUP-B, IUP-P, DAN IUP) NO. NAMA PERUSA- HAAN KABUPATEN PEMBERI IUP NO/TGL IUP JENIS IUP LUAS (HA) Total Luas KOMODITI TM TBM TTR 1 2 3 4 5 6 7 8 28

Lampiran 18. DAFTAR PROVINSI PELAKSANA RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TAHUN 2017 NO PROVINSI 1 JAWA BARAT 2 JAWA TENGAH 3 DI YOGYAKARTA 4 JAWA TIMUR 5 ACEH 6 SUMATERA UTARA 7 SUMATERA BARAT 8 RIAU 9 JAMBI 10 SUMATERA SELATAN 11 LAMPUNG 12 KALIMANTAN BARAT 13 KALIMANTAN TENGAH 14 KALIMANTAN SELATAN 15 KALIMANTAN TIMUR 16 SULAWESI UTARA 17 SULAWESI TENGAH 18 SULAWESI SELATAN 19 SULAWESI TENGGARA 20 MALUKU 21 BALI 22 NUSA TENGGARA BARAT 23 NUSA TENGGARA TIMUR 24 PAPUA 25 BENGKULU 26 MALUKU UTARA 27 BANTEN 28 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 29

NO 29 GORONTALO 30 KEPULAUAN RIAU 31 PAPUA BARAT 32 SULAWESI BARAT 33 KALIMANTAN UTARA PROVINSI 30