BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara job..., Putriani Pradipta Utami Setiawan, FISIP Universitas UI, 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources)

BAB I PENDAHULUAN. Brand bukanlah sekedar nama atau simbol. Tetapi lebih kepada aset perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang penting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kekuatan dalam memproduksi barang atau jasa sesuai dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting utama dalam organisasi. Di era

BAB V PENUTUP. Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dari analisis berbagai data dan fakta yang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sangat berperan dalam usaha organisasi dalam mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan. perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan organisasi lain sehingga dapat terus mengembangkan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami. kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di semua aspek kehidupan manusia karena berbagai permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

paradigma, salah satunya adalah pelaksanaan otonomi daerah. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari peran karyawannya. Karyawan dalam suatu perusahaan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang yang berperan didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain adalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat pasar bebas berkembang kian pesat, mendorong setiap perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial menjadi kebutuhan organisasi atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. diperlukan, maka individu dalam organisasi memerlukan perilaku untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era globalisasi aktivitas bisnis saat ini, dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kinerja, kesuksesan, dan kefektifan organisasi. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. SDM merupakan salah satu faktor produksi yang harus dikelola dengan baik,

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek penting yang menentukan keefektifan suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tidak perlu ada organisasi. Tujuan organisasi bermacam-macam, tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan sumberdaya manusia yang berkualitas saat ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara tim. Efektivitas dan kinerja

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULIAN. di bidang pendistribusian BBM atau SPBU, dimana pekerjaan serta lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus diperhatikan, dijaga dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, perkembangan sangat pesat di segala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia melakukan perbaikan dengan program SPBU Pasti Pas!.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akan menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DENGAN PRESTASI KERJA.

BAB 3. Metodologi Penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, Metode ini digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri harus mampu bersaing dengan perusahaan asing yang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Industri jasa pengiriman barang di Indonesia, saat ini dihadapkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi yang pengelolaannya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya tanpa adanya perusahaan sebagai tempat mencari nafkah sekaligus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan bisnis transportasi yang kian meningkat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang sangat penting karena faktor manusia sangat berperan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Tingkat Konsumsi BBM. Sumber: Kementrian ESDM

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SPBU berdiri pada awal tahun 2005 tepatnya pada tanggal 02 Februari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karyawan yang tidak puas dengan kerja mereka cenderung kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting disamping sumber-sumber daya lain yang dimiliki

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. Hunt et al. (2000) menyatakan bahwa ekonomi global sedang dipenuhi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia harus meningkatkan daya saingnya, agar mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan swasta lainnya. Pergantian undang-undang tersebut telah mengubah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dunia saat ini diantaranya berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di dalam negeri namun saat ini sudah merambah ke luar negeri.

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh orang yaitu karyawan dalam organisasi dapat memberikan sesuatu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Dapat diartikan bahwa pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bisa bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI PT. PERTAMINA (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan manufaktur, persediaan di perusahaan jasa pun merupakan asset

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah aset

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan yang tidak bisa ditawar bagi para pelaku ekonomi maupun industri. Perusahaan harus dapat beradaptasi dengan perubahan dan mengikuti perkembangan lingkungan yang ada, agar dapat mempertahankan eksistensinya dan mampu bersaing dengan kompetitornya. Dalam situasi demikian, perusahaan diharapkan dapat mempersiapkan strategi yang tepat sehingga mampu memanfaatkan peluang dan siap menghadapi tantangan yang selalu bermunculan. Sudah banyak perusahaan-perusahaan yang gagal dalam menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi saat ini. Ada dua pilihan, mereka tertinggal dari pesaingpesaingnya dan mati. Namun sebaliknya, banyak perusahaan yang akhirnya besar karena terus berinovasi menyongsong perubahan. Salah satu langkah pengelolaan SDM dalam sebuah perusahaan adalah melakukan transformasi atau perubahan. Banyak pengertian tentang transformasi, namun dari berbagai pengertian tersebut transformasi dapat disimpulkan sebagai suatu proses perubahan dari suatu kondisi ke kondisi lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Transformasi organisasi akan membawa organisasi dari bentuk dan sistem yang lama ke bentuk dan sistem yang baru. Perubahan ini bisa bermakna luas. Keinginan untuk berubah bisa berasal dari luar perusahaan, salah satu wujudnya adalah berupa persaingan dengan perusahaan lain atau merupakan dorongan dalam diri perusahaan tersebut untuk mencapai suatu situasi yang lebih baik. Transformasi organisasi senantiasa diawali oleh 1

2 suatu kebutuhan yang berkaitan dengan tuntutan bisnis. Perubahan tersebut pada umumnya digunakan sebuah perusahaan untuk berbagai alasan misalnya ketika sebuah perusahaan mengenalkan aturan baru, sasaran baru, strategi baru, dan pernyataan visi misi perusahaan (http://www.listrikindonesia.com/transformasi_organisasi menyulap_perusahaan_agar_b ertahan_315.html). Dalam kondisi saat ini organisasi memang harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi global. Jika tidak segera berubah maka organisasi atau perusahaan bisnis akan tertinggal jauh oleh pesaing-pesaingnya. Transformasi merupakan perubahan besar yang harus dilakukan perusahaan untuk tetap bisa bersaing dalam era kompetisi global. Atas dasar tuntutan inilah, banyak perusahaan termasuk BUMN yang mencanakan proses transformasi perusahaan, salah satunya adalah PT. Pertamina (Persero). PT. Pertamina (Persero) adalah perusahan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) dan memiliki ruang lingkup usaha di bidang hulu dan hilir. Bisnis sektor hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi yang dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sedangkan bisnis di sektor hilir meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah (refinery), pemasaran dan niaga produk-produk hasil minyak dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk-produk perusahaan (Kuncoro dkk, 2009). Sebelum dikeluarkannya UU Migas 22/2001, posisi Pertamina dalam industri migas di Indonesia adalah sebagai regulator sekaligus pemain. Pertamina berperan sebagai pengatur dan pelaksana industri hulu sekaligus berperan sebagai pengatur dan pemain industri hilir. Perubahan mendasar bagi Pertamina setelah terbitnya UU Migas 22/2001 adalah dilepaskannya peran regulator menjadi hanya salah satu pemain dalam industri migas di Indonesia. Tonggak (milestone) ini bisa disebut sebagai era persero bagi Pertamina. Perubahan status Pertamina menjadi Persero bertujuan untuk menciptakan

3 perusahaan yang efisien dan kompetitif. Bentuk Persero diharapkan membuat Pertamina lebih fleksibel dalam menata usaha. UU Migas 22/2001 telah mengubah situasi dan kondisi bisnis perminyakan dan gas bumi di Indonesia. Dengan adanya Undang-Undang tersebut terjadi perubahan bisnis yang dijalankan Pertamina di sektor hulu. UU Migas 22/2001 mengaharuskan Pertamina lebih berkonsentrasi pada bidang hilir, meskipun bidang hulu tak sepenuhnya ditinggalkan. Menurut UU Migas 22/2001 sektor hulu menjadi bagian dari BP Migas, sehingga peran Pertamina di bidang hulu agak berkurang. Sementara itu dibidang hilir, menurut UU Migas 22/ 2001 memungkinkan masuknya perusahaan minyak non-pertamina untuk ikut dalam bisnis di bidang hilir minyak dan gas bumi. Dengan adanya undang-undang tersebut, masuklah beberapa perusahaan asing seperti Shell dan Petronas dalam distribusi bahan bakar minyak kepada masyarakat luas. Perusahaan-perusahaan asing tersebut diizinkan untuk membuka SPBU di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya. PT Pertamina tidak lagi memegang hak tunggal sebagai penyalur BBM kepada masyarakat luas, kini PT Pertamina harus berkompetisi dengan perusahaan asing tersebut dalam distribusi penyaluran BBM. Sesuai dengan ketentuan dalam UU Migas yang baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industi migas dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar. Pemberlakuan dari UU Migas 22/2001 lebih condong untuk mendukung kebijakan liberalisasi pasar migas domestik dan akibatnya pasar migas di Indonesia sangat terbuka bagi perusahaan-perusahaan global yang ingin memasuki industri migas Indonesia. Hal ini pula yang menyebabkan perubahan status Pertamina yang tadinya sebagai regulator menjadi pemain yang berkompetisi secara langsung dengan kompetitor lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut membuat

4 Pertamina harus melakukan suatu transformasi agar dapat bersaing dengan pemain-pemain lainnya (Kuncoro dkk, 2009). Agenda Transformasi Pertamina diantaranya adalah: Perubahan paradigma manajemen dan sumber daya manusia; Transformasi kegiatan usaha di sektor hulu sebagai penghasil pendapatan utama perusahaan; Transformasi kegiatan usaha di sektor hilir sebagai ujung tombak perusahaan dalam berinteraksi dengan konsumen; Transformasi restrukturisasi korporat (Keuangan, SDM, Hukum, IT, dan Administrasi Umum) termasuk penanganan asset. Pertamina membentuk sub holding salah satu anak perusahaan baru, yaitu Pertmaina EP untuk seluruh kegiatan hulu yang mempunyai tugas mencari ladang minyak baru, mengembangkan ladang minyak tersebut, dan memproduksi minyak dari ladang minyak tersebut. Perubahan struktural ini dilakukan PT Pertamina (Persero) sebagai follow up dari perubahan kebijakan yang terjadi di sektor hulu. Sedangkan di sektor hilir, PT Pertamina (Persero) mengkampanyekan program Pasti Pas pada masyarakat dan melaksanakan sertifikasi Pasti Pas untuk SPBU yang ada di Indonesia sebagai upaya perbaikan kualitas pelayanan SPBU kepada konsumen. Perubahan paradigma sumber daya manusia (SDM) meupakan salah satu agenda dalam transformasi Pertamina. Hal ini ditandai dengan berubahnya konsep Human Resource menjadi Human Capital dalam tubuh Pertamina. Konsep Human Capital memandang pekerja atau karyawan sebagai asset yang harus dipertahankan dan dikembangkan dengan efektif. Konsep Human Capital membuat Pertamina lebih mengembangkan karyawannya daripada mencari karyawan baru yang sudah berkembang. Konsep ini menekankan pentingnya knowledge dan skill yang diinvestasikan pada para karyawan PT. Pertamina (Persero). Knowledge dan skill itulah yang nantinya akan meningkatkan competitive advantage Pertamina.

5 Dengan adanya perubahan kebijakan dan agenda transformasi PT Pertamina (Persero), situasi kerja karyawan menjadi lebih unpredictable, diikuti pula dengan mudah berubahnya design kerja karyawannya. Hal ini menyebabkan perilaku yang menjadi tuntutan perusahaan saat ini bukan hanya perilaku karyawan yang sesuai dengan job description atau in-role saja, tetapi juga perlu dikembangkan perilaku tambahan (extrarole). Perilaku extra-role ini disebut dengan perilaku kewargaorganisasian (Syahril, 2007; Widyarini, 2011). Dalam literatur asing, perilaku kewargaorganisasian disebut sebagai organizational citenship behavior (OCB). Perilaku ini cenderung melihat karyawan sebagai makhluk sosial yang menjadi bagian/anggota perusahaan, dibandingkan sebagai makhluk individual yang mementingkan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai kemampuan untuk memiliki empati kepada orang lain dan lingkungannya serta menyelaraskan nilai-nilai yang dianutnya dengan nilai-nilai yang dimiliki lingkungannya untuk menjaga dan meningkatkan interaksi sosial yang lebih baik. Terlebih lagi, untuk melakukan segala sesuatu yang baik manusia tidak selalu digerakkan oleh hal-hal yang menguntungkan dirinya, misalnya seseorang mau membantu orang lain jika ada imbalan tertentu. Jika karyawan dalam perusahaan memiliki tingkat perilaku kewargaorganisasian yang tinggi, maka usaha untuk mengendalikan karyawan akan menurun, karena karyawan dapat mengendalikan perilakunya sendiri atau mampu memilih perilaku yang terbaik untuk kepentingan organisasinya. Penelitian yang dilakukan Smith dkk (1983) mengidentifikasikan tiga kategori perilaku karyawan yang diperlukan agar perusahaan berfungsi dengan baik, efektif, dan efisien yaitu: (a) Karyawan harus berada dalam sistem, melalui proses rekruitmen, rendahnya absensi, dan turn over. (b) Karyawan melakukan peran yang diminta sesuai dengan deskripsi tugasnya dengan memenuhi standar kualitas maupun kuantitas yang

6 ditetapkan. (c) Menunjukkan perilaku inovatif dan spontan di luar deskripsi peran yang ditetapkan untuk mencapai tujuan, antara lain mau bekerja sama dengan rekan kerja, melindungi sumber daya perusahaan, memberikan saran yang konstruktif bagi peningkatan kinerja departemen atau perusahaan secara umum, meningkatkan kemampuan pribadi melebihi yang diisyaratkan oleh organisasi, dan menciptakan iklim yang baik bagi organisasi di lingkungan luar. Kategori pertama dan kedua di atas disebut sebagai in role behavior sedangkan kategori yang terakhir sering disebut sebagai extra role behavior, atau biasa disebut juga perilaku kewargaorganisasian atau organizational citizenship behavior. Borman dan Motowido (1993) mengatakan bahwa perilaku kewargaorganisasian dapat meningkatkan kinerja organisasi karena perilaku ini merupakan pelumas dari mesin sosial dalam perusahaan, dengan kata lain dengan adanya perilaku kewargaorganisasian maka interaksi sosial antar karyawan menjadi lancar, mengurangi terjadinya perselisihan, dan meningkatkan efisiensi kerja. Perilaku kewargaorganisasian muncul karena perasaan sebagai anggota perusahaan dan merasa puas apabila dapat melakukan sesuatu yang lebih kepada perusahaan. Podsakoff dkk (2000) menyebutkan kesimpulan tentang beberapa penelitian yang berkaitan dengan perilaku kewargaorganisasian, yaitu: (a) Perilaku kewargaorganisasian meningkatkan produktivitas rekan kerja. (b) Perilaku kewargaorganisasian meningkatkan kinerja manajer. (c) Perilaku kewargaorganisasian menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan perusahaan secara keseluruhan. (d) Perilaku dapat menjadi sarana efektif untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan kelompok kerja. (e) Perilaku kewargaorganisasian meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebuah organisasi tidak akan dapat efektif dan efisien apabila hanya mengandalkan pada perilaku-perilaku yang ada dalam deskripsi pekerjaan saja (in role). Karyawan diharapkan mau berperilaku

7 melebihi apa yang ada dalam deskripsi pekerjaannya yaitu perilaku extra role atau perilaku kewargaorganisasian. Teori pertukaran sosial (social exchange theory) dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya memunculkan perilaku kewargaorganisaian karyawan dalam sebuah perusahaan. Teori pertukaran sosial memandang hubungan karyawan dan perusahaan sebagai hubungan timbal balik. Organisasi akan memberikan penghargaan kepada karyawan dan kondisi kerja yang baik, dengan harapan akan adanya loyalitas dan usaha kerja yang lebih dari karyawan. Ketika karyawan merasa telah didukung dan diperlakukan dengan baik oleh organisasi, maka akan muncul perasaan kewajiban (felt obligation) dalam diri mereka untuk membalas perlakuan baik yang mereka terima dari organisasi. Timbal balik ini dilakukan baik oleh organisasi maupun karyawan, suatu perlakuan baik yang diterima salah satu pihak harus dibalas, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Usaha lebih dan loyalitas karyawan akan ditukarkan dengan keuntungan tangible (gaji atau jaminan sosial) dan pemenuhan kebutuhan sosioemosional (kepercayaan diri, pengakuan, dan dihargai) yang diterima oleh karyawan dari organisasinya. Perlakuan-perlakuan dari organisasi yang diterima oleh karyawan ditangkap sebagai stimulus yang diorganisir dan diinterpretasikan menjadi persepsi atas dukungan organisasi. Persepsi ini menumbuhkan tingkat kepercayaan tertentu dari karyawan atas penghargaan yang diberikan organisasi terhadap kontribusi mereka dan perhatian organisasi terhadap kehidupan mereka (Eisenberger dkk, 1986). Penelitian yang dilakukan Konovsky dan Pugh (1994) mengungkap bahwa ketika karyawan telah puas terhadap pekerjaannya, mereka akan membalasnya. Pembalasan dari karyawan tersebut termasuk perasaan saling memiliki (sense of belonging) yang kuat terhadap organisasi dan perilaku prososial seperti perilaku kewargaorganisasian. Organisasi yang dipersepsikan baik oleh karyawan akan membuat mereka merasa

8 berkewajiban untuk memberi imbal baliknya (reciprocity). Ada perasaan hutang budi kepada organisasi yang harus dibalas. Mereka akan membalasnya dengan bekerja lebih dari yang seharusnya dapat mereka kerjakan. Salah satu perilaku balasan yang ditunjukkan karyawan kepada organisasinya tersebut adalah perilaku kewargaorganisasian. Berdasarkan penjelasan di atas maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan antara persepsi dukungan organisasi dengan perilaku kewargaorganisasian pada karyawan PT Pertamina (Persero). B. Tujuan Penelitian Berangkat dari latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara persepsi terhadap dukungan organisasi dengan perilaku kewargaorganisasian. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dan manfaat yang besar antara lain: 1. Secara Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya penelitian dalam ilmu psikologi industri dan organisasi, khususnya mengenai perilaku kewargaorganisasian. 2. Manfaat Praktis Bagi organisasi, hasil penelitian ini dapat digunakan dalam upaya meningkatkan perilaku kewargaorganisasian karyawan, sehingga perusahaan dapat berfungsi dengan baik, efektif, dan efisien.