Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN KADER DALAM PENINGKATAN STRATA PELAYANAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

BAB 7 KESIMPULAN dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN, ) di bidang kesehatan yang mencakup programprogram

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI ANAK USIA BALITA (0-59 BULAN) DI POSYANDU RW 15 KELURAHAN CICADAS KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS I SD NEGERI 5 BANDA ACEH. Nova Rizki, Awaluddin,Tursinawati.

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU BALITA DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011

1. Puskesmas Punggur, Kabupaten Lampung Tengah 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Bandar Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

PENERAPAN SISTEM INFORMASI POSYANDU MAWAR KELURAHAN SIMPANG EMPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan gizi terutama pada anak-anak akan mempengaruhi

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

KUESIONER UNTUK KADER

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1tahun) usia

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi oprasional dalam penelitian ini perlu dikemukakan untuk menghindari

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

Transkripsi:

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung Roida Sihombing 1, Anni Sinaga 1 & Sari Sarce A. 1* 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung Abstrak Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat gizi, dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai srategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat. Gangguan gizi pada awal kehidupan mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kualitas kecerdasan dan perkembangan dimasa mendatang. Oleh karena itu, peran makanan yang bernilai gizi tinggi sangat penting. Dalam hal ini pemerintah mengadakan pelayanan Posyandu sebagai wadah bagi masyarakat dalam mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balitanya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah 80 responden. Dari hasil analisa data menunjukan bahwa upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita sebelum hari Posyandu yaitu hampir setengahnya dari responden (40%) berupaya kurang, saat hari Posyandu yaitu hampir setengahnya dari responden (46%) berupaya kurang, setelah hari Posyandu yaitu hampir setengahnya dari responden (46%) berupaya cukup. Dengan data dasar dari penelitian ini Puskesmas dapat menentukan kebijakan-kebijakan seperti melakukan pelatihan atau pendidikan kesehatan kepada kader Posyandu untuk meningkatkan pelaksanaan upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung. Kata kunci: Status Gizi, Balita, Posyandu, Kader 501

Pendahuluan Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju pembangunan di segala bidang. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun) dan golongan praksekolah (> 3-5 tahun) (Adriani, 2012). Pada masa balita perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, dan inteligensia berjalan sangat cepat. Faktor gizi sangat berperan sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas SDM terutama yang terkait dengan kecerdasan, produktivitas dan kreativitas (Adriani, 2012). Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54 persen kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 persen kematian anak (WHO, 2011). Menurut data RisKesDas (Riset Kesehatan Dasar) pada tahun 2010 di Indonesia diketahui prevalensi balita berdasarkan berat badan dengan gizi buruk 4,9%, gizi kurang 13,00%, gizi baik 76,2% dan gizi lebih 5,8% (Riskesdas 2010 dalam Kemenkes RI 2012). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2005, suatu masyarakat disebut tidak mempunyai masalah kesehatan bila hanya ada 2,0% balita mempunyai status gizi kurang dan 0,5% balita mempunyai status gizi buruk (Depkes RI 2011). Berdasarkkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukan hasil yang mengembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan 112 dari 174 negara (UNDP, 2003). Pada Tahun 2004 IPM Indonesia menempati 111 dari 177 negara (UNDP, 2004). Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia (Hadi, 2005). Pada bayi di bawah usia 3 tahun di Indonesia didapatkan 27,56% menderita gizi buruk. Saat ini ada 19 provinsi yang memiliki angka penderita busung lapar. Dari 19 propinsi tersebut ada 6 propinsi yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan salah satunya adalah Propinsi Jawa Barat. Status gizi balita di Jawa Barat pada tahun 2010 yaitu gizi buruk 0,91%, gizi kurang 7,98%, gizi baik 89,40% dan gizi lebih 1,71% (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2011). Status gizi balita di kota Bandung pada tahun 2011 yaitu gizi buruk 0,49%, gizi kurang 3,70%, gizi baik 502

91,22%, dan gizi lebih 4,59% (Dinkes kota Bandung, 2011). Puskesmas Cibolerang adalah Puskesmas yang terletak di dalam kota yang bekerja sama dengan Puskesmas Kopo dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat di kelurahan Margasuka, jika tenaga kesehatan dari Puskesmas Cibolerang kurang untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat di kelurahan Margasuka maka Puskesmas Cibolerang meminta bantuan tenaga dari Puskesmas Kopo. Puskesmas Cibolerang juga adalah salah satu Puskesmas yang selalu berusaha meningkatkan status gizi, khususnya pada balita. Puskesmas Cibolerang termasuk kedalam salah satu kategori Puskesmas yang termasuk dalam status gizi kurang sesuai dengan data yang di dapatkan oleh peneliti dari Dinas Kesehatan Kota Bandung bahwa Puskesmas Cibolerang termasuk kedalam urutan ke empat yang mengalami status gizi balita kurang. Laporan bulanan status gizi balita pada Kelurahan Margasuka di wilayah kerja Puskesmas Cibolerang (Maret 2012-Maret 2013) dapat dilihat pada table berikut: Tabel 1 Status Gizi Balita Di Kelurahan Margasuka Wilayah Kerja Puskesmas Cibolerang Pada Maret 2012-Maret 2013 Bulan, Tahun Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Gizi Lebih April,2012 81,7% 10,8% 1,23% 7,26% Mei 87,27% 5,63% 0,96% 6,11% Juni 82,28% 8,00% 0,85% 8,85% Juli 81,90% 12,15% 0,69% 5,58% Agustus 80,2% 12,9% 0,34% 4,70% September 90,0% 4,33% 0,49% 5,08% Oktober 87,9% 5,62% _ 6,46 November 84,40% 8,93% 1,35% 5,68% Desember 86,9% 5,37% 0,55% 7,16% Januari,2013 75,32% 5,49% 0,46% 18,77% Februari 81,78% 8,93% 0,46% 8,81% Maret 65,74% 7,29% 0,46% 26,50% Sumber Data : Laporan Bulanan Puskesmas Cibolerang 2013 Banyaknya kejadian balita yang menderita gizi buruk akhirakhir ini adalah salah satu cerminan lemahnya infrastruktur kesehatan, pangan dan gizi; serta terjadinya kesenjangan, ketidakadilan, kemiskinan, kebijakan ekonomi dan politik sehingga dengan banyaknya kasus gizi buruk dapat menurunkan citra bangsa Indonesia dimata dunia, dimana kasus gizi buruk yang muncul merupakan fenomena gunung es yang memerlukan penanganan serius. Akibat gizi buruk 503

terhadap pertumbuhan anak, dapat menyebabkan stunting (postur tubuh kecil pendek). Jika gizi buruk terjadi pada masa balita perkembangan otak pada usia 1-3 tahun, maka kondisi ini akan sulit untuk dapat pulih kembali. Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan menurunnya prestasi akademik (Endang Elis, 2009). Upaya meningkatkan peran serta masyarakat antara lain melalui sistem pengkaderan. Peran serta kader dalam upaya peningkatan status gizi balita merupakan hal yang sangat penting guna mendukung program pemerintah untuk mengatasi agar gizi buruk pada anak tidak bertambah melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan revitalisasi Posyandu. Dalam melaksanakan tugasnya, kader kesehatan sebelumnya akan diberikan pelatihan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan peningkatan status gizi balita. Pelatihan ini biasanya diadakan dua kali dalam setahun (Depkes, 2002). Kader adalah tenaga suka rela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas mengembangkan masyarakat. Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat DepKes RI memberikan batasan kader, bahwa kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela (Efendi, 2009). Upaya peningkatan gizi balita oleh kader Posyandu dapat dilihat pelaksanaanya melalui sistem lima meja dalam Posyandu, yaitu: Pendaftaran (meja satu), Penimbangan (meja dua), Pencatatan (meja tiga), Penyuluhan (meja empat), Pelayanan tenaga professional meliputi KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan dan pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan setempat (meja lima). Dalam penelitian Sukiarko, 2007 mengenai pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah terhadap pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan Posyandu yaitu untuk meningkatkan kemampuan seorang kader perlu menerapkan keterampilan dengan memberikan latihan secara berkesinambungan. Sebagai contoh setelah kader mempelajari modul mengenai status gizi akan dilanjutkan dengan keterampilan melakukan kegiatan penimbangan balita dengan benar, pengisian KMS dengan benar dan lain-lain. Berdasarkan hasil studi pendahuluan peneliti pada tanggal 15 April 2013 dengan melakukan wawancara kepada kader Posyandu dan petugas di Puskemas Cibolerang dapat diketahui bahwa di Kelurahan 504

Margasuka ada 8 RW, masingmasing RW memiliki 5-14 orang kader. Jumlah kader di Kelurahan Margasuka adalah 80 orang. Terdapat 10 Posyandu di Kelurahan Margasuka diantaranya 6 termasuk Posyandu Pratama dan ada 3 Posyandu Madya dan 1 Posyandu Purnama. Berikut ini adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada ketua kader Posyandu Kelurahan Margasuka wilayah kerja Puskesmas Cibolerang. Tabel 2 Kader Posyandu Margasuka Kota Bandung Lama menjadi kader Jumlah kader % Kader yang ikut pelatihan di luar wilayah Kader yang aktif mengikuti pelatihan di Puskesmas <10 Tahun 42 orang 52,5% 8 orang 68 orang >10 Tahun 38 orang 47,5% 2 orang 57 orang Sumber Data: Laporan Dari Ketua Kader di Puskesmas Cibolerang Ketua kader Posyandu di Puskesmas Cibolerang mengatakan setiap bulannya ada penyuluhan kepada kader mengenai penyakitpenyakit yang terbaru dan juga mengenai status gizi balita Peneliti juga melakukan wawancara kepada kader Posyandu, ada 10 orang kader yang sudah diwawancarai dan 8 orang mengatakan bahwa kader Kelurahan Margasuka pernah mendapat pelatihan mengenai upaya peningkatan status Gizi balita, mereka mengatakan bila ada undangan dari luar wilayah Puskesmas Cibolerang untuk pelatihan, ketua kader Puskesmas memilih 2 0rang perwakilan untuk mengikuti pelatihan tersebut dan setelah mendapat pelatihan, 2 orang kader yang menjadi perwakilan tersebut menjelaskan kembali kepada kader-kader lain yang ada di Kelurahan Margasuka mengenai pelatihan yang mereka ikuti. Setelah peneliti wawancara kepada 8 kader yang telah mengikuti pelatihan hanya 1 orang kader yang masih mengingat bagaimana upaya meningkatkan status gizi. Setelah peneliti melihat kegiatan Posyandu yang dilakukan di RW 07 Pos 2 Kelurahan Margasuka, kader hanya melakukan penimbangan pada balita dan jika ada timbangan yang kurang atau lebih kader tidak memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibuibu yang membawa balita, masih banyak alat yang belum dilengkapi kader sebelum hari Posyandu dan tempat Posyandu juga tidak tertata dengan rapi. Dari hasil studi pendahuluan, saat ini yang menjadi masalah di Kelurahan Margasuka adalah belum adanya upaya yang sunguh-sunguh dari kader Kelurahan Margasuka untuk meningkatkan status gizi balita, dimana setiap bulannya dilakukan penyuluhan oleh Puskesmas kepada kader Posyandu, akan tetapi kader Posyandu tidak 505

menyampaikannya kepada ibu-ibu yang memiliki balita. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil judul upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita di Kelurahan Margasuka. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: bagaimana upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung. Tujuan penelitian ini yaitu tujuan umum penelitian mengidentifikasi upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung. Tujuan khusus penelitian adalah mengidentifikasi karakteristik responden / kader yang ada di Kelurahan Margasuka Kota Bandung, Mengidentifikasi upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita sebelum hari Posyandu di Kelurahan Margasuka Kota Bandung, Mengidentifikasi upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita saat hari Posyandu di Kelurahan Margasuka Kota Bandung. Mengidentifikasi upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita setelah hari Posyandu di Kelurahan Margasuka Kota Bandung. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah 80 responden. Hasil Penelitian Sub Variabel Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Data penelitian upaya peningkatan status gizi terdiri dari upaya sebelum hari Posyandu, upaya saat hari Posyandu dan upaya setelah hari Posyandu. Data penelitian ini diperoleh peneliti dari jawaban responden atas sejumlah pertayaan yaitu jawaban-jawaban responden dari pertayaan di dalam angket yang mendukung penelitian, dan setiap jawaban yang dipilih responden yang benar di beri nilai 1 dan yang salah di beri nilai 0 yang kemudian diolah sesuai rumus persentase pada penelitian. Setelah mendapat nilai total dari jawaban responden, peneliti membagi 3 kategori yaitu baik dengan persentase >76-100%, cukup dengan persentase >61-75%, dan kurang dengan persentase <60%. Setelah mengkategorikan setiap sub variabel kemudian akan diinterprestasikan oleh peneliti menurut referensi. 506

1. Distribusi Frekuensi Upaya Sebelum Hari Posyandu Tabel 3 Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Sebelum hari Posyandu Sub Variabel Kriteria Jumlah Persentase Upaya sebelum hari Posyandu Baik 22 orang 27% Cukup 26 orang 33% Kurang 32 orang 40% Total 80 orang 100% Dari tabel di atas bahwa upaya kader dalam peningkatan status gizi balita sebelum hari Posyandu yaitu hampir setengahnya dari responden berupaya kurang atau 40%. 2. Distribusi Frekuensi Upaya Saat Hari Posyandu Tabel 4 Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Saat Hari Posyandu Sub Variabel Kriteria Jumlah Persentase Upaya saat hari Posyandu Baik 9 orang 11% Cukup 34 orang 43% Kurang 37 orang 46% Total 80 orang 100% Dari tabel di atas bahwa upaya kader dalam peningkatan status gizi balita saat hari Posyandu yaitu hampir setengahnya dari responden berupaya kurang atau 46%. 3. Distribusi Frekuensi Upaya Setelah Hari Posyandu Tabel 5 Upaya Peningkatan Status Gizi Balita Setelah Hari Posyandu Sub Variabel Kriteria Jumlah Persentase Upaya setelah hari Posyandu Baik 27 orang 34% Cukup 37 orang 46% Kurang 16 orang 20% Total 80 orang 100% Dari tabel di atas bahwa upaya kader dalam peningkatan status gizi balita setelah hari Posyandu yaitu hampir setengahnya dari responden berupaya cukup atau 46%. 507

Simpulan 1. Upaya kader Posyandu di kelurahan Margasuka dalam peningkatan status gizi balita sebelum hari Posyandu menyatakan hampir setengah respoden berupaya kurang (40%) dalam peningkatan status gizi balita sebelum hari Posyandu. 2. Upaya kader Posyandu di kelurahan Margasuka dalam peningkatan status gizi balita saat hari Posyandu yaitu hampir setengah responden berupaya kurang (46%). 3. Upaya kader Posyandu di kelurahan Margasuka dalam peningkatan status gizi balita setelah hari Posyandu yaitu hampir setengah responden berupaya Saran 1. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi Puskesmas serta kader Posyandu terhadap seberapa besar upaya kader dalam peningkatan status gizi balita di kelurahan Margasuka dan sebagai data dasar bagi Puskesmas dalam menentukan kebijakan-kebijakan seperti melakukan pelatihan atau pendidikan kesehatan kepada kader Posyandu untuk peningkatan status gizi balita di kelurahan Margasuka. 2. Bagi Institusi STIK Immanuel Diharapkan penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk menambah informasi mengenai upaya kader Posyandu dalam peningkatkan status gizi balita di kelurahan Margasuka. Oleh karena itu diharapkan kepada institusi untuk mempersiapkan mahasiswa yang akan praktek di keperawatan komunitas memberikan promosi kesehatan kepada kader Posyandu dan ibu yang memiliki balita mengenai upaya yang harus dilakukan dalam peningkatan status gizi balita. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar dalam hal penelitian selanjutnya. Peneliti selanjutnya disarankan agar meneliti hal yang lebih mendalam, salah satunya ialah faktor-faktor yang mempengaruhi upaya kader Posyandu dalam peningkatan status gizi balita di kelurahan Margasuka kota Bandung. DAFTAR PUSTAKA Adriani, M. dan Wirjatmadi, B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group., M. dan wirjatmadi, B. 2012.Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Amalia Rizqua. 2011. Lama Menjadi Kader, Frekuensi Pelatihan, Pengetahuan Gizi, 508

Dan Sikap Kader Posyandu Dengan Perilaku Penyampaian Informasi Tentang Pesan Gizi Seimbang. Semarang: Universitas Diponegoro. Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto. 2004. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar.2008. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Dinkes Kota Bandung. 2011. Seksi pelayanan kesehatan dasar. Bandung: Dinkes Kota Bandung. Dinkes Provinsi Jawa Barat. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010. Bandung: Dinkes Provinsi Jawa Barat. Efendi dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Terori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hanum.2010. pengertian Balita. http://digilib.unimus.ac.id/files/ disk1/116/jtptunimus-gdlmuksing2a2-5767-2-babii.pdf. diperoleh tanggal 29 april 2013 Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika Jafar, N. 2010. Status Gizi Balita. Makassar: Universitas Hasanuddin Mubarak W. Dan Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori Dan Aplikasi. Jakarta: EGC. Notoadmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Riyanto, A. 2009. Pengelolahan Dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rossi suparman. 2009. Pengaruh Faktor Motivasi Terhadap Peran Serta Kader dan Masyarakat Dalam Kegiatan Posyandu di Kabupaten Kuningan. Bandung : Program Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran. Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sandiyani, A. 2011. Lama Menjadi Kader, Frekuensi Pelatihan, Pengetahuan Gizi, Dan Sikap Kader Posyandu Dengan Perilaku Penyampaian Informasi Tentang Pesan Gizi Seimbang. Semarang: Universitas Diponegoro. Sukiarko, 2007. Pengaruh Pelatihan Dengan Metode Belajar Berdasarkan Masalah Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Gizi Dalam Kegiatan Posyandu. 509

Semarang: Diponegoro. Universitas Tejasari. 2005. Nilai gizi pangan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Uci Sanusi. 2006. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Uptd Puskesmas Pasawahan di Kabupaten Kuningan Tahun 2006. Tasikmalaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi. 510