8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 7. PENCAPAIAN PELAKSANAAN AKSI HINGGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Lingkungan Hidup menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Winda Inayah W L2B

REVITALISASI KAWASAN KOTA LAMA, SAWAHLUNTO MENUJU KOTA WISATA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PESTA KESENIAN BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005

PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : UPT. Taman Budaya Jawa Timur Surabaya. : Jalan Gentengkali No. 85, Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN. heritage diartikan sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PELESTARIAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

PASAR IKAN DAN PASAR FESTIVAL IKAN DI SUNDA KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga, baiknya yang sifatnya profit

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB II KAJIAN TEORI...

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata.

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

Teknik inventarisasi I. Pertimbangan dalam teknik inventarisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

3.3.(1) Kawasan Pemberdayaan Desa Adat di

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

Abito Bamban Yuuwono. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

KONSEP UMUM KEBUDAYAAN -Data Pokok Kebudayaan-

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

Rully. Abstrak. Kata kunci: peran pendampingan masyarakat, degradasi kualitas kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Masyarakat menyebutnya dengan bermacam-macam sebutan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME

REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

Taman Imaginasi Di Semarang 126/48

WATERPARK DI PANTAI MARON SEMARANG

BAB I PENDAHULUAAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/15~ /V.12/HK/2017 TENTANG

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO (United Nation Educational, Scientific, and Culture Organization) telah

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Tengah 1.1 LATAR BELAKANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2000 TENTANG

Transkripsi:

8.12.(2) Proyek Percontohan Kawasan Budaya Kotagede: Konservasi Seni pertunjukan Kampung dan Lingkungannya di Yogyakarta Yogyakarta Tipe kegiatan: Konservasi kawasan warisan budaya kota Inisiatip dalam manajemen perkotaan: Pembangunan kesadaran (awareness) masyarakat sebagai basis melestarikan warisan kota Tempat dan skala kegiatan: Sebagai pilot project dilaksanakan di RW07 Kelurahan Purbayan Kotagede Yogyakarta Pelaku utama: Masyarakat, YHS, Jurusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada Deskripsi kegiatan Kotagede telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan budaya melalui SK Gubernur DIY No. 121/KPTS/1989. Dalam menanggapi keputusan tersebut, maka beberapa studi maupun program mengenai konservasi perkotaan di Kotagede, telah dimulai sejak tahun 1996, yaitu : Studi persiapan mengenai Kotagede untuk Simposium dan Workshop Internasional Mengenai Konservasi Perkotaan Asia dan Pasifik Barat, yang diorganisir oleh Jurusan Arsitektur UGM pada tahun 1996. Studi ini memberikan beberapa temuannya yang akan dijadikan dasar bagi suatu program pelaksanaan Simposium dan Workshop Internasional Mengenai Konservasi Perkotaan Asia dan Pasifik Barat, yang diorganisir oleh Jurusan Arsitektur UGM pada tahun 1996, menghasilkan sebuah deklarasi yang mendukung usaha konservasi di Kotagede Beberapa program dan studi mengenai Kotagede lainnya, yang telah dilakukan di bawah koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY Dari studi maupun program yang pernah dilakukan tersebut dapat diperoleh pelajaran berdasarkan gambaran permasalahan dari perspektif masyarakat, bahwa bagaimanapun kepedulian/kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konservasi Kotagede harus tetap didukung oleh pihak luar, terutama dalam men-transformasi-kan gagasan ke dalam tindakan berdasarkan potensi-potensi setempat. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka YHS (Yogyakarta Heritage Society) bersama dengan Jurusan Arsitektur UGM menyusun suatu program konservasi kawasan budaya Kotagede. Beberapa program yang telah disusun adalah : 1. Kompilasi program-program pelaksanaan yang pernah ada di Kotagede 2. Penentuan alternatif prioritas program pelaksanaan 3. Pelaksanaan program Program ini dirancang sebagai proyek percontohan yang merupakan pembangunan masyarakat sebagai titik awal bagi usaha konservasi, sehingga diharapkan masyarakat pada nantinya akan dapat menggulirkan sendiri kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. 105

Sebagai kelompok sasaran, yaitu pihak yang memperoleh manfaat dari program ini, adalah masyarakat setempat. Pelaksanaan kegiatan Program ini merupakan inisiatif YHS, yang kemudian berkerjasama dengan Jurusan Arsitektur UGM, serta masyarakat Kotagede yang diwakili oleh Pusat Studi dan Dokumentasi Kebudayaan Kotagede (PUSDOK). Beberapa pihak lainnya juga memberikan dukungannya bagi program ini, yaitu Dinas Kebudayaan DIY, Kelompokkelompok Manajemen Kawasan Budaya Kotagede, Koperasi Pengrajin, serta beberapa organisasi setempat. Perencanaan Program Prinsip-prinsip dasar yang digunakan untuk merencanakan program kegiatan adalah : Kotagede memiliki karakteristik unik, sebagai kampung/kota pada masa awal Islam, yang tergambar pada struktur kota aslinya Kotagede mempunyai artifak-artifak yang signifikan, yaitu Masjid Agung Mataram dan kompleks permakaman Hastorenggo Kotagede mempunyai banyak potensi yang dapat dikembangkan, yaitu konservasi tempat-tempat bersejarah, pola perkotaan dan budaya yang dapat dikembangkan untuk turisme (pariwisata), serta sebagai pusat industri kerajinan tangan Terdapat pola perkotaan dengan karakteristik khusus, yang ditunjukkan oleh jalan-jalan kecil/sempit antara rumah-rumah penduduk sebagai akses bagi publik dengan pola organik Didalam perkembangannya, Kotagede mempunyai beberapa permasalahan yaitu (1) penurunan industri kerajinan tangan; (2) penurunan minat masyarakat terhadap kegiatan kesenian/budaya; dan (3) tidak adanya usaha atau dorongan untuk mempertahankan kondisi arsitektural semula Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut maka ditentukan bahwa alternatif urutan pelaksanaan yang relevan dan paling tepat pada tahap pilot project ini adalah pendekatan budaya ekonomi fisik (gambar 1). Sementara itu sebagai titik awal pelaksanaan adalah RW07 Kelurahan Purbayan, dimana diharapkan akan terjadi proses bola salju untuk membangkitkan seluruh potensi di Kotagede dalam usaha konservasi ini (gambar 2). Pelaksanaan Kegiatan Program pelaksanaan yang dipilih adalah konservasi seni pertunjukan kampung beserta lingkungannya. Dalam pelaksanaannya perlu untuk mempertahankan keharmonisan antara pengembangan seni pertunjukan ini dengan kegiatan ekonomi (dengan orientasi pada pasar) dan kegiatan agama (dengan orientasi pada masjid), sehingga seluruh masyarakat dapat mendukung upaya konservasi ini. Dalam jangka panjang diharapkan seni kampung dapat mendorong kegiatan ekonomi lokal seperti makanan setempat dan kerajinan tangan. Beberapa tujuan maupun target dari konservasi seni pertunjukan kampung di antaranya adalah : 1. Meningkatkan kemampuan penentuan sendiri oleh masyarakat terhadap kebutuhan ekspresi (aktualisasi diri melalui kesenian), ekonomi dan sosial 2. Menciptakan pasar bagi seni kampung sebagai sarana seni pertunjukan (entertainment) 3. Meningkatkan kegiatan ekonomi setempat seperti penjualan makanan tradisional dalam sebuah festival seni pertunjukan 4. Mengoptimalkan manfaat lingkungan fisik bagi masyarakat setempat 106

Berkaitan dengan kegiatan konservasi seni pertunjukan kampung tersebut, maka dilakukan beberapa rangkaian kegiatan : Inventarisasi warisan-warisan yang ada serta gagasan untuk revitalisasinya. Warisan yang ada di Kotagede terdiri dari warisan budaya abiotic, biotic serta sosial. Iventarisasi maupun perumusan gagasan untuk merevitaliasinya didiskusikan lebih dulu dengan warga setempat Paket-paket tur untuk menikmati kebudayaan tradisional setempat yang diorganisir oleh masyarakat Kotagede sendiri Festival seni pertunjukan kampung Perumusan program-program yang berkesinambungan mengenai manajemen seni pertunjukan kampung, makanan tradisional dan kerajinan tangan Manfaat dan keuntungan kegiatan serta faktor-faktor pelaksanaannya Kesadaran serta kepedulian masyarakat Kotagede mengenai pentingnya melestarikan warisan budaya serta lingkungannya dapat lebih ditumbuhkan dengan memberikan dukungan pada pengembangan potensi-potensi setempat, terutama yang berkaitan dengan warisan budayanya. Faktor-faktor yang mendukung tercapainya hal tersebut di atas adalah: Keberhasilan YHS dan Jurusan Arsitektur UGM dalam mengidentifikasi aspek kehidupan masyarakat terpenting yang dapat dikembangkan sebagai titik awal pelestarian kawasan Kotagede. Dukungan pemerintah daerah melalui SK Gubernur DIY No. 121/KPTS/1989 yang menetapkan Kotagede sebagai kawasan budaya yang harus dikonservasi Masyarakat Kotagede memberikan kontribusinya secara optimal dalam pelaksanaan program ini. Seni pertunjukan kampung pada dasarnya merupakan akar budaya dan kesenian setempat, sehingga kesiapan masyarakat dari segi kemampuan teknis serta organisasinya mudah diperoleh Dengan berkembangnya seni pertunjukan kampung, sebagai media ekspresi sosial dan budaya serta dampaknya dalam meningkatkan perekonomian, maka program konservasi Kotagede mendapat pembenaran dari masyarakat setempat. Sehingga pada akhirnya mereka akan lebih termotivasi dalam melestarikan kawasan Kotagede sebagai warisan budaya. Hal-hal yang dapat dipelajari Program revitalisasi ternyata tidak harus merupakan program fisik. Urutan prioritas pelaksanaan antara program fisik, ekonomi dan budaya sangat mempengaruhi keberhasilan keseluruhan program Program ini menempatkan aspek masyarakat sebagai titik awal bagi usaha konservasi. Pendekatan seni dan budaya sebagai aspek terpenting suatu masyarakat dapat digunakan sebagai titik awal dalam memberi pengertian mengenai pentingnya konservasi kawasan budaya. Dengan pengertian ini maka masyarakat dapat melaksanakan sendiri program konservasi dan revitalisasi, meskipun tetap memerlukan dukungan pihak lain 107

Kemungkinan-kemungkinan Replikasi Program ini menarik untuk direplikasi di tempat lain, mengingat saat ini di Indonesia banyak kawasan-kawasan bersejarah yang mulai terancam keberadaannya. Berbagai model program konservasi dan revitalisasi diperlukan untuk memperkaya referensi aktor-aktor pembangunan yang hendak melaksanakan program serupa. Pendekatan pengembangan kehidupan seni dan budaya setempat, membuat program ini relatif mudah untuk direplikasi, karena murah, dapat diorganisir oleh masyarakat sendiri, dan setiap kawasan budaya tentunya memiliki seni dan budaya tradisional. Prakondisi yang diperlukan adalah : Dukungan pemerintah dengan menetapkan suatu kawasan sebagai kawasan budaya yang harus dilestarikan Terdapat organisasi (LSM, konsultan, perguruan tinggi) yang mampu secara sistematis memberikan proses pembelajaran dan pendampingan pada masyarakat mengenai program konservasi dan revitalisasi Nara sumber: 1. Yogyakarta Heritage Society (YHS) 2. Study Group for Architecture and Urban Conservation (AUC) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Referensi Lain : The World Bank Small Grants Program Progress Report Kotagede Yogyakarta Cultural District Pilot Project : Conservation of Kampung Performing Arts and Its Enviroment 108

Gambar 1 Pendekatan Dalam Konservasi Kotagede Faktor luar (trend wisata dunia) Latar belakang Kotagede Penurunan industri kerajinan Penurunan minat terhadap kegiatan budaya Penolakan terhadap pelestarian kondisi arsitektural Permasalahan Fisik Sosial Arsitektural Analisis penyebab penurunan kondisi Peninggalan ibukota Kerajaan Mataran kuno Pusat industri kerajinan Perumahan tradisional dalam pola kota yang khas BUDAYA EKONOMI PENDEKATAN FISIK Alternatif urutan pelaksanaan revitalisasi Kotagede Alternatif terpilih untuk dapat mencapai tujuan BUDAYA EKONOMI PENDEKATAN FISIK BUDAYA EKONOMI PENDEKATAN FISIK Sumber : The World Bank Small Grants Program Progress Report, Kotagede Yogyakarta Cultural District Pilot Project : Conservation of Kampung Performing Arts and Its Enviroment, Oktober 1998 109

Gambar 2 Proses Efek Bola Salju dalam Membangkitkan Seluruh Potensi di Kotagede RW 10 RW 07 RW 07 RW 08 RW 07 RW 08 RW 09 KELURAHAN PURBAYAN KOTAGEDE KELURAHAN RW lain Kelurahan lain Keterangan : Kegiatan dimulai di RW 07 dan diharapkan dapat menyebar ke seluruh Kecamatan Kotagede Sumber : The World Bank Small Grants Program Progress Report, Kotagede Yogyakarta Cultural District Pilot Project : Conservation of Kampung Performing Arts and Its Enviroment, Oktober 1998 110