KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN LAJU PENGERINGAN GABAH PADA ROTARY DRYER

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

PENENTUAN LAJU PENGERINGAN JAGUNG PADA ROTARY DRYER

WAKTU PENGERINGAN ANTARA 2 ALAT PENGERING GABAH DENGAN DAN TANPA MENGGUNAKAN KOLEKTOR SEKUNDER

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Kecepatan Pengeringan Gabah Dengan Metode Mixed Adsorption Drying Menggunakan Zeolite Pada Ungguan Terfluidisasi

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

PENGERINGAN KELOPAK BUNGA ROSELA MENGGUNAKAN TRAY DRYER

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

Pemanfaatan Panas Limbah Sekam Padi pada Proses Pengeringan Gabah. Muhammad Sami *) ABSTRAK

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Pengujian Alat Pengering Padi Dengan Menggunakan. Bahan Bakar Sekam Padi

PENGERINGAN BAHAN PANGAN (KER)

EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL PADA LAJU PENGERINGAN PUPUK ZA DALAM TRAY DRYER

PENGOLAHAN LIMBAH AIR KOLAM RETENSI TAWANG DENGAN TRICKLING FILTER

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DAN EFISIENSI ENERGI PADA ALAT PENGERINGAN DAUN SELEDRI BERBASIS KONTROL SUHU DAN HUMIDITY UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEKANISME PENGERINGAN ROSDANELLI HASIBUAN. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

JENIS-JENIS PENGERINGAN

Metode Pengering Gabah Aliran Massa Kontinu Dengan Wadah Pengering Horizontal dan Pengaduk Putar

Model Pengeringan Lapisan Tipis Cengkeh (Syzygium aromaticum) 1) ISHAK (G ) 2) JUNAEDI MUHIDONG dan I.S. TULLIZA 3) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

ANALISIS SISTEM PENGERING OPAK SINGKONG TIPE RUANG KABINET DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA LIMBAH PELEPAH PINANG DAN PELEPAH KELAPA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 1,32 PERSEN

Perpindahan Massa Pada Pengeringan Gabah Dengan Metode Penjemuran

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

PENGARUH LAMA WAKTU PERENDAMAN DAN SUHU KONDISI OPERASI PADA GABAH DENGAN MENGGUNAKAN ROTARY DRYER FIREBRICK

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

PENGARUH SUHU TERHADAP PENURUNAN KADAR ABU TEPUNG BERAS DENGAN MENGGUNAKAN ALAT FURNACE

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 10,59 PERSEN

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN LAJU PENURUNAN KADAR AIR RENGGINANG UBI DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR BERENERGI BIOMASSA LIMBAH KAYU AKASIA

PENINGKATAN KUALITAS GABAH DENGANN PROSES PENGERINGAN MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM PADA UNGGUN TERFLUIDISASI

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

MODEL MATEMATIS PENGERINGAN LAPISAN TIPIS BIJI KOPI ARABIKA (Coffeae arabica) DAN BIJI KOPI ROBUSTA (Coffeae cannephora) ABSTRAK

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

PERANCANGAN MESIN PENGERING (OVEN) UNTUK PENGECATAN SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN PEMANAS LPG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK ALAT PENGERING PADI SKALA LAB DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Transkripsi:

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR Ahmad MH Winata (L2C605113) dan Rachmat Prasetiyo (L2C605167) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058 Pembimbing: Andri Cahyo Kumoro, ST. MT. PhD Abstrak Produk-produk pertanian yang berbentuk butiran, seperti: jagung, padi, kacang-kacangan, kopi, dan lain-lain memerlukan perhatian yang lebih serius, terutama pada proses pengawetan. Proses pengeringan memegang peranan penting dalam pengawetan produk pertanian. Karakteristik pengeringan suatu bahan sangat diperlukan dalam merancang dan mengoperasikan alat pengering yang digunakan. Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan tray yang efektif pada tray dryer, membuat grafik hubungan antara laju pengeringan (N) vs moisture content (x), waktu pengeringan vs kadar air rata-rata dalam gabah dan menentukan waktu pengeringan efektif. Pada penelitian ini, gabah dikeringkan dengan tray dryer buatan sendiri berdimensi (48x33x1) cm yang menggunakan media pengering berupa udara kering yang dipanaskan dengan panas hasil pembakaran sekam padi. Setiap selang 5 menit sekali, sampel gabah ditentukan beratnya dengan timbangan digital untuk menentukan perubahan berat gabah pada rentang waktu tersebut. Percobaan dihentikan jika berat gabah sudah konstan. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa gabah pada pada Tray 1 lebih cepat kering dibandingkan dengan pada tray 3 dan 5 yang berarti bahw laju pengeringan gabah pada pada Tray 1 lebih cepat kering dibandingkan dengan pada tray 3 dan 5. Massa umpan gabah basah juga menentukan laju pengeringannya, di mana semakin sedikit gabah yang dikeringkan, maka semakin cepat laju pengeringannya. Kata kunci: Alat Pengering kabinet, Gabah, Sekam 1. Pendahuluan Kemajuan teknologi pascapanen di Indonesia menuntut tersedianya bahan baku yang bermutu tinggi untuk industri pengolahan hasil pertanian. Produk-produk pertanian yang berbentuk butiran, seperti: jagung, padi, kacangkacangan, kopi, dan lain-lain memerlukan perhatian yang lebih serius, terutama pada proses pengawetan. Proses pengeringan memegang peranan penting dalam pengawetan suatu bahan. Proses pengeringan juga membantu mempermudah penyimpanan produk pertanian dalam rangka pendistribusian baik dalam skala domestik maupun ekspor. Proses pengeringan butiran bertujuan untuk mengurangi kandungan airnya sampai batas-batas tertentu, agar tidak terjadi kerusakan akibat aktivitas metabolisme oleh mikroorganisme (Mohsenin, 1980). Di Indonesia, pengeringan butiran pada umumnya masih dilakukan dengan memanfaatkan tenaga matahari. Namun, cara ini sangat tergantung pada musim, waktu pengeringan, tenaga kerja yang banyak, dan tempat yang luas. Pengeringan butiran yang berkadar air tinggi, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan dalam jangka waktu lama pada suhu udara pengering yang rendah atau pengeringan dalam jangka waktu yang lebih pendek pada suhu yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika pengeringan dilakukan terhadap suatu bahan berlangsung terlalu lama pada suhu yang rendah, maka aktivitas mikroorganisme yang berupa tumbuhnya jamur atau pembusukan menjadi sangat cepat. Sebaliknya, pengeringan yang dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada komponenkomponen bahan yang dikeringkan, baik secara fisik maupun kimia. Oleh karena itu, perlu dipilih cara pengeringan yang efektif dan efisien agar tidak terjadi kerusakan pada produk-produk pertanian. Karena padi/gabah/beras merupakan komoditas vital bagi Indonesia, Pemerintah memberlakukan regulasi harga dalam perdagangan gabah. Muncullah istilah-istilah khusus yang mengacu pada kualitas gabah sebagai referensi penentuan harganya (BULOG, 2008) : 1. Gabah Kering Panen (GKP), gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama dengan 25% (18%<KA<25%), hampa/kotoran lebih besar dari 6% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10% (6%<HK<10%), butir hijau/mengapur lebih besar dari 7% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10% (7%<HKp<10%), butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%.

2. Gabah Kering Simpan (GKS), adalah gabah yang mengandung kadar air lebih besar dari 14% tetapi lebih kecil atau sama dengan 18% (14%<KA<18%), kotoran/hampa lebih besar dari 3% tetapi lebih kecil atau sama dengan 6% (3%<HK<6%), butir hijau/mengapur lebih besar dari 5% tetapi lebih kecil atau sama dengan 7% (5%<HKp<7%), butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%. 3. Gabah Kering Giling (GKG), adalah gabah yang mengandung kadar air maksimal 14%, kotoran/hampa maksimal 3%, butir hijau/mengapur maksimal 5%, butir kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%. Proses pengeringan hasil-hasil pertanian yang dilakukan oleh para petani di Indonesia, masih memanfaatkan tenaga matahari sebagai tenaga pengeringnya. Namun, pada saat musim hujan tiba, mereka mengalami kesulitan dalam mengeringkan hasil pertanian mereka karena tidak ada cahaya matahari yang mempunyai intensitas yang cukup sebagai sumber panas. Bila hasil-hasil pertanian tersebut tidak berhasil dikeringkan sampai kandungan air tertentu, maka hasilhasil pertanian tersebut akan berkecambah atau bahkan membusuk karena aktivitas metabolisme oleh mikroorganisme. Tentu saja, hal ini akan mengurangi mutu hasil pertanian mereka. Sekam padi merupakan produk samping yang tidak diinginkan pada sistem produksi padi. Semakin banyak hasil panen padi, maka semakin banyak juga limbah sekam padi yang dihasilkan. Apabila sekam padi tidak dimanfaatkan, maka sekam padi dapat mengganggu estetika pemandangan (biasanya ditimbun dan menggunung di tepi jalan / halaman) dan juga mengganggu keseimbangan lingkungan karena sukar diuraikan oleh mikroorganisme. Padahal, sekam padi merupakan suatu limbah pertanian yang mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi sebagai bahan bakar. Sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut, maka perlu dilakukan kajian untuk merancang suatu alat pengering yang dapat membantu para petani dalam mengeringkan hasil pertanian, khususnya gabah. Alat pengering yang akan dikaji karakteristik pengeringannya adalah alat pengering kabinet (tray dryer) yang menggunakan udara panas hasil pembakaran sekam padi sebagai media pengering. Alat tersebut, diharapkan dapat mengeringkan hasil pertanian dengan tingkat kekeringan (kandungan air) pada bahan yang merata. Selain itu, penggunaan alat pengering tersebut juga diharapkan dapat mengurangi dampak negatif limbah sekam padi bagi kelestarian lingkungan sekitar. (Pakpahan, 2006). 2. Metodologi Penelitian ini dilakukan dengan tahapan penyiapan bahan-bahan, persiapan alat, Uji coba alat pengering, Pencatatan data, analisa hasil dan Penarikan kesimpulan. Adapun variabel-variabel yang digunakan adalah : Bahan dan Alat Bahan yang digunakan Bahan utama dalam penelitian ini adalah gabah dan sekam yang diperoleh dari tempat penggilingan padi di daerah Tembalang,Semarang. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan meliputi blower, kolom pembakaran, kolom pengeringan, rak, pipa pemanas, filter, cerobong asap, kawat kasa, termometer, korek, minyak tanah, dan timbangan. Rangkaian alat percobaan pengeringan ini seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Rangkaian Alat Pengeringan Gabah dengan Tray Dryer Cara Kerja Analisa Kadar Air : 1. Mengeringkan cawan porselin pada oven, lalu mendinginkan dan menimbangnya 2. Memasukan sampel kedalam cawan dan memanaskan dalam oven lalu mendinginkan dan menimbangnya 3. Menghitung kadar air, dengan memcatat selisih berat 4. Mengulangi sampel sampai berat konstan

Pengeringan : 1. Persiapan bahan 2. Pengisian bahan ke dalam Tray (rak) yang sudah diperiksa dahulu kadar airnya 3. Penyiapan alat pengering Tray dryer 4. Uji coba alat pengering gabah tersebut 5. Operasi dilaksanakan dengan mengamati jumlah air yang menguap setiap interval waktu 5 menit 6. Pencatatan data yang didapat dari uji coba 7. Evaluasi dan analisa hasil yang diperoleh 8. Penarikan kesimpulan. Variabel tetap Variabel tetap yang digunakan dalam penelitian ini meliputi suhu operasi 50-60 o c dan banyaknya sekam. Variabel berubah Variabel berubah yang digunakan meliputi letak tray ke- 1; 3; 5 dan berat gabah 1 kg dan 1,5 kg. Respon Pengamatan Respon yang diambil adalah Perubahan kadar air dalam bahan persatuan waktu. 3. Hasil dan Pembahasan Dari percobaan yang sudah dilakukan di laboratorium, dapat dilaporkan hasil - hasil kajiannya seperti berikut : Analisis Kadar Air Analisis kadar air diperlukan untuk mengkaji perubahan kadar air dalam bahan selama proses pengeingan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar air mula-mula dalam gabah yang dikeringkan adalah 16 %, dan setelah dikeringkan ternyata kadar air dalam gabah menjadi 13,79 %. Umpan gabah yang dikeringkan dipanen pada saat musim kemarau, sehingga kadar air yang diperoleh relatif rendah dan mengakibatkan proses pengeringan berlangsung relatif singkat. Gabah kering yang dihasilkan dari proses pengeringan ini merupakan gabah dengan kualifikasi Gabah Kering Giling (GKG), seperti yang disepakati bersama oleh Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan dan Kepala BULOG Indonesia tahun 2008. Pengaruh Massa Umpan Gabah Terhadap Kadar Air Dalam Gabah Karakteristik pengeringan gabah menggunakan tray dryer dengan media pengering udara yang dipanaskan dengan panas hasil pembakaran sekam padi dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2 dapat diamati bahwa semakin bertambahnya waktu proses pengeringan, maka berat gabah lama-kelamaan akan semakin berkurang. Hal ini dikarenakan gabah tersebut kehilangan kadar air. Selain itu, dapat kita lihat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan pada tray 1 lebih cepat bila dibandingkan dengan tray 3 dan tray 5. Gambar 2. Profil Kadar Air Dalam Gabah Sebagai Fungsi Waktu Hal ini terjadi karena walaupun besarnya laju udara pengering masuk kolom pada dasar maupun ujung kolom sama, namun beban udara pengering untuk mengambil air dalam gabah basah lebih besar untuk jumlah massa umpan yang lebih besar. Jika dilihat dari tinjauan perpindahan massa, maka beda kadar air antara udara pengering dengan kadar air dalam gabah basah lebih besar pada (tray 1) dibandingkan pada tray ke 3, dan ke-5. Hal ini menyebabkan kemampuan udara pengering untuk mengambil air dalam gabah lebih besar dan laju pengeringannya menjadi lebih cepat.

Pengaruh Massa Umpan Gabah Terhadap Laju Pengeringan Hubungan antara berat gabah dengan laju pengeringannya pada berbagai posisi tray dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini : Gambar 3. Pengaruh Massa Umpan Gabah Terhadap Laju Pengeringan Dari grafik hubungan N (laju pengeringan) vs W (berat gabah) pada 1 kg maupun 1,5 kg dapat diketahui bahwa laju pengeringan pada tray 1 lebih tinggi daripada tray 3, dan begitu juga laju pengeringan gabah di tray 3 lebih tinggi daripada tray 5. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan, karena pada tray ke-1 kadar air dalam udara pengering masih sangat rendah dan suhunya tinggi. Udara pengering yang baru dialirkan dari unit pemanas ini akan mengambil air dalam gabah pada tray ke -1, dan selanjutnya akan mengambil air dalam gabah pada tray ke-3 dan seterusnya pada tray ke-5. Oleh karena itu, laju pengeringan gabah akan berkurang seiring dengan semakin banyaknya jumlah tray yang digunakan. Selain itu, dapat juga diamati bahwa semakin banyak umpan yang dikeringkan, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh kadar air yang sama pada produk. Hal ini sangat beralasan, karena semakin banyak umpan yang dikeringkan berarti semakin banyak jumlah air yang harus diambil oleh udara pengering. Pada grafik tersebut juga terlihat bahwa pada saat awal operasi pengeringan, laju pengeringan sangat cepat. Namun, laju pengeringan menurun seiring dengan berkurangnya kadar air di dalam gabah. Pada suatu saat, suatu keadaan tercapai di mana massa gabah tetap meskipun waktu pengeringan di perpanjang. Keadaan ini menunjukkan bahwa, kadar air dalam gabah sudah berada dalam kesetimbangan dengan kadar air dalam udara pengering. Pengaruh Letak Umpan Pada Tray dalam Tray Dryer Letak umpan gabah dalam tray juga menentukan laju pengeringannya. Pengaruh letak umpan pada tray ke-n dapat dilihat pada Gambar 4. Dari hasil percobaaan diketahui bahwa gabah pada tray 1 lebih cepat kering daripada tray 3 dan tray 5. Gambar 4. Pengaruh Letak Umpan Gabah Terhadap Laju Pengeringan

Fenomena tersebut disebabkan oleh udara panas dari blower yang mengarah langsung ke arah tray 1 sehingga menyebabkan molekul air terbawa oleh udara panas dan kemudian udara panas tersebut menuju ke tray 3 kemudian ke tray 5. Namun, karena udara panas tersebut sudah mengandung uap air dari gabah yang berasal dari tray 1 maka proses pengeringan pada tray 1 membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan tray 3 dan tray 5. 4. Kesimpulan Dari data-data percobaan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Semakin banyak massa umpan gabah basah yang diberikan, maka semakin rendah laju laju pengeringan dalam tray dryer. 2. Letak gabah dalam tray menentukan laju pengeringan gabah menggunakan tray dryer. Gabah yang diletakkan pada tray ke- 1 lebih cepat kering dibandingkan dengan gabah yang dikeringkan pada tray ke- 3 dan ke- 5. Saran 1. Suhu pengeringan pada tray dryer dijaga konstan. 2. Diharapkan tebal dan ukuran tray harus sama. Ucapan Terima kasih Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ir. Herry Santosa selaku koordinator penelitian, Andri Cahyo Kumoro, ST. MT. PhD. selaku dosen pembimbing, Ir. Abdullah, MS. PhD. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UNDIP Semarang, Dan penanggung jawab laboratorium penelitian dan semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, peneliti juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Tengah yang telah mendanai penelitian ini. Daftar Pustaka Mohsenin, 1980. Physical Properties of Plant and Animal materials. 2 nd edition. Gordon and Breach Science. New York USA. Bulog. 2008. Keputusan bersama kepala badan bimas ketahanan pangan dan kepala BULOG, Oktober, 2008. Pakpahan, A.2006. Sekam Padi, Sebuah Alternatif Sumber Energi.Suara Pembaruan 28 September 2006 hal 8 kol 3-6.