Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

dokumen-dokumen yang mirip
ADOPSI HUKUM ADAT MATRILINEAL AKIBAT HUKUM ADOPSI 15/03/2018

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Adopsi Menurut Kekerabatan Patrilineal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

PERBANDINGAN HUKUM ADOPSI MENURUT HUKUM ADAT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia (NRI) memiliki wilayah yang sangat luas

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

Universitas Airlangga Fakultas Hukum Departemen Dasar Ilmu Hukum

BAB V PARA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. paranak dan pihak perempuan atau parboru. Perkawinan mengikat kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat senantiasa mengalami perubahan dan yang menjadi pembeda

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

Dasar Alkitabiah Adopsi / Pengangkatan Anak ADOPSI MENURUT AGAMA NON-MUSLIM. Hak Waris Anak Adopsi terhadap Orang Tua Biologis dan Orang Tua Angkat

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

Oleh : Sartika Dewi ABSTRAK

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN

KULIAH WARDAT 10 April 2012 Pertemuan ke 9

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

ADOPSI DALAM SISTEM HUKUM NASIONAL (merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007) AKIBAT HUKUMPENGANGKATAN ANAK DALAM HUKUM NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK. A. Pengertian Anak Angkat dan Pengangkatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H.

BAB I PENDAHULUAN. Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistem yaitu peraturan-peraturannya

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pokok-pokok permasalahan yang telah

KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEWARISAN DITINJAU DARI SISTEM HUKUM KEKERABATAN ADAT

BAB II TINJAUAN UMUM PENGANGKATAN ANAK. tua mereka, meskipun mereka telah dewasa. Walaupun begitu istilah ini sering

II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat hukum adat disebut juga dengan istilah masyarakat tradisional atau

Lanjutan. AkibatHukumDari Adopsi(BAB I Ketentuan Umum PP 54/2007) 10/03/2016

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK PERKARA No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. TENTANG PENGANGKATAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN

SELAYANG PANDANG TENTANG ANAK DAN PENGANGKATAN ANAK. Oleh : Suwardjo. Dosen Fakultas Hukum Universitas surakarta. ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk. kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini (Pasal 1 ayat 1)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. 1. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum adat merupakan salah satu sumber penting untuk memperoleh bahan-bahan bagi

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGANGKATAN ANAK ANTAR WARGA NEGARA INDONESIA DAN AKIBAT HUKUMNYA DI KOTA SEMARANG

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum, 1 dimana setiap perilaku dan

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, yang di

Transkripsi:

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat Oleh: 1. Rico Andrian Hartono(135010101111114)/ 17 2. Ramadhanti Safirriani(135010119111001)/ 46 3. Farahdyba R (135010107111189)/ 44 4. Giovanna Calista F (135010101111106)/ 16 5. Diajeng Maulid T (135010101111128)/ 20 1 Latar Belakang Mengenai adopsi sebenarnya sudah lama dikenal dan dilakukan orang di berbagai daerah baik oleh masyarakat yang primitif maupun masyarakat yang sudah maju. Cara melakukan pengangkatan anak banyak macamnya, terutama di Indonesia sendiri yang mempunyai banyak ragam sistem per-adatannya. Pengangkatan anak ini lebih banyak didasarkan pada pertalian darah, sehingga kelanjutan keluarga yang mengadopsi tergantung kepadanya. Mengenai harta kekayaan anak yang bersangkutan juga tergantung kepada adanya hubungan pertalian darah atau tidak. Begitu pula mengenai kedudukan tersebut didalam masyarakat masih dipengaruhi oleh perlakuan dan pertimbangan tertentu. 2 Patrilineal ex: Gayo SISTEM KEKERABATAN MENURUT HUKUM ADAT DI INDONESIA Matrilineal ex: Minangkabau Yang dijelaskan Kelompok Masyarakat Adat Patrilineal (Gayo) Parental ex: Jawa 3 4 1

Akibat hukum dari adopsi - Terhadap hubungan hukum anak dan orang tua biologisnya: Perbuatan mengangkat anak angkat terhadap orang tua angkat mempunyai kedudukan sebagai anak sendiri atau anak kandung. Jadi, anak yang sudah diadopsi oleh keluarga lain, berakibat hubungan dengan orang tua kandungnya menjadi putus. Hal ini berlaku sejak terpenuhinya prosedur atau tata cara pengangkatan anak secara terang dan tunai. Kedudukan orang tua kandung telah tergantikan oleh orang tua angkat tersebut. - Hak waris anak adopsi terhadap orang tua biologisnya dan orang tua angkatnya: Anak angkat berhak atas hak mewaris dan keperdataan. Perbuatan mengangkat anak adalah perbuatan hukum melepaskan anak itu dari pertalian keluarganya sendiri serta memasukkan anak itu kedalam keluarga bapak angkat, sehingga anak angkat mewarisi dari orang tua angkatnya dan tidak dari orang tua kandungnya. 5 6 - Tanggung jawab orang tua angkat dan keluarganya terhadap anak adopsi: Pada dasarnya setiap orang tua asuh memiliki tanggungjawab yang sama terhadap anak angkatnya. Tanggungjawab itu seperti: Mengasuh; Mendidik; Melindungi anak; Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; Memenuhi kewajiban terhadap biaya-biaya pendidikan anak angkat. - Tanggung jawab anak adopsi terhadap keluarga orang tua angkat: Berbakti dan Menghormati Syarat-syarat sah material adopsi: - Bagi calon orang tua angkat Tunai/kontan, artinya bahwa anak itu dilepaskan dari lingkungannya semula dan dimasukkan ke dalam kerabat yang mengadopsinya dengan suatu pembayaran benda-benda magis, uang, pakaian. Terang, artinya bahwa adopsi dilaksanakan dengan upacara-upacara dengan bantuan para Kepala Persekutuan, ia harus terang diangkat ke dalam tata hukum masyarakat 7 8 2

- Bagi calon anak yang diadopsi: - Anak angkat bukan warga keluarga; - Anak itu diambil dari lingkungan asalnya dan dimasukkan dalam lingkungan keluarga orang yang mengangkat ia menjadi anak angkat, serentak dengan penyerahan barang-barang magis atau sejumlah uang kepada keluarga anak semula, sehingga adopsi ini merupakan perbuatan tunai; - Pengangkatan anak hanya pada anak laki-laki dengan tujuan utama untuk meneruskan keturunan; - Usia anak yang akan di angkat maksimal 20 Tahun, harus lebih muda dari orang tua angkatnya; - Hubungan kekeluargaan dengan orang tua aslinya secara adat menjadi putus. Syarat-syarat sah Formil adopsi: - Bagi calon orang tua angkat: - Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani Orang tua angkat wajib memelihara dan mendidik anak angkat mereka dengan baik. - Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali anak Orang yang ingin mengangkat anak itu lebih dahulu wajib membicarakan kehendaknya dengan keluarga anak yang akan di adopsi secara matang. - Adopsi dilakukan dengan upacara adat yang dibantu oleh Kepala Adat. Upacara semacam kenduri atau selatan yang disaksikan orang tua dan cerdik panda, kemudian diadakan acara pinang biru, yaitu membagibagikan buah pinang sejumlah 1000 biji kepada para anggota keluarga dan orang-orang yang hadir. - Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial. Orang tua angkat memiliki harta benda. Menurunkan harta warisan untuk anak angkat dan memberikan nama belakang bapak angkat. 9 10 Tujuan Adopsi Terdapat berbagai alasan yang menjadi arti penting sebuah pertimbangan dalam pengangkatan seorang anak. Berikut ini merupakan motivasi pengangkatan anak menurut hukum adat: 1. Karena tidak mempunyai anak 2. Karena belas kasihan terhadap anak-anak tersebut, misalnya karena orang tua tidak memberikan nafkah 3. Karena belas kasihan dimana anak tersebut tidak mempunyai keluarga (orang tua) 4. Karena hanya mempunyai anak laki-laki, maka diangkatlah anak perempuan, atau sebaliknya 5. Sebagai pemancing bagi yang tidak mempunyai anak(kepercayaan) 6. Untuk menambah jumlah keluarga 7. Agar anak yang diangkatnya mendapatkan pendidikan yang baik 8. Faktor kekayaan 9. Untuk menyambung keturunan dan mendapatkan pewaris bagi yang tidak mempunyai anak kandung 10. Adanya hubungan keluarga 11. Diharapkan dapat menolong di hari tua 12. Adanya perasaan kasihan 13. Untuk mempererat hubungan keluarga 14. Alasan kesehatan 11 Lembaga yang mengesahkan adopsi Dalam hukum adat tidak ada lembaga resmi yang menangani permasalahan adopsi, namun biasanya untuk pengangkatan anak ini dilakukan melalui ijin kepala adat sebagai pemangku adat. 12 3

Akibat hukum dari adopsi Kelompok Masyarakat Adat Matrilineal (Minangkabau) - Terhadap hubungan hukum anak dan orang tua biologisnya: Adopsi dilakukan dengan cara mengangkat anak dari suatu keluarga yang bukan dari garis keturunan istri, kemudian anak tersebut dimasukkan menjadi suku dari siibu yang mengadopsi anak. Pengangkatan anak di Minangkabau dilakukan untuk mencegah punahnya suatu kerabat (garis keturunan), yaitu dengan cara mengadopsi anak perempuan. Artinya tujuan adopsi dalam hal ini lebih menekankan pada fungsi biologi. Hubungan hukum antara anak angkat tersebut dangen orang tua kandungnya tidak terputus. 13 14 - Hakwarisanakadopsiterhadaporangtua biologisnya dan orang tua angkatnya: Di Minangkabau pada prinsipnya tidak dikenal lembaga adat pengangkatan anak. Menurut hukum adat waris yang berlaku di Minangkabau, maka mata pencaharian seorang suami tidak akan diwarisi oleh anak-anaknya sendiri, melainkan olehsaudara-saudara sekadung beserta turunan saudara perempuanya yang sekandung. Akibatnya, di Minangkabau tidak mendesak untuk mengangkat anak sebab yang mewarisi adalah anakanak saudaranya yang perempuan, sehingga tidak terlalu dianjurkan. Tanggung jawab orang tua angkat dan keluarganya terhadap anak adopsi & Tanggung jawab anak adopsi terhadap keluarga orang tua angkat: Sama seperti halnya tanggungjawab yang ada pada masyarakat Patrilineal 15 16 4

Syarat-syarat sah material adopsi: - Bagi calon orang tua angkat Sama seperti halnya syarat material adopsi yang ada pada masyarakat Patrilineal - Bagi calon anak yang diadopsi: - Anak yang akan di adopsi merupakan anak perempuan; - Anak yang akan di adopsi berstatus belum kawin atau belum dewasa; - Agama sama dengan orang tua angkat; - Tetap menjaga hubungan dengan orang tua kandung(hubungan tidak terputus). 17 18 Syarat-syarat sah Formil adopsi: - Bagi calon orang tua angkat: - Sehat jasmani dan rohani; - Tidak mengangkat anak untuk membantu pekerjaan rumah. - Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial untuk kesejahteraan anak angkat; - Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis dari dua keluarga orang tua atau wali anak angkat dan orang tua yang akan mengangkat anak; - Agama anak angkat sama dengan orang tua angkat; - Upacara adat di masing-masing desa. Untuk keluarga Matrilineal cenderung kepada ketentuan Hukum Islam pula; - Disaksikan oleh masyarakat desa dan pemuka agama. Tujuan Adopsi dan Lembaga yang Mengesahkan adopsi: Sama seperti halnya Tujuan dan Lembaga yang Mangesahkan adopsi pada masyarakat Patrilineal 19 20 5

Daftar Pustaka - (R. Soeroso, Hlm. 182-183) - https://maxbhirawaar.wordpress.com - http://pardedejabijabi.blogspot.co.id/2011/12/pen gangkatan-anak-pada-masyarakat-batak.html - sirkulasiku.blogspot.co.id - husnisyams.wordpress.com - http://remantotumanggoryahoo.com - http://www.trigonalmedia.com 21 PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI ADOPSI MENURUT HUKUM ADAT MENURUT KELOMPOK PEMBANDING 1. Dalam masyarakat patrilineal memutuskan hubungan anak angkat dengan orang tua kandung, bagaimana jika menganut hukum islam? Dalam pengangkatan anak harus memilih salah satu dari sumber hukum tersebut. Memilih mengangkat anak secara Hukum Adat atau menurut Hukum Islam. Karena pada dasarnya sistem hukum tersebut konteksnya sudah berbeda. Dalam hukum Isalam hubungan antara orang tua kandung dan anak yang telah diangkat tidak boleh tersputus. 2. - Apakah orang tua kandung yang sudah tidak memiliki hak, masih memiliki hak terhadap anaknya? Patrilineal: Karna hubungan dengan orang tua kandung menjadi putus, maka orang tua kandung tidak berhak terhadap anak kandungnya. Matrilineal: Kebalikannya - Marga adopsi anak dari marga yang berbeda boleh atau tidak? Menurut kelompok kami yang bertanya langsung kepada narasumber, menurut adat patrilineal, mengangkat anak diutamakan yang marganya sama. Contoh: Orang Batak marga Sitepu mengangkat anak dari marga Sitepu juga untuk meneruskan garis keturunan. 22 3. Apakah hukum adat dapat diperkarakan di Pengadilan? Apabila ada permasalahan diselesaikan dimana? Pengadilan/mana? Permasalahan dalam hukum adat dapat diperkarakan di Pengadilan adat yang dilaksanakan oleh anggota masyarakat secara perorangan, oleh keluarga/tetangga, kepala kerabat/kepala adat (hakim adat). Kepala desa, atau oleh perkumpulan pengurus organisasi dengan cara musyawarah. Apabila penyelesaian tidak kunjung didapatkan, maka dapat di perkarakan di Pengadilan Negeri hingga Pengadilan Tinggi atau bahkan Makamah Agung. 4. Apakah ada adat yang tidak memperbolehkan adopsi? Atau semuanya memperbolehkan adopsi? Tidak ada hukum manapun yang melarang pengangkatan anak. Yang tidak dianjurkan misalnya masyarakat patrilineal mengangkat anak perempuan, dan masyarakat matrilineal mengangkat anak laki-laki. 23 5. - Putusnya pertalian apakah tidak boleh bertemu atau gimana? Putusnya pertalian disini diartikan bahwa hubungan orang tua kandung dan anaknya dalam hal hak anak terputus. Seperti membiayai, merawat, dan membesarkan anaknya. Karena sudah beralih menjadi tanggung jawab orang tua angkat. - Namun dalam hal orang tua kandung ingin bertemu anak kandungnya, tidak ada aturan bahwa orang tua kandung tidak boleh bertemu dengan anak. Faktor lain diadakannya adopsi? Terdapat 14 tujuan yang sudah kami sebutkan dalam slide presentasi, namun terdapat faktor lain misalnya: faktor persahabatan, alasan untuk membalas budi kepada orang tua kandung dari anak angkat tersebut. 6. - Apakah tujuan dari pengangkatan anak sudah terbaik bagi anak? Menurut kelompok kami pengangkatan anak dalam hukum adat ini belum memenuhi tujuan dari pengangkatan anak sesuai ketentuan bagi kebaikan anak. Karena masih cenderung pengangkatan anak ini dilakukan untuk kepentingan tertentu orang tua angkat. - Misal ada kasus orang tua mengangkat anak secara adat sudah dianggap sah, apakah menurut hukum nasional juga sah? Sedangkan dilihat dari tujuannya sendiri saja sudah berbeda(tujuan patrilineal: untuk meneruskan garis keturunan) Apabila anak angkat tersebut sudah didaftarkan pada Pengadilan dan mendapat penetapan Pengadilan, maka anak tersebut secara hukum nasional juga dianggap sudah sah menjadi anak 24 angkat. 6