BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

Dental Health Education

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

Sikat Gigi Bersama pada Anak SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap lingkungan dan umpan balik yang diterima dari respons tersebut. 12 Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berbagai faktor lainnya) dan faktor eksternal (budaya, nilai-nilai, sosial, politik).

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas mengenai beberapa konsep diantaranya adalah

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

Eko Winarti, SST.,M.Kes

SATUAN ACARA PENYULUHAN KKEMAMPUAN PENCEGAHAN KARIES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karies gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu ,

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

BAB 2 Data dan Analisa

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB II TINJAUAN TEORI. menjadi dua yaitu gigi berjejal simpel dan gigi berjejal kompleks. Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengalami karies. Angka ini diduga lebih parah di daerah daripada di kota dan

Bab I PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang bersifat progresif dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyangga gigi dan karies gigi (Anonim, 2004). Salah satu penyebab terjadinya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibu merupakan masalah penting. Gigi anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H. Awal saputra. EVy ChRISTIANA SIBAGariang. Murti ningsih. Niwa hafrina. Yona al izz iffah talca

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi jaringan periodontal yang tidak sehat sebesar 95,21% atau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD YBPK KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

*coret yang tidak perlu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Alat yang tangkainya dari logam / non logamdengan diujungnya terdapat kaca berbentuk bulat.

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

3.2.1 Alat dan Teknik Scaling Alat/instrument periodontal yang dibutuhkan dalam perawatan scaling umumnya terdiri dari 3 bagian, yakni handle

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

BAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK. Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

INSTRUMENTASI PERIODONTAL

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena itu disebut selaput lendir. Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi - gigi pada rahang atas dan bawah, lidah serta saluran saluran penghasil air ludah. Gigi dapat dibagi atas 3 bagian yaitu mahkota gigi, akar gigi dan leher gigi. Mahkota gigi mempunyai bentuk yang berbeda - beda. Gigi - gigi yang di depan terdapat di belakang bibir, mempunyai pinggiran yang lebar dan tajam, bentuknya seperti pahat. Gigi - gigi yang terletak di bagian dalam dari mulut mempunyai bentuk yang agak silindris dengan permukaan lebar. Silindris adalah gigi yang berbentuk seperti kerucut dengan puncak yang lincip dan kokoh. Gigi tersebut terletak di belakang sudut mulut. Gigi terdiri atas dua macam jaringan, yaitu : Jaringan keras dan jaringan lunak. Jaringan keras adalah email dan semen, sedangkan jaringan lunak di bagian tengah. Lapisan email merupakan lapisan luar yang menutupi mahkota gigi. Lapisan ini sangat keras dan fungsinya adalah untuk melindungi gigi terhadap rangsangan dari luar seperti panas, dingin, asam, dan manis. Lapisan semen adalah lapisan luar yang menutupi akar gigi. Lapisan ini tak sekeras lapisan email, dan fungsinya adalah membantu mengikat akar gigi kepada tulang rahang. Lapisan 8 dentin adalah lapisan yang terletak di bawah lapisan email dan lapisan semen. Bagian terbesar dari gigi terbentuk oleh dentin. Lapisan dentin tidaklah sekeras email, banyak mengandung sel - sel yang peka terhadap rangsangan panas, dingin, manis dan asam. Bagian tengah dari gigi adalah sebuah rongga yang disebut rongga pulpa. Di dalam rongga pulpa terdapat jaringan saraf, pembuluh darah yang halus dan bermacam - macam sel. Gigi mempunyai 3 fungsi, yaitu : untuk mengunyah makanan, berbicara dengan jelas, dan mendorong pertumbuhan rahang sehingga bentuk muka menjadi selaras 8.

Dengan perawatan yang baik kita akan dapat mencegah penyakit gigi dan mulut, yaitu dengan membersihkan gigi dan mulut dari sisa - sisa makanan yang biasanya tertinggal diantara gigi. Mulut sebenarnya sudah mempunyai sistem pembersihan sendiri yaitu air ludah, tapi dengan makanan modern kita sekarang, pembersih alami ini tidak lagi dapat berfungsi dengan baik. Kita juga harus menggunakan sikat gigi sebagai alat pembantu untuk membersihkan gigi dan mulut. Telah dibuktikan bahwa gigi yang bersih sedikit sekali kemungkinannya 9 untuk terserang karies gigi. Selain itu, banyak bakteri dalam mulut yang menyangkut di sela sela gigi. Bila sikat gigi tidak bisa membersihkan dengan baik, dianjurkan menggunakan benang gigi (dental floss) beberapa kali sehari. Penggunaan benang gigi atau pita gigi merupakan metode pilihan untuk membersihkan permukaan interproksimal. Tidak dijumpai perbedaan kemampuan membersihkan dengan menggunakan benang yang dilapisi malam dan yang tidak, walaupun benang yang tidak dilapisi malam cenderung mudah terkoyak 10. Pembersihan plak secara mekanis dan sisa sisa makanan dari permukaan gigi dengan menyikat gigi serta menggunakan benang gigi merupakan metode utama dalam pencegahan karies. Menggosok gigi dan mempergunakan benang gigi dapat menghilangkan plak yang bermuatan bakteri bakteri, sehingga jumlah mikroorganisme mulut menurun serta membuka permukaan gigi bagi komponen komponen air liur yang dapat memineralisasi kembali gigi. B. Menggosok Gigi Menggosok gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan berbagai kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Lama menggosok gigi tidak ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan maksimal 5 menit (minimal 2 menit), yang penting dilakukan secara sistematis supaya tidak ada bagian - bagian yang terlampaui. Cara yang dianjurkan mulai dari posterior ke anterior pada sisi sisi rahang bawah dan rahang atas, dan berakhir pada posterior sisi lain 6. Sedangkan tujuan menggosok gigi adalah membersihkan mulut dari sisa - sisa

makanan agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung terlalu lama, sehingga kerusakan gigi dapat terhindari. 1. Frekuensi menggosok gigi Makanan yang menempel pada gigi, seperti permen memerlukan waktu relatif lama untuk membersihkan. Selama waktu inilah, yaitu segera sesudah makan, sebagian besar kerusakan gigi terjadi bakteri. Maka waktu yang ideal untuk menggosok gigi segera setelah makan dan minum. Para ahli berpendapat bahwa dalam menggosok gigi 2 kali sehari sudah cukup, karena pembersihan sisa makanan kadang - kadang tidak sempurna, dan ada kemungkinan bahwa bila ada yang terlewat pada pagi hari, pada waktu malam hari dapat dibersihkan. Waktu terpenting menggosok gigi adalah yang terakhir malam hari sebelum tidur, karena aliran ludah tidak seaktif siang hari dimana bakteri berkembang biak dari sisa makanan, menggosok gigi pertama kali dilakukan pagi hari karena bakteri berkumpul dalam mulut 11. Frekuensi menggosok gigi sebaiknya dibersihkan 3 kali dalam sehari, setiap sesudah makan, dan sebelum tidur malam. Dalam praktek anjuran tersebut tidak selalu dapat dilakukan, terutama bila di siang hari seseorang mempunyai kesibukan dalam pekerjaan. 2. Cara menggosok gigi Sewaktu menggosok gigi harus diingat bahwa sebaiknya arah penyikatan adalah dari gusi ke permukaan gigi, dengan tujuan selain membersihkan gigi, juga dapat dilakukan suatu pengurutan yang baik terhadap gusi 9. Sebelum dan pada waktu menggosok gigi terdapat beberapa hal yang biasanya dilakukan. Hal ini dilakukan agar dapat lebih mudah dalam membersihkan gigi, yaitu : a. membasahi sikat gigi sebelum diberi pasta gigi b. berkumur dan melaksanakan penyikatan sampai pasta gigi berbuih 12. Dalam melaksanakan gosok gigi yang optimal perlu diperhatikan faktorfaktor sebagai berikut : a. Teknik penyikatan harus dapat membersihkan semua permukaan gigi

b. Gerakan sikat gigi tidak boleh melukai jaringan lunak maupun jaringan keras c. Teknik penyikatan harus sederhana dan mudah dipelajari d. Teknik harus tersusun dengan baik, sehingga setiap bagian gigi dapat disikat bergantian dan tidak ada daerah yang terlewatkan 12. Berikut ini prinsip prinsip dalam menggosok gigi : a. Pegangan sikat harus dipegang dengan kuat tetapi jangan terlalu kuat karena akan melelahkan tangan dan pergelangan tangan b. Hindari pandangan ke bawah bidang c. Metode menyikat gigi yang benar harus dianjurkan tergantung pertumbuhan gigi dan keadaan gusi d. Dianjurkan untuk menggunakan jenis sikat gigi yang lembut, pertengahan atau keras (sikat gigi yang lembut bulunya berdiameter 0,2 mm, pertengahan 0,3 mm dan keras 0,4 mm), tergantung keadaan gusi e. Keefektifan dalam menyikat gigi juga tergantung pada sikat. Ketika bulu tidak efektif untuk membersihkan, sikat harus diganti. Warna penunjuk bulu sikat gigi dianjurkan yang dapat berubah warna, jadi apabila bulu sikat sudah tidak efektif lagi maka warna bulu sikat akan berubah warna 13. Menurut Depkes RI (1996), cara menggosok gigi adalah sebagai berikut : a. Pada permukaan labial sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju mundur yang pendek. Artinya sikat gigi digerak gerakkan di tempat. Gosok terlebih dahulu gigi gigi yang terletak di belakang. b. Sesudah itu, barulah sikat gigi dipindahkan ke tempat berikutnya, kemudian gosoklah gigi depan. c. Pada gigi permukaan dekat lidah, gosok dahulu gigi - gigi yang terletak di belakang, kemudian dilanjutkan bagian depan. d. Pada permukaan dataran pengunyahan dari gigi - gigi e. Rahang atas maupun rahang bawah digosok dengan gerakan maju mundur 14. Cara ini merupakan cara yang dianjurkan, karena menyikat

giginya dilakukan berulang - ulang pada satu tempat dahulu sebelum 7 pindah ke tempat lain. Sedangkan menurut Aziz (2004), cara menggosok gigi adalah sebagai berikut : a. Bersihkan permukaan dalam dan luar dari gigi bagian atas dengan gerakan memutar ke bawah b. Bersihkan permukaan dalam dan luar dari gigi bagian bawah dengan gerakan memutar ke atas c. Tekan dan putar sikat dengan lembut pada gusi guna melakukan pemijatan pada gusi d. Bersihkan permukaan gigi depan bagian dalam dengan gerakan dari dalam keluar e. Bersihkan permukaan gigi geraham bagian atas dan bawah yang digunakan untuk mengunyah dengan gerakan dari belakang ke depan lalu dari dalam keluar dan dari luar ke dalam 13. Beberapa cara menggosok gigi yang lain : a. Teknik vertikal Untuk menyikat bagian depan gigi kedua rahang tertutup lalu disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang dilakukan mulut dalam keadaan terbuka. b. Teknik horizontal Semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua cara tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik digunakan karena dapat mengakibatkan turunnya gusi. c. Teknik bebas Bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke arah gigi, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat digerakkan perlahan - lahan sehingga kepala sikat bergerak membentuk

lengkungan melalui permukaan gigi. Cara penyikatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi, supaya kotoran dapat keluar, dan untuk pembersihan daerah sela - sela gigi. Setiap kali sesudah dipakai, sikat gigi harus dibersihkan di bawah air mengalir supaya tidak ada sisa - sisa makanan atau pasta gigi yang tertinggal. Setelah bersih sikat gigi di letakkan dalam posisi berdiri supaya lekas kering. Sikat gigi yang kering lebih baik dalam membersihkan jaringan gusi daripada sikat gigi yang lembab dan basah, selain itu sikat gigi yang kering lebih bersih dan lebih sedikit bakteri yang dapat hidup 15. 3. Bentuk sikat gigi Alat - alat yang digunakan untuk membersihkan gigi adalah : a. Sikat gigi Sikat gigi terdiri dari gagang dan serabut yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai daya pembersih dengan keadaan mulut, tanpa menimbulkan luka pada gusi 7. Pedoman yang dapat digunakan sebagai petunjuk bentuk sikat gigi yang baik adalah : 1) Kepala sikat hendaknya jangan terlalu besar, untuk orang dewasa maksimal 29 x 10 mm, sikat gigi anak maksimal 24 x 8 mm, bila gigi molar kedua telah erupsi; maksimal 20 x 7 mm setelah gigi molar muncul; sikat gigi anak balita maksimal 18 x 7 mm 2) Bulu-bulu sikat harus lurus horisontal 3) Ujung bulu-bulu sikat harus membulat 4) Panjang bulu sikat untuk orang dewasa maksimal 10 x 12 mm, sikat gigi anak-anak 8 x 10 mm dan sikat anak balita 7 x 8 mm 5) Bulu sikat sebaiknya dengan berkas bulu yang banyak 6) Tangkai sikat seharusnya merupakan kepanjangan dari kepala sikat 7) Tangkai sikat seharusnya cukup kuat terletak baik dalam tangan

8) Pada sikat gigi anak-anak tangkai harus relatif agak panjang, sehingga orang tua atau perawat juga dapat berpegang pada sikat gigi atau minimal 14 cm 16. Sedangkan macam - macam bentuk permukaan bulu sikat gigi adalah : 1) Bulu sikat lurus yaitu bentuk permukaan bulu sikatnya lurus, rata, atau datar. Sikat gigi ini baik karena mempunyai tekanan yang sama saat digunakan. 2) Bulu sikat konkaf (cekung) yaitu bentuk permukaan bulu sikatnya cekung pada bagian tengah. Sikat gigi ini pada waktu digunakan yang dipinggir sudah menekan keras sedang yang tengah belum 3) Bulu sikat konveks (cembung) yaitu permukaan bulu sikatnya cembung pada bagian tengah. Sikat gigi ini pada waktu digunakan bagian tengah sudah menekan sedangkan yang pinggir belum 7. Ada beberapa jenis bahan bulu sikat gigi, antara lain : 1) Pandangan bulu sikat nilon Pada awal penemuannya, pembuatan sikat nilon mengikuti rumus tipe keras dan ekstra keras yang tampaknya disenangi oleh sebagian masyarakat. Pada saat ini sikat nilon lebih unggul dalam homogenitas, keseragaman ukuran bulu, elastisitas, tahan terhadap kepatahan dan tahan air 13. Bila kita mengamati metode penyikatan dari sejumlah masyarakat, terlihat adanya fakta yang penting antara lain : (a) Sebagian besar masyarakat membasahi sikat dengan air yang mengalir sebelum memberi pasta gigi. (b) Penyikatan berlangsung terus sampai pasta gigi telah membentuk busa dalam mulut sehingga perlu dibuang dan dikumur kumur. 2) Pandangan terhadap bulu sikat lembut

Bulu sikat yang lembut lebih dapat diterima karena lebih fleksibel dan lebih efisien membersihkan lekukan dan dapat mencapai daerah permukaan bagian tengah dan menghasilkan sedikit peradangan pada gusi (resesi gingival) 13. Jenis sikat dengan bulu lembut ini dianjurkan untuk pasien yang mengeluh bahwa menggosok gigi membuat gusi berdarah. Adalah hal yang penting untuk mengganti sikat gigi secara teratur, paling tidak setiap 3 bulan atau kurang, terutama bila rambut sikat gigi tersebut sudah tidak lurus lagi. Sikat yang menunjukkan tanda - tanda aus sehingga bila dipakai tidak dapat membersihkan permukaan gigi dengan baik. Efisiensi sebuah sikat gigi dalam menghilangkan plak sebagian terbesar tergantung pada kemampuan individu, dan sangat kecil sekali dipengaruhi oleh jenis sikat dan cara penyikatan 10. b. Pasta gigi Pasta gigi adalah bahan yang digunakan dengan sikat gigi untuk membersihkan tempat - tempat yang dapat dicapai 16. Pada umumnya pasta gigi mengandung bahan : bahan asah dan polis 20 40 %, bahan pengaktif permukaan 1 2 %, bahan pengikat 1 5 %, zat rasa 1 5 %, bahan terapi 0,1 0,4 % 17. Pasta gigi yang baik adalah pasta gigi yang mengandung flour, karena dapat menguatkan gigi dari karies atau gigi berlubang. Penggunaan pasta gigi akan membantu proses penyikatan, biasanya berbau enak dan sering mendorong orang menggosok gigi, terutama di kalangan anak-anak. c. Gelas kumur Gelas kumur digunakan untuk kumur-kumur pada saat membersihkan setelah penggunaan sikat gigi dan pasta gigi. Dianjurkan air yang digunakan adalah air matang, tapi paling tidak air yang digunakan adalah air yang bersih dan jernih. d. Cermin

Cermin digunakan untuk melihat permukaan gigi yang tertutup plak pada saat menggosok gigi. Dengan cermin kita dapat melihat 7 bagian mana yang belum bersih. C. Pertumbuhan Gigi Pada Anak SD Anak usia 6-14 tahun atau anak usia sekolah paling efektif dalam menerima pengetahuan dan perawatan kesehatan giginya. Masa anak usia sekolah adalah merupakan masa untuk melakukan landasan yang kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas. Pengertian sekolah dasar adalah lembaga pendidikan tingkat dasar yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dari usia 6-14 tahun, untuk pembinaan perkembangan kepribadian, pengetahuan, kesejahteraan dan pembinaan sifat-sifat dasar untuk menjadi warga negara yang baik serta mempersiapkan mereka bagi pendidikan ditingkat lanjutan 14. Pada waktu anak berumur 6 tahun maka ia mulai memasuki periode gigi bercampur. Pada masa tersebut disamping gigi anak (gigi susu) anak juga mulai mempunyai gigi dewasa (gigi tetap). Pada umur 6 7 tahun, tumbuh gigi geraham pertama di belakang gigi susu geraham kedua. Gigi tetap tersebut tidak mengganti kedudukan geraham gigi anak. Bersama gigi tadi tumbuh juga gigi seri dewasa pertama dirahang. Umur 7 8 tahun tumbuh secara hampir bersamaan gigi seri dewasa pertama atas dan gigi seri kedua bawah. Umur 8 9 tahun tumbuh gigi dewasa kedua atas. Umur 10 11 tahun tumbuh bersama sama, geraham kecil dewasa kedua atas. Umur 11 13 tahun gigi geraham besar dewasa kedua bawah dan 12 13 tahun gigi geraham besar dewasa kedua atas tumbuh. D. Status Kebersihan Gigi dan Mulut a. Kebersihan gigi dan mulut Kebersihan mulut sangat besar pengaruhnya untuk mencegah terjadinya gigi berlubang, radang gusi, periodontitis, juga mencegah terjadinya bau mulut. Kurangnya kebersihan mulut memungkinkan terjadinya penimbunan plak dan sisa sisa makanan. Karbohidrat dapat mengalami peragian, terutama sukrosa, merupakan substat utama untuk menghasilkan asam asam metabolis oleh

bakteri bakteri yang terjerat. Plak menetralisasi asam dan mencegah penyebaran bakteri. Asam akan menghancurkan lapisan email gigi dengan jalan dekalsifikasi, yaitu menghilangkan zat kapur gigi dan terjadilah karies (gigi berlubang). Kebersihan gigi dan mulut yang maksimal dapat tercapai dengan baik dengan cara membersihkan gigi dan mulut dari sisa makanan yang tertinggal diantara gigi atau fissure. Gigi yang bersih sekali sedikit sekali kemungkinannya 9 terkena karies gigi. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan dimana gigi geligi yang berada di dalam rongga mulut dalam keadaan yang bersih, bebas dari plak dan kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi dan sisa makanan serta tidak tercium bau busuk dalam mulut. b. Faktor faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut Faktor faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut adalah pengetahuan menggosok gigi, karena salah satu pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah menggosok gigi, yang meliputi frekuensi menggosok gigi, cara menggosok gigi dan bentuk sikat gigi 3. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut. c. Cakupan Kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) Kebersihan gigi dan mulut diperiksa dengan menggunakan OHI-S (Oral Higiene Index Simplified). OHI-S adalah skor atau nilai pemeriksaan gigi dan mulut (Green and Vermillion) dengan menjumlahkan Debris Index (DI) dan 3 Calculus Index (CI). Debris Index (DI) adalah skor dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi penentu, Calculus Index (CI) adalah skor dari endapan keras (karang gigi) terjadi karena debris mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu 3. Gigi penentu tersebut adalah : Rahang atas Rahang bawah : Gigi 6 kanan kiri permukaan bukal Gigi 1 kanan permukaan lingual : Gigi 6 kanan kiri permukaan lingual Gigi 1 kiri permukaan labial

Tabel 2. 1 Kriteria pemeriksaan Debris Indeks (DI) menurut Depkes RI 1999 Nilai 0 Kriteria Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak dan tidak ada pewarna ekstrinsik. a. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 1 permukaan gigi dari tepi gingiva atau gusi. b. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, akan tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya. Pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi 2 3 permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi dari tepi gingiva atau gusi. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 2/3 permukaan gigi dari tepi gingiva atau gusi. Menghitung Debris Indeks (DI) : DI = Jumlah Nilai Debris Jumlah Gigi yang diperiksa

Nilai 0 1 2 3 Tabel 2. 2 Kriteria pemeriksaan Calculus Indeks (CI) menurut Depkes RI 1999 Kriteria Tidak ada karang gigi Pada permukaan gigi ada karang gigi supra gingival yang menutupi gigi tidak lebih dari 1/3 permukaan dari tepi gingiva atau gusi. a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supra gingival kurang dari 2/3 permukaan dari tepi gingiva atau gusi. b. Sekitar bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi subgingival. a. Pada permukaan gigi yang diperiksa ada karang gigi supra gingival yang menutupi permukaan dari tepi gingival atau gusi. b. Sekitar bagian servikal gigi ada karang gigi subgingival yang menutupi dan melingkari seluruh servikal (continuous band of subgingival calculus). Menghitung Calculus Indeks (CI) : CI = Jumlah Nilai Calculus Jumlah Gigi yang diperiksa Kriteria DI dan CI adalah sebagai berikut : Kriteria DI = 0,0 0,6 Kriteria CI = 0,0 0,6 (Baik) 0,7-1,8 (Sedang) 3 1,9-3,0 (Buruk) (Baik) 0,7-1,8 (Sedang) 3 1,9-3,0 (Buruk)

Menghitung OHI - S (Oral Hygiene Index Symplified) : OHI S = Debris Index + Calculus Index Menurut standar WHO, OHI - S adalah sebagai berikut : OHI-S = 0,0-1,2 (Baik) 1,3-3,0 (Sedang) 3,1-6,0 (Buruk) 3 E. Pengaruh Frekuensi Menggosok Gigi, Cara Menggosok Gigi dan Bentuk Sikat Gigi Terhadap Status Kebersihan Gigi dan Mulut Menggosok gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan berbagai kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Pengaruh menggosok gigi terhadap status kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan menggosok gigi dapat membersihkan gigi geligi dari plak dan deposit lunak pada permukaan gigi geligi dan gusi sehingga gigi dan mulut terbebas dari kotoran 15, yang terdiri dari : a. Frekuensi menggosok gigi, sebaiknya dibersihkan minimal 2 kali sehari setiap sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam. Karena aliran ludah tidak seaktif malam hari dimana bakteri berkembang biak dari sisa makanan, menggosok gigi pertama kali dilakukan pagi hari karena bakteri berkumpul dalam mulut 11. b. Cara menggosok gigi, ada bermacam macam teknik menggosok gigi, diantaranya teknik vertikal, horizontal dan bebas. Cara menggosok gigi yang baik bila arah penyikatan dari gusi ke permukaan gigi, dengan tujuan selain membersihkan gigi juga dapat dilakukan suatu pengurutan yang baik terhadap 9 gusi. c Bentuk sikat gigi, dengan ukuran ujung kepala sikat mengecil seperti pohon natal dapat membersihkan celah berukuran sedang diantara gigi gigi dan dengan tangkai sikat gigi yang lurus akan dapat memudahkan dalam menggosok gigi 17.

F. KERANGKA TEORI Faktor Predisposisi : Pengetahuan, pendidikan, sikap, ekonomi, persepsi Faktor Pendukung : Informasi/PKM, pendapatan Frekuensi menggosok gigi, cara menggosok gigi dan bentuk sikat gigi yang digunakan Status kebersihan gigi dan mulut Faktor Pendorong : Orang tua, sikap petugas Sumber : 18 dengan modifikasi A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Frekuensi menggosok gigi Cara menggosok gigi Variabel Terikat Status Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S) Bentuk sikat gigi H. HIPOTESIS - Ada hubungan antara frekuensi menggosok gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas IV dan V di SDN Karangroto 04 di Kota Semarang - Ada hubungan antara cara menggosok gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas IV dan V di SDN Karangroto 04 di Kota Semarang - Ada hubungan antara bentuk sikat gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas IV dan V di SDN Karangroto 04 di Kota Semarang