Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara

dokumen-dokumen yang mirip
NOTAM Kalimat lengkap untuk semua NOTAM yang direncanakan, terkait dengan pekerjaan aerodrome harus dicantumkan dalam MOWP.

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi

6.4. Runway End Safety Area (RESA)

Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65

Code Letter Minimum Clearance

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

9.23. Lampu Taxiway Centre Line

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

9.36. Pemberian Lampu pada Daerah yang Ditutup dan Unserviceable

Tabel 6.7-7: Jarak pemisah minimum taxiway Garis tengah nonprecision. Code letter. approach runway

dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar Gambar : Runway exit sign

Lokasi, jarak, dan karakteristik lampu apron edge mengacu pada lampu taxiway edge dalam paragraf , dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm.

Gambar8.16-4: Glider is in opera

Light beams dan sudut pengaturan elevasi PAPI dan APAPI (Light beams and angle of elevation setting of PAPI and APAPI) Gambar 9.

Gambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone)

tanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud.

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN

Gambar 8.6-1: Marka Runway designation, centre line and threshold 8-6

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

Physical Characteristics of Aerodromes

Seseorang dapat mengajukan Perancangan Prosedur Penerbangan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

9.28. Lampu road-holding position

2 Program-International Civil Aviation Organization (ICAO), sehingga perlu disempurnakan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

Apabila ground earthing points disediakan, hambatan ke bumi tidak boleh lebih dari 10,000 ohm.

Kawasan keselamatan operasi penerbangan

PERATURAN MENTERl PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 44 TAHUN 2015 TENTANG

SKEP /40/ III / 2010

Gambar : Typical apron markings

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

Gambar : Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign

Jarak pendaratan yang tersedia 800 m hingga, 1200 m hingga, tetapi tidak mencapai 2400 m. Kurang dari 800 meter. Lokasi dan Dimensi.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :.KP TAHUN TENTANG

Ilustrasi category II and III approach lighting system. Diagram Isocandela untuk lampu approach centerline

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIKINDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 182 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 238 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA

2016, No Penerbangan (Aeronautical Meteorological Information Services); Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 2770 / XII / 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

TENTANG PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATIONS PART 139) TENTANG BANDAR UDARA (AERODROME)

2.4. Pertentangan dengan Standar Lainnya 2.5. Penggunaan Kode Referensi Bandar Udara ICAO untuk Menetapkan Standar

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

Gambar : Diagram Isocandela untuk Lampu Threshold Wing Bar Intensitas Tinggi (Sinar Hijau)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 55 TAHUN 2015 TENTANG

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

mengenai kewenangan Inspektur Navigasi Penerbangan dalam melaksanakan pengawasan; bahwa dalam melaksanaan pengawasan sebagaimana

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

Tabel : Karakteristik lampu obstacle

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 220 TAHUN 2017 TENTANG

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

AIRPORT MARKING AND LIGHTING

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

9.4. Aerodrome Beacon

TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG

Petunjuk dalam pemilihan arus hubungan seri (series line currents) untuk berbagai tahap intensitas

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

9 Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2009 tentang Peraturan

Code Letter Minimum Clearance

REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERHUBUNGAN

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Ruang Lingkup permasalah... 3 D. Metode Penyusunan Laporan... 3 E. Sistematika Penulisan...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

Transkripsi:

f. jika memungkinkan, kompeten dalam menggunakan alat komunikasi radio dan mengerti instruksi-instruksi yang disampaikan melalui radio. 10.11. Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara 10.11.1. Pendahuluan 10.11.1.1. Operator bandar udara yang bersertifikat harus mengatur pekerjaan di bandar udara sehingga tidak menimbilkan bahaya (hazard) terhadap pesawat udara atau kebingungan bagi para penerbang. Aerodrome Manual harus menyertakan prosedur-prosedur tertentu tentang perencanaan dan keselamatan pelaksanaan pekerjaan aerodrome. 10.11.1.2. Pekerjaan di bandar udara bisa dilakukan tanpa menutup bandar udara, selama persyaratan keselamatan operasional bandar udara telah dipenuhi. 10.11.1.3. Pekerjaan di bandar udara dapat dilaksanakan dengan cara: a. Apabila pekerjaan bersifat mengganggu operasi pesawat udara, maka pekerjaan harus dilaksanakan dengan perencanaan yang tepat yang disebut metode perencanaan pekerjaan (method of working plan/mowp); dan b. Apabila pekerjaan bersifat pemeliharaan, maka pekerjaan dilaksanakan dalam bentuk pekerjaan berbatas waktu. 10.11.1.4. Apabila threshold perlu untuk dipindah sementara sejauh lebih dari 300 m karena pekerjaan di bandar udara, maka harus berkoordinasi dengan Kantor Otoritas Bandara terkait penilaian dampak perpindahan threshold terhadap operasional. 10.11.2. Metode Perencanaan Pekerjaan 10.11.2.1. Pada bandar udara bersertifikat, kecuali jika bandar udara tersebut ditutup selama pekerjaan di bandar udara, atau apabila pekerjaan bersifat darurat, maka operator bandar udara dilarang melaksanakan pekerjaan di bandar udara, selain dari 10-28

pekerjaan berbatas waktu, tanpa membuat Method of Working Plan (MOWP) untuk pekerjaan tersebut. 10.11.2.2. MOWP harus memuat pengaturan untuk melaksanakan pekerjaan - pekerjaan tersebut. 10.11.2.3. MOWP harus dibuat sesuai penjelasan yang ada pada subbagian 10.11 Bab ini. 10.11.2.4. Pada saat membuat MOWP, operator Bandar udara harus berkonsultasi dengan: a. Operator pesawat udara komersial yang beroperasi di bandar udara tersebut; b. Pemandu Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Control);dan c. Unit PKP-PK apabila MOWP berpengaruh pada kegiatan operasional PKP-PK untuk memastikan keselamatan operasi pesawat udara di bandar udara 10.11.2.5. Operator bandar udara harus memberikan salinan MOWP dan setiap perubahannya kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Kantor Otoritas Bandara secepat mungkin setelah MOWP dibuat atau diubah. 10.11.2.6. Pekerjaan di bandar udara yang menggunakan MOWP harus dilaksanakan sesuai dengan MOWP dan setiap perubahannya. 10.11.2.7. MOWP tidak dibutuhkan apabila operator bandar udara menutup bandar udara pada saat pekerjaan di bandar udara sedang dilakukan. Ditjen Hubud, operator pesawat udara komersial dan seluruh organisasi maupun personel yang terkena dampak atas penutupan bandar udara harus diberikan informasi yang jelas terkait maksud penutupan bandar udara tersebut. 10.11.2.8. Operator bandar udara dilarang menutup bandar udara untuk operasi pesawat udara karena pekerjaan di bandar udara, kecuali jika NOTAM yang memberitahukan penutupan telah diterbitkan setidaknya 14 hari sebelum penutupan dilakukan. 10.11.2.9. MOWP tidak diperlukan untuk pekerjaan darurat pada bandar udara yang 10-29

dilaksanakan untuk memperbaiki kerusakan yang tidak terduga terhadap bagian area maneuver, atau untuk meniadakan halangan, atau jika pekerjaan tidak membutuhkan pembatasan terhadap operasi pesawat udara. Jika memungkinkan, NOTAM yang memberikan informasi waktu dan tanggal dimulainya pekerjaan harus diterbitkan, sesegera mungkin, namun sebaiknya tidak kurang dari 48 jam sebelum dimulainya pekerjaan. 10.11.3. Pekerjaan Berbatas Waktu 10.11.3.1. Pekerjaan di bandar udara dapat dilaksanakan sebagai pekerjaan berbatas waktu jika operasi normal pesawat udara tidak terganggu, area pergerakan dapat dikembalikan ke standar keselamatan normal dalam waktu tidak lebih dari 30 menit, termasuk pemindahan halangan apapun yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. 10.11.3.2. Pekerjaan berbatas waktu termasuk : a. Pemeliharaan marka dan lampu; b. Pemotongan rumput; c. Pemadatan (rolling) permukaan; d. Pembersihan (penyapuan) perkerasan; e. Perbaikan minor terhadap perkerasan; dan f. Survei dan inspeksi. 10.11.3.3. Seseorang dilarang memulai pekerjaan berbatas waktu yang membutuhkan lebih dari 10 menit untuk mengembalikan area pergerakan ke standar keselamatan normal dan memindahkan halangan, kecuali jika NOTAM telah diterbitkan tidak kurang dari 24 jam sebelum pekerjaan dimulai, menginformasikan tanggal dan waktu dimulainya pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke standar keselamatan normal. 10.11.4. Pembatasan dalam menjalankan pekerjaan berbatas waktu 10.11.4.1. Dengan mengacu pada paragraf 10.11.4.2 pekerjaan berbatas waktu dilarang dilakukan pada malam hari atau jika jarak pandang kurang dari 5 kilometer. 10-30

10.11.4.2. Paragraf 10.11.4.1 tidak berlaku jika diberikan kewenangan oleh Pemanduan Lalu Lintas Penerbangan pada aerodrome yang dikendalikan atau pada kasus-kasus lain jika standar keselamatan normal dapat segera dikembalikan sehingga memungkinkan operasi pesawat udara berlangsung tanpa tertunda. 10.11.5. Pengembalian ke Standar Keselamatan Normal 10.11.5.1. Pekerjaan berbatas waktu harus dihentikan dan standar keselamatan normal dikembalikan, jika diperlukan untuk pelaksanaan operasi pesawat udara. 10.11.5.2. Semua tindakan yang tepat harus diambil untuk menyelesaikan pengembalian standar keselamatan normal tidak kurang dari 5 menit sebelum jadwal atau waktu pengoperasian pesawat udara yang diinformasikan. 10.11.6. Kelanjutan Pekerjaan di Bandar Udara 10.11.6.1. Pada bandar udara yang tidak dikendalikan (ruang udaranya), pekerjaan yang telah dihentikan untuk memungkinkan pengembalian ke standar keselamatan normal dapat dilanjutkan kembali: a. jika pekerjaan di bandar udara dihentikan untuk kedatangan pesawat udara, sesegera mungkin setelah kedatangan, jika keselamatan pesawat udara tidak terancam oleh kelanjutan pekerjaan tersebut, pekerjaan dilanjutkan; atau b. jika pekerjaan di bandar udara terhenti karena keberangkatan pesawat udara, 15 menit setelah keberangkatan pekerjaan aerodrome dapat dilanjutkan; atau c. jika pekerjaan di bandar udara terhenti karena keterlambatan kedatangan pesawat udara, 30 menit setelah jadwal atau ada pemberitahuan tentang jadwal waktu yang diinformasikan untuk waktu kedatangan (apabila ETA yang baru sudah ditetapkan) 10-31

10.11.6.2. Pada bandar udara yang memiliki ATS, Pemandu Lalu Lintas Penerbangan dapat mengembalikan standar keselamatan operasional normal, berdasarkan permintaan operator bandar udara, merubah batas waktu yang ditetapkan pada paragraf 10.11.6.1 untuk mengembalikan standar keselamatan operasional normal atau untuk melanjutkan pekerjaan di bandar udara. Perubahan yang dimaksud pada paragraf ini mengacu pada kondisi-kondisi yang muncul terkait Pemanduan Lalu Lintas Penerbangan. 10.11.7. Manajemen dan Pengaturan Pekerjaan Aerodrome 10.11.7.1. Operator bandar udara harus memastikan bahwa pekerjaan aerodrome dilaksanakan sesuai dengan standar dalam Bab ini. 10.11.7.2. Operator bandar udara harus menunjuk seseorang secara tertulis sebagai petugas keselamatan pekerjaan (Work Safety Officer /WSO) dengan tujuan untuk memastikan keselamatan operasional pesawat udara selama pelaksanaan pekerjaan aerodrome. 10.11.7.3. Sebelum menunjuk seseorang sebagai petugas keselamatan pekerjaan, operator bandar udara harus merasa yakin bahwa orang tersebut mampu melaksanakan fungsi-fungsi petugas keselamatan pekerjaan sebagaimana ditetapkan dalam subbagian 10.14. 10.11.7.4. Seorang petugas keselamatan pekerjaan harus selalu ada pada saat pelaksanaan pekerjaan bandar udara dan bandar udara digunakan untuk operasi pesawat udara. 10.11.7.5. Untuk pekerjaan berbatas waktu, petugas keselamatan pekerjaan secara khusus tidak diperlukan jika salah satu dari orang-orang yang melaksanakan kegiatan pekerjaan berkompeten untuk menjadi petugas keselamatan pekerjaan. 10.11.7.6. Operator bandar udara harus mengambil tindakan-tindakan yang tepat untuk memastikan bahwa pekerjaan-pekerjaan di bandar udara dilaksanakan dengan cara sedemikian rupa sehingga 10-32

keselamatan operasi pesawat udara terjamin. 10.11.7.7. Orang, kendaraan, barang-barang dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan di bandar udara, dilarang untuk memasuki area pergerakan atau tetap berada di area pergerakan kecuali digunakan untuk pekerjaan. 10.11.7.8. Prosedur tata cara memasuki area kerja harus tercantum di Metode Rencana Kerja (MOWP - Method of Working Plan). 10.11.7.9. Operator bandar udara harus memberikan akses area pekerjaan hanya sepanjang jalur yang ditunjukkan dalam MOWP. 10.11.8. Marka, Rambu dan Penerangan 10.11.8.1. Marka, rambu dan penerangan yang dibutuhkan untuk, atau yang terkena dampak dari, pekerjaan di bandar udara harus dipasang, digeser atau dipindahkan sesuai dengan standar. 10.11.8.2. Bagian area pergerakan yang tidak dapat digunakan akibat dari pekerjaan di bandar udara harus diberi marka dan lampu sesuai dengan standar. 10.11.8.3. Semua obstacles yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan di bandar udara harus diberi marker dan lampu sesuai standar yang sesuai seperti yang terdapat di Bab 8 dan 9. 10.11.8.4. Kendaraan dan barang-barang yang digunakan dalam menjalankan pekerjaan di bandar udara harus di beri marka seperti yang ada di paragraf 8.11.5. 10.11.8.5. Sebagai tambahan pada paragraf 10.11.8.4 kendaraan dan barang-barang yang digunakan untuk menjalankan pekerjaan di bandar udara pada malam hari harus diberi lampu sesuai dengan yang ada di paragraf 9.21.1. 10.11.9. Peralatan Komunikasi 10.11.9.1. Pada bandar udara yang memiliki ATS, kendaraan yang digunakan oleh petugas keselamatan pekerjaan yang mengawasi pekerjaan di bandar udara harus dilengkapi dengan radio komunikasi dua arah dengan Pemandu Lalu Lintas Penerbangan (ATC). 10-33

10.11.9.2. Untuk kelancaran komunikasi dengan Pemandu Lalu Lintas Penerbangan (ATC), setiap kendaraan yang digunakan oleh Petugas Keselamatan Pekerjaan harus diberikan tanda panggil (call sign). 10.11.9.3. Kendaraan atau barang-barang yang tidak: a. diberi marka atau diberi lampu sesuai dengan paragraf 10.11.8; atau b. jika memungkinkan, dilengkapi dengan radio komunikasi dua arah untuk kendaraan yang melaksanakan pekerjaan di bandar udara yang: i. digunakan di bawah pengawasan langsung petugas keselamatan pekerjaan (WSO); atau ii. digunakan hanya dalam batas area kerja yang diberi marka dan diberi lampu. 10.11.10. Penyelesaian Pada saat penyelesaian pekerjaan di bandar udara dan area pergerakan dikembalikan ke standar keselamatan operasi normal, Operator bandar udara harus mencabut setiap NOTAM yang diterbitkan terkait informasi pekerjaan pekerjaan tersebut. 10.11.11. Pekerjaan Pelapisan Perkerasan (Overlay) 10.11.11.1. Di akhir sesi pekerjaan pelapisan, ketika runway akan dikembalikan ke status operasional, permukaan runway yang baru dan yang lama tidak boleh memiliki perbedaan ketinggian permukaan lebih dari 50 mm. Hal ini memerlukan adanya ramp sementara antara permukaan runway yang baru dengan yang lama. 10.11.11.2. Di akhir sesi pekerjaan pelapisan, perbedaan permukaan runway dan bahunya tidak boleh melebihi 50 mm. 10.11.11.3. Kemiringan longitudinal ramp sementara yang dijelaskan dalam paragraf 10.11.11.1, diukur dengan mengacu pada permukaan runway yang sudah ada atau jalur pelapisan ulang sebelumnya, harus sebesar: a. 0.5 hingga 1.0 persen untuk pelapisan hingga ketebalan 5 cm; dan 10-34

b. Tidak lebih dari 0.5 persen untuk pelapisan dengan ketebalan lebih dari 5 cm. 10.11.11.4. Jika memungkinkan, arah pelapisan perkerasan harus dimulai dari ujung runway menuju ke ujung yang lainnya sedemikian rupa sehingga berdasarkan penggunaan runway sebagian besar operasi pesawat udara akan mengalami down ramp. 10.11.11.5. Jika memungkinkan, keseluruhan lebar runway harus selesai dilapisi (overlay) pada setiap sesi pekerjaan. Apabila tidak bisa dilakukan pelapisan untuk seluruh lebar runway dalam satu sesi pekerjaan, maka sekurangnya dua pertiga bagian diukur dari garis tengah runway harus selesai dilapisi. Dalam kasus ini, transverse ramp sementara antara 0.8 dan 1.0 persen harus disediakan antara batas permukaan yang baru dilapisi dengan permukaan runway yang lama atau hasil pelapisan sebelumnya; apabila perbedaan permukaan melebihi 25 mm. 10.11.11.6. Pada runway kode 3 atau 4, Jika runway yang sebagian telah dilapisi (overlay) digunakan untuk operasi sementara, marka garis tengah runway harus disediakan sesuai dengan spesifikasi dalam Bab 8. 10.11.12. Pekerjaan di Runway Strip 10.11.12.1. Pekerjaan di runway strip harus dilaksanakan dalam waktu sesingkat mungkin dan apabila pekerjaan berada pada 23 m dari sisi pinggir runway atau bahu runway maka: a. pekerjaan hanya dapat dilaksanakan pada salah satu sisi runway dalam satu waktu; b. daerah kerja pada setiap sesi pekerjaan tidak boleh melebihi 9 meter persegi; c. material seperti kerikil, rambu dan lampu, dsb, yang ditinggalkan dalam bagian runway strip, tidak boleh melebihi setengah meter tingginya di atas tanah. Material lain yang kemungkinan terkena dampak baling- 10-35

baling (propeller) atau jet blast harus dipindahkan; dan d. peralatan dan kendaraan harus dikosongkan dari daerah ini apabila runway digunakan. 10.11.12.2. Apabila pekerjaan dilaksanakan pada runway strip antara 23 m dari pinggir runway atau bahu runway dan sisi graded runway strip, maka pembatasan yang sama harus diterapkan dalam daerah tersebut, sebagaimana untuk paragraf 10.11.12.1 di atas, kecuali bahwa daerah kerja dapat ditambah hingga seluas 18 meter persegi pada satu sesi pekerjaan, dan ketinggian material dapat ditambahkan hingga satu meter. 10.11.12.3. Apabila pekerjaan dilaksanakan di sekitar alat bantu navigasi atau alat bantu pendaratan yang terletak di dalam runway strips, harus dilakukan langkah-langkah untuk memastikan bahwa tidak ada pekerjaan, kendaraan atau barang-barang yang terkait dengan pekerjaan, dapat mempengaruhi kinerja alat bantu navigasi atau alat bantu pendaratan. 10.12. Program Pemeliharaan Perkerasan (Pavement) 10.12.1. Penyelenggara bandar udara harus membuat dan melaksanakan Program Pemeliharaan Perkerasan (Pavement Management System) dan Program Pemeliharaan Alat Bantu Visual untuk : a. bandar udara bersertifikat yang melayani angkutan udara luar negeri paling lambat 01 Januari 2016; dan b. bandar udara bersertifikat yang melayani angkutan udara dalam negeri paling lambat 01 Januari 2017. 10.12.2. Program Pemeliharaan Perkerasan (Pavement Management System) dan Program Pemeliharaan Alat Bantu Visual harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam manual standar teknis dan operasional bandar udara dan disampaikan hasilnya kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 10.12.3. Program Pemeliharaan Perkerasan (Pavement Management System) merupakan prosedur sistematis untuk mengetahui perencanaan pemeliharaan (kapan dan bagaimana) untuk memperoleh hasil yang 10-36

maksimal dengan biaya yang seefesien mungkin, termasuk tindakan pencegahan adanya FOD (Foreign Object Damage/Debris) maupun ketidakteraturan permukaan pada runway, taxiway, apron dan taxiway shoulder. 10.12.3.1. Para operator bandar udara harus membuat dan melaksanakan program pemeliharaan perkerasan (pavement management system). 10.12.3.2. Program pemeliharaan perkerasan (pavement management system) merupakan suatu sistem untuk mengetahui perencanaan pemeliharaan (kapan dan bagaimana) untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan biaya yang seefisien mungkin. 10.12.3.3. Seluruh permukaan area pergerakkan termasuk perkerasan (runway, taxiway dan apron) dan daerah sekitarnya harus diperiksa dan dimonitor kondisinya secara reguler sebagai bagian dari program pemeliharaan preventif dan korektif bandar udara dengan tujuan untuk mencegah dan menghilangkan FOD yang mungkin menyebabkan kerusakan pesawat atau mengganggu pengoperasian sistem pesawat. Catatan : - Lihat Paragraf 10.21 tentang Inspeksi Teknis Keselamatan Bandar Udara. - Petunjuk dalam melaksanakan inspeksi harian pada area pergerakkan terdapat dalam Airport Services Manual (Doc 9137), Part 8, the Manual of Surface Movement Guidance and Control Systems (SMGCS) (Doc 9476) and the Advanced Surface Movement Guidance and Control Systems (A-SMGCS) Manual (Doc 9830). - Petunjuk tambahan untuk melakukan pembersihan permukaan terdapat dalam Airport Service Manual (Doc 9137) Part 9. - Panduan tentang tindakan pencegahan yang harus diambil sehubungan dengan kondisi permukaan bahu runway atau taxiway terdapat dalam Attachment A, Section 9 Annex 14, dan Aerodrome Design Manual (Doc 9157), Part 2. - Jika perkerasan digunakan oleh pesawat udara atau pesawat besar dengan 10-37

tekanan ban dalam kategori tinggi dimaksud dalam 5.1.4.8, perhatian khusus harus diberikan untuk integrity of light fitting di perkerasan dan ruas perkerasan. 10.12.3.4. Permukaan runway harus diperlihara kondisinya untuk mencegah adanya ketidakteraturan yang dapat membahayakan. 10.12.4. Perkerasan runway harus dipelihara kondisinya untuk dapat menghasilkan karakteristik gesekan permukaan pada atau di atas level gesekan minimum yang ditentukan pleh DGCA. 10.12.5. Apabila terdapat hasil dari program tersebut diatas yang menunjukan penurunan kelayakan sehingga dapat mengakibatkan penurunan kemampuan operasi bandar udara, guna penyelenggara bandar udara harus dapat membuat risk assessment guna menjamin keselamatan operasi pesawat udara. 10.12.6. Pembersihan Kontaminan (Contaminants) 10.12.6.1. Genangan air, lumpur, debu, pasir, minyak, rubber deposit dan kontaminan lainnya harus dihilangkan seluruhnya dan secepat mungkin dari runway yang digunakan untuk meminimalkan kontaminan tersebut terakumulasi. 10.12.6.2. Taxiway perlu dibersihkan dari kontaminan lainnya sejauh yang diperlukan untuk memungkinkan pesawat yang akan melakukan taxi ke dan dari runway yang beroperasi. 10.12.6.3. Apron perlu dibersihkan dari kontaminan lainnya sejauh yang diperlukan untuk memungkinkan pesawat udara melakukan maneuver, towed, atau push dengan selamat. 10.12.6.4. Bahan kimia yang mungkin memiliki efek yang merugikan pada pesawat atau trotoar, atau bahan kimia yang mungkin memiliki efek toksik pada lingkungan bandar udara, tidak akan digunakan. 10.13. Metode Perencanaan Pekerjaan (MOWP) 10.13.1. Pengenalan MOWP harus dibuat dalam bagian-bagian sebagaimana urutan berikut: 10-38

i. halaman judul; ii. informasi pekerjaan; iii. pembatasan terhadap operasi pesawat udara; iv. pembatasan terhadap organisasi pekerjaan (proyek); v. administrasi; vi. kewenangan; vii. gambar; dan viii. daftar distribusi. 10.13.2. Halaman Judul 10.13.2.1. Setiap MOWP harus diberi nomor referensi yang terdiri dari identifikasi aerodrome di AIP Indonesia (location indicator), dua angka terakhir dari tahun dan nomor MOWP diberikan oleh operator bandar udara. 10.13.2.2. MOWP yang dikeluarkan untuk bandar udara yang sama harus diberi nomor berurutan sesuai urutan penerbitan MOWP. 10.13.2.3. Nomor MOWP, tanggal penerbitan, serta tanggal dan nomor amandemen ditulis di ujung kanan atas halaman judul. 10.13.2.4. Judul harus menunjukkan lokasi pekerjaan dan penjelasan singkat perihal proyek, misalnya [nama aerodrome]: perbaikan runway 07/25. 10.13.2.5. Tanggal persetujuan MOWP, tanggal mulai dan berakhirnya MOWP, serta tanggal penyelesaian pekerjaan ditulis di halaman judul. 10.13.2.6. Halaman judul harus mencakup daftar bagian-bagian dari MOWP. 10.13.3. Informasi Pekerjaan MOWP harus: a. berisi ringkasan dari seluruh lingkup pekerjaan dan menjelaskan fasilitas aerodrome yang terkena dampak pekerjaan; b. mencantumkan tanggal rencana dan mulainya pelaksanaan pekerjaan, jangka waktu dari tahapan pekerjaan dan waktu penyelesaian pekerjaan; c. mencantumkan kalimat berikut: Tanggal dan waktu sebenarnya selama pelaksanaan pekerjaan akan diinformasikan melalui NOTAM, yang diterbitkan tidak kurang dari 48 jam sebelum pekerjaan dilaksanakan. 10-39