PEDOMAN PENUGASAN BIDANG INVESTIGASI



dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR AUDIT INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat. 1. Menimbang '. a. STANDAR AUDIT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN AGAMA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG : STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

Standar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

" '"".'\. TI;:PIOTHUSUS ~... MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Perwakilan. Organisasi. Tata Kerja.

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keu

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

WALIKOTA TASIKMALAYA

Suplemen Rencana Strategis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BEKASI : E SERI ... APARAT. yang. berdaya. guna, dan. Pemerint. tah (APIP) Pengawa. APlP yang. diperlukan. Kotamadya.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

PEDOMAN PENUGASAN BIDANG INVESTIGASI PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR: PER-1314/K/D6/2012

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-1314/K/D6/2012 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN BIDANG INVESTIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan perkembangan penugasan serta menunjang tercapainya output Bidang Investigasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang berkualitas dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), perlu adanya pedoman penugasan bidang investigasi; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4890); 2. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; i

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 68/M Tahun 2010 tentang Pengangkatan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 4. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-06.00.00-080/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 5. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-06.00.00-286/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP- 713/K/SU/2012; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PEDOMAN PENUGASAN BIDANG INVESTIGASI. Pasal 1 Pedoman Penugasan Bidang Investigasi yang selanjutnya disebut dengan PPBI adalah norma yang menjadi pedoman bagi segenap auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam merencanakan, melaksanakan, melaporkan, mengendalikan dan memantau tindak lanjut penugasan bidang investigasi, dengan tujuan tercapainya produk bidang investigasi yang berkualitas dan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). ii

Pasal 2 (1) PPBI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 mengatur hal-hal meliputi pedoman umum, pedoman pelaksanaan, pedoman pelaporan, dan pedoman pemantauan tindak lanjut dalam rangka penugasan bidang investigasi. (2) PPBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sejak tahap pra perencanaan penugasan sampai dengan tahap pemantauan tindak lanjut. Pasal 3 PPBI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini. Pasal 4 Hal-hal teknis yang belum diatur dalam Peraturan Kepala ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi. Pasal 5 Dengan berlakunya Peraturan Kepala ini, maka ketentuan sebelumnya yang mengatur tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 6 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal: 16 Oktober 2012 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN iii MARDIASMO

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER-1314/K/D6/2012 TANGGAL : 16 OKTOBER 2012 PEDOMAN PENUGASAN BIDANG INVESTIGASI 1 P P B I

DAFTAR ISI PERATURAN KEPALA BPKP... i LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP... 1 BAB I PEDOMAN UMUM... 2 PU101 Pengertian... 2 PU102 Latar Belakang... 6 PU103 Dasar Penyusunan Pedoman... 8 PU104 Maksud dan Tujuan PPBI... 10 PU105 Ruang Lingkup Penugasan Bidang Investigasi... 10 PU106 Independensi dan Objektivitas... 12 PU107 Keahlian... 13 PU108 Kecermatan Profesional... 13 PU109 Kepatuhan Terhadap Kode Etik... 13 BAB II PEDOMAN PELAKSANAAN... 14 PP201 Umum... 14 PP202 Pra Perencanaan Penugasan... 14 PP203 Perencanaan... 24 PP204 Pengumpulan dan Evaluasi Bukti... 28 PP205 Pengkomunikasian Hasil Audit Kepada Pihak yang Berkepentingan... 38 PP206 Pengelolaan Kertas Kerja Audit... 40 BAB III PEDOMAN PELAPORAN... 43 PL301 Umum... 43 PL302 Pengelolaan Pelaporan Hasil Audit... 45 Daftar Isi

BAB IV PEDOMAN PEMANTAUAN TINDAK LANJUT... 52 TL401 Umum... 52 TL402 Pemantauan Tindak Lanjut... 52 DAFTAR PUSTAKA... 56 DAFTAR REGULASI... 57 TIM REVISI PPBI... 59 LAMPIRAN Format Dokumen Pengelolaan Penugasan Bidang Investigasi Lampiran A. Audit Investigatif Lampiran B. Audit Dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Lampiran C. Audit Penyesuaian Harga Lampiran D. Audit Klaim Daftar Isi

PPBI BAB I PEDOMAN UMUM PU101 Pengertian Dalam Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI) ini, yang dimaksud dengan: 01. Audit adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu satuan usaha yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. 02. Audit Dengan Tujuan Tertentu adalah audit yang dilakukan dengan tujuan khusus di luar audit keuangan dan audit kinerja. Termasuk dalam audit tujuan tertentu ini adalah audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, audit investigatif, audit klaim, dan audit penyesuaian harga. 03. Audit Dalam Rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN) adalah audit dengan tujuan tertentu yang dimaksudkan untuk menyatakan pendapat mengenai nilai kerugian keuangan negara yang timbul dari suatu kasus penyimpangan dan digunakan untuk mendukung tindakan litigasi. 04. Audit Investigatif adalah proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan tindakan hukum selanjutnya. 05. Audit Klaim adalah audit yang terkait dengan pengajuan klaim/tuntutan pihak ketiga untuk memperoleh simpulan sebagai bahan pertimbangan bagi stakeholders dan pihak terkait untuk mengambil keputusan penyelesaian klaim/tuntutan. 06. Audit Penyesuaian Harga adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait dengan permintaan penyesuaian harga pada suatu kegiatan untuk memperoleh simpulan sebagai bahan pertimbangan bagi entitas pemerintahan untuk mengambil keputusan penyesuaian harga. 07. Current issues adalah permasalahan terkini yang sedang menjadi sorotan publik sehingga memerlukan penanganan segera. 2 Pedoman Umum

PPBI 08. Daftar Pihak-Pihak yang Terkait adalah daftar kode, nama dan jabatan para pelaku yang terlibat pada penyimpangan yang ditemukan oleh auditor pada saat melakukan audit investigatif. 09. Dokumen Elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 10. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan (Evaluasi HKP) adalah evaluasi secara independen dan objektif terhadap hambatan pembangunan untuk mendapatkan alternatif penyelesaian sesuai ketentuan yang berlaku melalui mediasi. 11. Hambatan Kelancaran Pembangunan adalah kondisi dimana proses pembangunan tidak dapat mencapai keluaran (output), hasil (outcome), dan manfaat (benefit) yang telah ditetapkan karena adanya masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan menggunakan kewenangan para pihak terkait. 12. Harga Satuan Timpang adalah harga satuan penawaran yang melebihi 110% dari harga satuan HPS setelah dilakukan klarifikasi. 13. Hipotesis adalah suatu praduga yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta atau pun kondisi-kondisi yang diduga mengandung penyimpangan atau hambatan kelancaran pembangunan dan digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan langkah-langkah audit investigatif selanjutnya. 14. Indeks Harga adalah perubahan harga barang/jasa dari satu periode ke periode tertentu dan menjadi indikator. 15. Instansi Penyidik adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), Kejaksaan Republik Indonesia, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 16. Kasus adalah dugaan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah yang dapat menghambat kegiatan pemerintah dan/atau pembangunan. 3 Pedoman Umum

PPBI 17. Kerugian Keuangan Negara adalah berkurangnya kekayaan negara atau bertambahnya kewajiban negara tanpa diimbangi dengan prestasi yang setara, yang disebabkan oleh suatu tindakan melawan hukum, penyalahgunaan wewenang/kesempatan atau sarana yang ada pada seseorang karena jabatan atau kedudukan, kelalaian seseorang, dan atau disebabkan oleh keadaan di luar kemampuan manusia (force majeure). Dalam konteks pasal 2 dan 3 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kerugian keuangan negara yang dimaksud adalah yang disebabkan perbuatan melawan hukum (pasal 2), tindakan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada pada seseorang karena jabatan atau kedudukannya (pasal 3). 18. Keuangan Negara adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 19. Klaim adalah tuntutan satu pihak kepada pemerintah atau sebaliknya terkait kepentingan pemerintah yang nilainya belum dapat disepakati para pihak, akibat adanya kondisi riil yang berbeda dengan ketentuan yang tertuang dalam dokumen kontrak, termasuk substansi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa dalam keadaan kahar. 20. Koefisien Komponen adalah perbandingan antara nilai bahan, tenaga kerja dan alat kerja terhadap Harga Satuan dari pembobotan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dalam Dokumen Pengadaan. 21. Kontrak lumpsum merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga sebagaimana tercantum dalam pasal 51 (1) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 22. Kontrak Harga Satuan merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam pasal 51 (2) Peraturan 4 Pedoman Umum

PPBI Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 23. Laporan/Pengaduan Masyarakat adalah informasi tertulis dari masyarakat mengenai dugaan penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan pada Objek Penugasan. 24. Masalah adalah kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan antara target dengan realisasinya dalam pengelolaan keuangan negara/daerah yang menghambat kegiatan pemerintah dan/atau pembangunan. 25. Objek Penugasan adalah semua lembaga negara baik di tingkat pusat maupun daerah, badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara, termasuk pihak lain berdasarkan penetapan pengadilan. 26. Pemberian Keterangan Ahli adalah pemberian pendapat berdasarkan keahlian profesi Auditor BPKP dalam suatu kasus tindak pidana korupsi dan/atau perdata untuk membuat terang suatu kasus bagi Penyidik dan/atau Hakim. 27. Penghitungan Penyesuaian Harga Satuan adalah penghitungan yang dilakukan berdasarkan ketentuan dan tata cara yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan serta addendumnya. 28. Pengkajian Aspek Pencegahan Korupsi Atas Ketentuan Peraturan yang Berindikasi Menjadi Penyebab Korupsi, selanjutnya disebut Pengkajian Ketentuan Peraturan, adalah penugasan dalam rangka mengidentifikasi kelemahan substansi ketentuan peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi. 29. Peningkatan Tata Kelola Kepemerintahan yang Bersih (Fraud Control Plan/FCP) adalah pengendalian yang dirancang secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara. FCP terdiri atas atribut-atribut spesifik yang memperkuat sistem pengendalian intern pada Objek Penugasan. 30. Penyesuaian Harga adalah penyesuaian harga satuan dalam kontrak pengadaan barang/jasa yang disebabkan oleh adanya perubahan harga. 31. Perkara adalah penyimpangan yang berindikasi tindak pidana korupsi. 5 Pedoman Umum

PPBI 32. Riwayat Penugasan adalah kumpulan dokumentasi riwayat penugasan keinvestigasian mulai dari surat permintaan penugasan sampai penyelesaian penugasan dan dokumen lain yang relevan dengan riwayat suatu penugasan. 33. Tindakan post bidding yaitu tindakan mengubah, menambah, mengganti dan/atau mengurangi Dokumen Pengadaan dan/atau Dokumen Penawaran setelah batas akhir pemasukan penawaran. 34. Unit Kerja adalah Direktorat pada Deputi Bidang Investigasi BPKP dan Perwakilan BPKP. PU102 Latar Belakang 01. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan lembaga yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005. 02. Salah satu tugas pemerintahan di bidang pengawasan yang dilaksanakan oleh BPKP adalah penugasan bidang investigasi yang meliputi audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian keterangan ahli, evaluasi hambatan kelancaran pembangunan, audit penyesuaian harga, dan audit klaim serta penugasan investigasi lainnya yang berkaitan dengan upaya pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di lingkungan Objek Penugasan. Penugasan bidang investigasi dilaksanakan oleh BPKP Pusat maupun Perwakilan BPKP berdasarkan pengembangan hasil audit operasional, laporan/pengaduan masyarakat, permintaan dari instansi penyidik/penetapan pengadilan, dan permintaan dari Objek Penugasan yang memerlukan produk keinvestigasian. 03. Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maka pelaksanaan audit investigatif dan progam pencegahan korupsi melalui implementasi dan evaluasi FCP serta pengkajian ketentuan peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi menjadi sangat penting sebagai dukungan untuk memperkuat implementasi sistem pengendalian intern dalam mencapai akuntabilitas 6 Pedoman Umum

PPBI pengelolaan keuangan negara dan pengelolaan kepemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance). 04. Laporan hasil audit investigatif termasuk laporan hasil audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara atas kasus-kasus dugaan tindak pidana korupsi sebagai output penugasan bidang investigasi yang dihasilkan BPKP dan pemberian keterangan ahli di sidang pengadilan selama ini telah membantu upaya pemerintah dalam mengungkap dan menindak kejadian korupsi. Demikian juga dengan laporan hasil evaluasi hambatan kelancaran pembangunan, laporan audit penyesuaian harga, dan laporan audit klaim digunakan oleh Pimpinan Objek Penugasan sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan guna menyelesaikan hambatan kelancaran pembangunan dan keputusan yang menyangkut pengamanan dan pencegahan terhadap kebocoran pembayaran yang menjadi beban keuangan negara. 05. BPKP sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang mempunyai tugas melakukan pencegahan terhadap terjadinya KKN secara terus-menerus mengembangkan Fraud Control Plan (FCP). FCP merupakan alat yang diimplementasikan oleh BPKP dan setiap Objek Penugasan guna memperkuat sistem pengendalian intern dalam mendeteksi dan mencegah kemungkinan terjadinya KKN pada berbagai organisasi pemerintahan. Upaya pencegahan KKN lainnya yaitu dilakukan melalui penugasan Pengkajian Ketentuan Peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi guna perbaikan atau penyempurnaan aspek sistem pengendalian intern pada pelaksanaan peraturan. 06. Untuk menjaga kualitas produk bidang investigasi di atas, diperlukan Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI). PPBI merupakan pedoman yang mengatur pengelolaan penugasan bidang investigasi sebagai ukuran mutu minimal yang berlaku di BPKP untuk melakukan kegiatan penugasan keinvestigasian. 07. PPBI wajib dipedomani oleh seluruh unit kerja di BPKP yang melakukan penugasan bidang investigasi untuk memastikan bahwa output yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. 08. Pedoman ini memuat pedoman umum, pedoman pelaksanaan, pedoman pelaporan dan pedoman tindak lanjut yang mengacu kepada standar dan 7 Pedoman Umum

PPBI praktik-praktik terbaik (best practices) profesi bidang akuntansi dan audit. Halhal teknis sebagai pengaturan teknis pedoman ini diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis. 09. Dengan diberlakukannya PPBI ini diharapkan terdapat keseragaman dalam penanganan penugasan bidang investigasi di lingkungan BPKP. PU103 Dasar Penyusunan Pedoman 01. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 02. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005. 03. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah diperbaharui terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012. 04. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014. 05. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. 06. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara. 07. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. 08. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. 09. Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-06.00.00-080/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP. 8 Pedoman Umum

PPBI 10. Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-06.00.00-286/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPKP sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-713/K/SU/2002. 11. Petunjuk Pelaksanaan Bersama Jaksa Agung Republik Indonesia dan Kepala BPKP Nomor: Juklak-001/J.A/2/1989 dan Nomor: Kep-145/K/1989 tanggal 25 Februari 1989 tentang Upaya Memantapkan Kerjasama Kejaksaan dengan BPKP Dalam Penanganan Kasus yang Berindikasi Korupsi. 12. Keputusan Bersama Jaksa Agung Republik Indonesia dan Kepala BPKP Nomor: Kep-017/J.A/2/1994 dan Nomor: Kep-42/K/1994 tanggal 10 Februari 1994 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Kejaksaan Dengan BPKP Dalam Menangani Kasus Perdata yang Menimbulkan Kerugian Keuangan/ Kekayaan Negara. 13. Keputusan Bersama Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepala BPKP Nomor Pol.: Kep-12/IV/2002 dan Nomor Kep.04.02.00-219/K/2002 tanggal 29 April 2002 tentang Kerjasama Dalam Penanganan yang Berindikasi Tindak Pidana. 14. Nota Kesepahaman antara Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara dengan BPKP Nomor: MOU-03/MBU/2006 dan Nomor MOU-199/K/D5/2006 tanggal 14 Februari 2006 tentang Kerjasama Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara. 15. Nota Kesepahaman antara Kepala BPKP dan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Nomor: MOU-418/K/D6/2007 dan Nomor: NK-06/1.02/PPATK/04/07 tanggal 19 April 2007 tentang Kerjasama Dalam Rangka Pertukaran Informasi dan Penanganan Kasus yang Berindikasi Tindak Pidana. 16. Keputusan Bersama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepala BPKP Nomor: 42/KPK-BPKP/IV/2007 dan Nomor: Kep-501/K/D6/2007 tanggal 30 April 2007 tentang Kerjasama Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diperbaharui dengan Keputusan Bersama Ketua KPK dan Kepala BPKP Nomor 02/KPK-BPKP/V/2008 dan Nomor Kep-610/K/D6/2008 tanggal 15 Mei 2008 dan Keputusan Bersama Ketua KPK dan Kepala BPKP 9 Pedoman Umum

PPBI Nomor SPJ-15/01/04/2011 dan Nomor MoU-378/K/D2/2011 tanggal 21 April 2011. 17. Nota Kesepahaman antara Kejaksaan Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan BPKP Nomor: KEP-109/A/JA/09/2007 dan Nomor Pol.: B/2718/IX/2007 dan Nomor: KEP-1093/K/D6/2007 tanggal 28 September 2007 tentang Kerjasama Dalam Penanganan Kasus Penyimpangan Pengelolaan Keuangan Negara yang Berindikasi Tindak Pidana Korupsi Termasuk Dana Nonbudgeter. 18. Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BPKP Nomor: B/29/K/XI/2011 dan Nomor: MoU-1520/K/D2/2O11 tentang Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik di Lingkungan Kepolisian Republik Indonesia. 19. Kesepakatan Penegak Hukum Criminal Justice System dan Instansi Terkait tanggal 27-28 September 2011. PU104 Maksud dan Tujuan PPBI 01. Maksud PPBI adalah memberikan norma yang menjadi pedoman bagi segenap Auditor BPKP dalam merencanakan, melaksanakan, melaporkan, mengendalikan, dan memantau tindak lanjut penugasan bidang investigasi. 02. Tujuan PPBI adalah tercapainya output bidang investigasi yang berkualitas dan memberikan nilai tambah (value added) bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan masalah, kasus, dan/atau perkara. PU105 Ruang Lingkup Penugasan Bidang Investigasi 01. Penugasan bidang investigasi meliputi audit investigatif termasuk audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian keterangan ahli, evaluasi hambatan kelancaran pembangunan, audit penyesuaian harga dan audit klaim, Fraud Control Plan/FCP, pengkajian ketentuan peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi, sosialisasi yang ditetapkan oleh Deputi Bidang Investigasi, dan juga penugasan narasumber, pemberian pendapat (second opinion) keinvestigasian dalam rangka pencegahan KKN. 10 Pedoman Umum

PPBI 02. Permintaan penugasan bidang investigasi berasal dari: 1) Pengembangan Hasil Audit Operasional Apabila dalam pelaksanaan audit operasional ditemukan adanya dugaan penyimpangan yang merugikan keuangan negara, hambatan kelancaran pembangunan, kelemahan sistem pengendalian intern, kelemahan substansi ketentuan peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi, dapat ditindaklanjuti dengan penugasan audit investigatif, evaluasi hambatan kelancaran pembangunan, FCP, pengkajian ketentuan peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi, berdasarkan permintaan dari Pimpinan Objek Penugasan yang berwenang. 2) Pengaduan Masyarakat Dapat ditindaklanjuti dengan penugasan audit investigatif setelah diperoleh permintaan penugasan dari Instansi Penyidik atau Pimpinan Objek Penugasan. 3) Permintaan Instansi Penyidik/Penetapan Pengadilan Atas permintaan Instansi Penyidik baik secara langsung maupun melalui penetapan pengadilan dapat dipenuhi dengan jenis penugasan audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara dan pemberian keterangan ahli. Atas permintaan instansi non penyidik melalui penetapan pengadilan dapat dipenuhi dengan audit penyesuaian harga dan audit klaim. 4) Permintaan Objek Penugasan Atas permintaan Objek Penugasan, termasuk permintaan penugasan yang berasal dari organ persero dan organ perum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, dapat dilakukan jenis penugasan audit investigatif, evaluasi hambatan kelancaran pembangunan, audit penyesuaian harga, audit klaim, FCP, pengkajian ketentuan peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi, narasumber, dan pemberian pendapat (second opinion). 03. Sejalan dengan peran consulting dan assurance yang diemban BPKP sebagai internal audit pemerintah, penugasan bidang investigasi terbagi sebagai berikut: 11 Pedoman Umum

PPBI 1) Penugasan yang bersifat consulting adalah evaluasi hambatan kelancaran pembangunan, FCP, pengkajian ketentuan peraturan yang membuka peluang terjadinya tindak pidana korupsi, narasumber, dan pemberian pendapat (second opinion). 2) Penugasan yang bersifat assurance adalah audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, audit penyesuaian harga, dan audit klaim. 3) Penugasan yang bersifat campuran consulting dan assurance adalah pemberian keterangan ahli. Penugasan pemberian keterangan ahli yang merupakan kelanjutan audit penghitungan kerugian keuangan negara dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi lebih bersifat assurance, sementara pemberian keterangan ahli yang bukan merupakan kelanjutan penugasan audit penghitungan kerugian keuangan negara lebih bersifat consulting. 04. Pedoman Umum yang diatur dalam PPBI ini berlaku untuk seluruh jenis penugasan, sedangkan Pedoman Pelaksanaan, Pedoman Pelaporan, dan Pedoman Pemantauan Tindak Lanjut berlaku untuk penugasan yang bersifat assurance. Pedoman pelaksanaan dan pelaporan untuk penugasan yang bersifat consulting dan campuran consulting dan assurance diatur lebih lanjut dalam pedoman yang ditetapkan Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi. PU106 Independensi dan Objektivitas 01. Dalam melaksanakan penugasan bidang investigasi, Auditor BPKP harus independen dan objektif, baik secara faktual (in fact) maupun secara penampilan yang menimbulkan interpretasi tidak independen dan tidak objektif (in appearance). 02. Dalam hal terjadi situasi adanya dan atau interpretasi adanya gangguan terhadap independensi dan objektivitas, Auditor BPKP harus melaporkan kepada Pimpinan Unit Kerja. Pimpinan Unit Kerja harus mengganti auditor yang menyampaikan situasinya dengan auditor lain yang bebas dari adanya dan atau interpretasi terjadinya gangguan terhadap independensi dan objektivitas. 12 Pedoman Umum

PPBI PU107 Keahlian 01. Auditor BPKP harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, baik yang diperoleh dari pendidikan formal, pelatihan, sertifikasi maupun pengalaman kerja. 02. Dalam hal Auditor BPKP tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan atas suatu penugasan, Auditor BPKP dapat menggunakan tenaga ahli lain yang dibutuhkan. 03. Dalam hal penggunaan tenaga ahli, Auditor BPKP harus menilai kualifikasi profesional, kompetensi dan pengalaman yang relevan, independensi, dan proses pengendalian kualitas tenaga ahli tersebut sebelum menerima penugasan. Penggunaan tenaga ahli harus disupervisi untuk meyakinkan ruang lingkup penugasan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan penugasan bidang investigasi yang dilakukan Auditor BPKP. PU108 Kecermatan Profesional 01. Auditor BPKP harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan saksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. 02. Due professional care dilakukan dalam setiap proses penugasan, di antaranya: 1) Formulasi tujuan penugasan; 2) Penentuan ruang lingkup penugasan termasuk evaluasi risiko penugasan; 3) Pemilihan pengujian dan hasilnya; 4) Pemilihan jenis dan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit 5) Penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit, dampak dan mitigasi risiko; 6) Pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti audit; 7) Penentuan kompetensi, integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain (ahli lain) yang berkaitan dengan penugasan bidang investigasi. PU109 Kepatuhan Terhadap Kode Etik 01. Auditor BPKP harus mematuhi Kode Etik yang berlaku bagi auditor BPKP. 13 Pedoman Umum

PPBI BAB II PEDOMAN PELAKSANAAN PP201 Umum 01. Pedoman pelaksanaan penugasan bidang investigasi mencakup pra perencanaan penugasan, perencanaan, pengumpulan dan evaluasi bukti, pengkomunikasian hasil penugasan kepada pihak yang berkepentingan, dan pengelolaan kertas kerja penugasan bidang investigasi. 02. Pedoman pelaksanaan ini mengatur penugasan bidang investigasi yang bersifat assurance yaitu audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, audit penyesuaian harga, dan audit klaim. PP202 Pra Perencanaan Penugasan 01. Tahap pra perencanaan merupakan tahap awal proses penugasan yang dilakukan unit kerja untuk menentukan unit kerja akan melakukan atau tidak melakukan penugasan bidang investigasi. 02. Penugasan bidang investigasi harus didasarkan pada alasan yang cukup. Alasan dapat berupa: 1) Adanya indikasi penyimpangan yang menimbulkan kerugian keuangan negara dari pengembangan hasil audit operasional; 2) Pengembangan informasi laporan/pengaduan masyarakat yang layak untuk ditindaklanjuti; 3) Permintaan instansi penyidik atau penetapan pengadilan; 4) Permintaan dari pimpinan/atasan pimpinan Objek Penugasan. 03. Penugasan bidang investigasi dilaksanakan setelah dilakukan penelaahan atau ekspose terlebih dahulu. 04. Hasil penelaahan atau ekspose harus dituangkan dalam dokumen hasil penelaahan atau risalah hasil ekspose dan ditandatangani oleh para pejabat yang berwenang (Format Dokumen Penelaahan dan Risalah Hasil Ekspose disajikan pada Lampiran A.01 s.d. A.05). 14 Pedoman Pelaksanaan

PPBI 05. Dalam menerima penugasan, unit kerja harus mempertimbangkan risiko penugasan dan mitigasi risiko tersebut. 06. Apabila dipandang perlu, unit kerja dapat berkonsultasi dengan Deputi Bidang Investigasi untuk meminta pertimbangan dalam menerima atau tidak menerima permintaan penugasan. 07. Apabila dipandang perlu, Biro Hukum dan Humas BPKP dapat dimintakan pendapat atau diikutsertakan dalam ekspose. 08. Pra perencanaan penugasan yang bersumber dari pengembangan hasil audit operasional dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Pejabat Eselon II pada Unit Kerja bertanggung jawab melakukan telaah atau ekspose atas laporan hasil audit operasional yang akan dikembangkan menjadi penugasan bidang investigasi. 2) Hasil telaah atas laporan hasil audit operasional yang memenuhi kriteria, dipaparkan/ekspose secara internal dengan menghadirkan kepala bidang teknis/pejabat Eselon III terkait serta tim audit yang bersangkutan dan Kepala Bidang Investigasi dan PFA bidang investigasi/lainnya. 3) Tujuan ekspose adalah untuk meyakini layak tidaknya penyimpangan yang ditemukan dalam laporan hasil audit operasional dapat dikembangkan atau ditindaklanjuti dengan penugasan bidang investigasi, berupa audit investigatif. 4) Hasil ekspose harus dituangkan dalam Risalah Hasil Ekspose dan ditandatangani oleh para pejabat yang berwenang. 5) Pimpinan Unit Kerja melakukan koordinasi dengan Pimpinan Unit Pengawasan Kementerian/LPNK/Pemda/BUMN untuk memperoleh permintaan audit. 6) Khusus untuk audit investigatif di BUMN, Pimpinan Unit Kerja harus menyampaikan permintaan izin kepada Menteri BUMN untuk melakukan audit investigatif melalui Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi dengan tembusan kepada Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara sebelum surat tugas diterbitkan. 7) Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi mengkoordinasikan dengan Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara untuk permintaan izin kepada Menteri 15 Pedoman Pelaksanaan