BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinjauan meengenai..., Dini Dwiyana, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang diberikan kewenangan secara

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan akta pemberian hak tanggungan atas tanah. 3 Dalam pengelolaan bidang

SANKSI TERHADAP NOTARIS YANG MENJADI PIHAK TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA SENDIRI

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. serorang professional bekerja karena integritas moral, intelektual, dan profesional

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

TANGGUNGJAWAB WERDA NOTARIS TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA HERIANTO SINAGA

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, (Jakarta:Rajawali, 1982), hlm. 23.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pasal 1 angka 3 UUD 1945 merumuskan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini, peran Notaris sebagai Pejabat Umum sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

B A B V P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, dan kepentingan masyarakat demi mencapai tujuan dari Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya notaris..., Tammy Angelina Wenas-Kumontoy, FH UI, Baru van Hoeve,2007),hal.449. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Pelaksanaan tugas jabatan notaris harus berpedoman pada kaidah hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB III PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelanggaran Kode Etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015. AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS DALAM PELANGGARAN PENGGANDAAN AKTA 1 Oleh: Reinaldo Michael Halim 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada alam demokratis seperti sekarang ini, manusia semakin erat dan semakin membutuhkan jasa hukum antara lain jasa hukum yang dilakukan oleh notaris. Dalam era globalisasi notaris sangat berperan besar dalam membuat sistem perekonomian di Indonesia menjadi semakin maju dan kompetitif khususnya dalam tataran global atau di tingkat internasional. Di Indonesia terdapat sekitar 540 kabupaten/kota yang di setiap daerah tersebut tentu saja membutuhkan jasa notaris untuk memiliki akta otentik yang dibutuhkan dalam setiap aktivitas perekonomian. Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), notaris didefinisikan sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya yang sebagaimana dimaksud dalam UUJN. Definisi yang diberikan oleh UUJN ini merujuk pada tugas dan wewenang yang dijalankan oleh notaris. Artinya notaris memiliki tugas sebagai pejabat umum dan memiliki wewenang untuk membuat akta otentik serta kewenangan lainnya yang diatur oleh UUJN. 1 Kedudukan notaris sebagai pejabat umum dalam arti kewenangan yang ada pada notaris tidak pernah diberikan kepada pejabat-pejabat lainnya, selama sepanjang kewenangan tersebut tidak menjadi kewenangan pejabat-pejabat lain dalam membuat akta otentik dan kewenangan lainnya, maka kewenangan tersebut menjadi kewenangan Notaris. Akta otentik sebagai akta yang dibuat oleh notaris secara teoritis adalah surat atau akta yang sejak semula dengan sengaja secara resmi dibuat untuk pembuktian, dimana pembuktian itu dilakukan jikalau terjadi sengketa dikemudian hari. Sedangkan secara dogmatis yakni menurut Pasal 1868 KUHPerdata suatu akta otentik adalah akta yang bentuknya ditentukan oleh 2009), hlm. 13. 1 Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, (Yogyakarta : UI Press, 1

2 undang-undang dan dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai (pejabat) umum yang berkuasa untuk itu ditempat akta tersebut dibuatnya 2 Otentik tidaknya suatu akta (otensitas) tidaklah cukup apabila akta tersebut dibuat oleh atau dihadapan pejabat (notaris) saja, namun cara membuat akta otentik tersebut haruslah menurut ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang. Akta sendiri adalah surat sebagai alat bukti yang diberi tandatangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. Jadi untuk dapat digolongkan dalam pengertian akta maka surat harus ditandatangani. 3 Kebutuhan akan jasa notaris dalam masyarakat modern tidak mungkin dihindarkan, jasa yang diberikan oleh notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan antara para pihak), yang demikian dapat dikatakan bahwa pemberian kepercayaan kepada notaris berarti notaris mau tidak mau telah dapat dikatakan memikul pula tanggung jawab atasnya. Tanggung jawab ini dapat berupa tanggungjawab secara hukum dan moral. Dalam prakteknya, tidak sedikit Notaris menjadi atau dijadikan pihak yang terlibat dalam perkara antara kliennya atau dengan kliennya yang kebanyakan faktor penyebabnya dilakukan oleh notaris itu sendiri dikarenakan kurangnya rasa tanggung jawab terhadap profesi yang diembannya tersebut, seperti penyalahgunaan wewenang, tidak dilaksanakannya kewajiban notaris dan dilanggarnya larangan notaris yang telah ditentukan dalam UUJN, yang mengakibatkan adanya para pihak yang kehilangan haknya atau mengalami kerugian yang dalam hal ini klien notaris tersebut. Pasal 15 UUJN merupakan batasan kewenangan notaris dalam menjalankan tugas jabatannya. Penyalahgunaan wewenang yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh notaris diluar dari wewenang yang telah ditentukan. Jika notaris membuat suatu tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan, maka tindakan notaris dapat disebut sebagai tindakan penyalahgunaan wewenang. Kewajiban notaris sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 16 UUJN merupakan sesuatu yang wajib dilakukan oleh notaris, yang jika tidak dilakukan atau dilanggar, maka atas hal. 142 2 Ibid., hal. 18. 3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty, 1998),

3 pelanggaran tersebut akan dikenakan sanksi terhadap notaris. Kewajiban notaris yang tercantum dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a sampai k UUJN yang jika dilanggar akan dikenakan sanksi sebagaimana tersebut dalam Pasal 84 UUJN. Serta larangan notaris dimana termuat dalam Pasal 17 UUJN yang merupakan suatu tindakan yang dilarang dilakukan oleh notaris, maka kepada notaris yang melanggar akan dikenakan sanksi sebagaimana tersebut dalam Pasal 85 UUJN. 4 Sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 84 UUJN, yaitu jika notaris melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf i dan k, Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51 dan Pasal 52, para pihak yang menderita kerugian dapat menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris. Sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 85 UUJN, yaitu jika notaris melanggar ketentuan Pasal 7, Pasal 16 ayat (1) huruf a sampai k, Pasal 17, Pasal 20, Pasal 27, Pasal 32, Pasal 37, Pasal 54, Pasal 58, Pasal 59 dan/atau Pasal 63 maka Notaris akan dijatuhi sanksi berupa: 5 a. Teguran lisan b. Teguran tertulis c. Pemberhentian sementara d. Pemberhentian dengan hormat; dan e. Pemberhentian dengan tidak hormat UUJN dan kode etik notaris menghendaki agar notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sebagai pejabat umum, selain harus tunduk pada UUJN juga harus taat pada kode etik profesi serta harus bertanggung jawab terhadap masyarakat yang dilayaninya, organisasi profesi maupun terhadap negara. Terkait dengan sanksi sebagai bentuk upaya penegakan kode etik notaris atas pelanggaran kode etik didefinisikan sebagai suatu hukuman yang dimaksudkan sebagai sarana, upaya alat pemaksa ketaatan dan disiplin notaris. Sanksi dalam kode etik notaris dituangkan dalam Pasal 6 Kode Etik Notaris INI (Ikatan Notaris Indonesia) yang menyatakan bahwa sanksi yang dikenakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran kode etik dapat berupa teguran, 4 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Bandung: PT.Refika Aditama, 2008), hal. 86. 5 Ibid, hal. 202.

4 peringatan, schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan perkumpulan dan pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan perkumpulan. 6 Seiring dengan adanya trust (kepercayaan) yang diberikan kepada notaris tersebut, haruslah dijamin dengan adanya pengawasan agar tugas notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari kewenangannya dan agar dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan yang diberikan. Majelis Pengawas Notaris sebagai satu-satunya instansi yang berwenang melakukan pengawasan, pemeriksaan dan menjatuhkan sanksi terhadap notaris. Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis tidak hanya pelaksanaan tugas jabatan notaris agar sesuai dengan ketentuan UUJN, tapi juga Kode Etik Notaris dan tindak tanduk atau perilaku kehidupan notaris yang dapat mencederai keluruhan martabat jabatan notaris dalam pengawasan Majelis Pengawas. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas jabatan notaris dengan ukuran yang pasti pada UUJN dengan maksud agar semua ketentuan UUJN yang mengatur pelaksanaan tugas jabatan notaris dipenuhi oleh notaris dan jika terjadi pelanggaran, maka Majelis Pengawas dapat menjatuhkan sanksi kepada Notaris yang bersangkutan. Majelis pengawas juga diberi kewenangan untuk menyelenggarakan sidang adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris (Pasal 70 huruf a UUJN). 7 Seperti salah satu contoh kasus yang terjadi yaitu dalam putusan Majelis Pengawas Pusat Notaris (MPPN) Nomor: 15/B/Mj.PPN/2009, dimana Notaris L yang berkedudukan di Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah, dilaporkan oleh kliennya Nona M dan Tuan Y kepada Majelis Pengawas Daerah yang laporan tersebut diteruskan kepada Majelis Pengawas Wilayah Provinsi Jawa Tengah, dikarenakan Notaris X telah melakukan suatu perbuatan pelanggaran yang menyebabkan kliennya Nona Y dan Tuan Z mengalami kerugian. Adapun perbuatan yang dilakukan oleh Notaris X, merupakan pelanggaran yang melanggar ketentuan apa yang diatur dalam UUJN serta pelanggaran dalam Kode Etik Notaris. Sehingga dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, oleh Majelis Pengawas Wilayah Provinsi Jawa Tengah dijatuhkan putusan berupa pemberian sanksi mengusulkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk 6 Abdul Ghofur Anshori, op.cit., hal. 49 7 Habib Adjie, op.cit., hal. 187

5 memberhentikan dengan tidak hormat Notaris X tersebut. Dari hasil putusan Majelis Pengawas Wilayah Provinsi Jawa Tengah, Notaris X melakukan banding kepada Majelis Pengawas Pusat dan dikarenakan permohonan banding yang diajukan telah melampaui batas tenggang waktu untuk mengajukan banding maka Majelis Pengawas Pusat menguatkan putusan yang telah diputuskan sebelumnya oleh Majelis Pengawas Wilayah Provinsi Jawa Tengah yaitu pemberian sanksi mengusulkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk memberhentikan dengan tidak hormat Notaris X, sebagaimana hal tersebut termuat dalam Pasal 12 UUJN. Pemberian sanksi tegas kepada Notaris-notaris yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang telah diatur dalam UUJN serta pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris sangat diharapkan, guna sebagai bentuk pemberian efek jera kepada notaris-notaris nakal dimana melihat peranan notaris sebagai pejabat yang memberikan pelayanan masyarakat dan ada kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada notaris. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengkaji mengenai penerapan sanksi tegas berupa sanksi perdata serta sanksi administratif yang diberikan kepada notaris yang melanggar ketentuan UUJN dan Kode Etik Notaris. Adapun judul dari penelitian ini adalah PENERAPAN PASAL 84 DAN PASAL 85 Jo PASAL 12 UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 DAN KODE ETIK PROFESI NOTARIS SEBAGAI BENTUK PENDISIPLINAN TERHADAP PELANGGARAN NOTARIS (Studi Kasus Putusan MPPN: Nomor 15/B/Mj.PPN/2009). 1.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti melihat pokok permasalahan yang akan penulis bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan Pasal 84 dan Pasal 85 UUJN dapat diberikan kepada Notaris yang terbukti melanggar ketentuan dalam UUJN serta terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Notaris?

6 2. Bagaimana pertimbangan Majelis Pengawas Pusat dalam memberikan putusan pada kasus Putusan MPPN Nomor: 15/B/Mj.PPN/2009 sebagai bentuk pendisiplinan terhadap Notaris? 1.3 Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah 8 Penulisan tesis ini menggunakan Metode penelitian hukum normatif, yaitu metode yang khusus mencerminkan identitas disiplin hukum sebagai ilmu. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan akan lebih diutamakan. Metode penelitian normatif digunakan dalam penelitian ini karena peneliti akan melakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang tertulis yang mengatur tentang penerapan sanksi yang dapat diberikan kepada notaris yang melanggar ketentuan UUJN dan Kode Etik Notaris. Tipologi penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat eksplanatoris dimana bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan lebih dalam suatu gejala. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan jenis data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan dan yang bersifat publik. Serta digunakan data primer yang berupa wawancara ke Majelis Pengawas Pusat serta beberapa pihak terkait yang menunjang untuk pengumpulan data dalam penelitian ini. Alat pengumpulan data dalam data sekunder adalah studi dokumen yaitu studi yang dipergunakan untuk mendapat data sekunder yang bersumber dari: 1. Sumber Primer yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan topik pembahasan penelitian ini, antara lain: Undang-undang 8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, cet.8, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 1.

7 Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) 2. Sumber Sekunder yaitu menggunakan buku-buku, artikel ilmiah, majalah hukum yang terkait dengan permasalahan Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisi kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara deskriptif analitis mengenai penerapan sanksi yang terdapat dalam UUJN dan kode etik sebagai bentuk pendisiplinan terhadap pelanggaran kode etik Notaris. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari 3 bab yang masing-masing terdiri dari beberapa sub bab untuk mempermudah pemahamannya. Adapun sistematika tesis ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada Bab I ini, penulis mencoba untuk membahas mengenai latar belakang penulisan, pokok permasalahan yang diangkat, metode penelitian dan sistematika penulisan BAB II : PEMBAHASAN Pada Bab II ini, penulis akan mengutarakan penjabaran mengenai sejarah singkat notaris yaitu mengenai lahirnya jabatan Notaris serta perkembangan Notaris di Indonesia, Notaris selaku pejabat umum yang dalam hal ini membahas tugas dan wewenang notaris, kewajiban serta larangan notaris, membahas mengenai akta Notaris, penjabaran mengenai Kode Etik Notaris, penjabaran mengenai sanksi-sanksi yang terdapat dalam UUJN yang dapat diberikan kepada notaris sebagai bentuk pendisiplinan, kedudukan Majelis Pengawas Notaris sebagai instansi yang melakukan pengawasan dan pemeriksaan serta penjatuhan sanksi terhadap notaris, dan

8 BAB III analisis mengenai Putusan MPPN Nomor: 15/B/Mj.PPN/2009 : PENUTUP Pada Bab III ini, merupakan bab terakhir yang akan diuraikan mengenai simpulan yang diambil penulis setelah melalui analisa pada bab-bab sebelumnya serta saran yang diperlukan.