I PENDAHULUAN. pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen maupun

dokumen-dokumen yang mirip
II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu bersaing dalam persaingan industri. Perusahaan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. harus lebih memperhatikan keputusan-keputusan yang di ambil seperti keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencari pendapatan atau tingkat pengambalian investasi (return), yang. upaya menghasilkan laba seoptimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian investasi baik dalam bentuk pendapatan dividen (dividend yield)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividend merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

Pendahuluan. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham dan bagi perusahaan yang akan membayar dividen. Para

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan dan dipertimbangkan secara seksama.kebijakan dividen

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pembangunan di Indonesia kian tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri industri


BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman dan tekonologi sudah semakin berkembang, perusahaan harus dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian perusahaan. Obligasi (bond)

BAB I PENDAHULUAN. keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan manajemen keuangan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya dapat dinilai berdasar dampaknya pada harga saham biasa perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. keputusan pendanaan yang baik untuk menentukan pertimbanganpertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri dan pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk investasi kembali (reinvestasi) pada aset yang. dalam bentuk dividen tunai maupun dividen saham.

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan bagian dari keuntungan yang diperoleh suatu. perusahaan yang didistibusikan kepada para pemegang sahamnya.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input)

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ditahan (retained earning)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama didirikannya perusahaan berorientasi laba adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan pada umumnya mempunyai keinginan untuk terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Saat ini kebanyakan masyarakat mengukur keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya dalam hal ini para pemegang saham dengan cara meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan bagi investor yaitu keuntungan berupa dividend. gain. Capital gain diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB I PENDAHULUAN. produksi barang atau jasa. Tujuan dari perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan konsumen di era modern sekarang ini telah mendorong tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah gedung, perkantoran, mall, hotel,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian sebuah perusahaan bukanlah tanpa tujuan. Tujuan didirikannya

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

BAB I PENDAHULUAN. Pasar yang semakin luas menjadikan persaingan usaha semakin ketat. Pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham, khususnya pemegang saham yang berinvestasi untuk jangka

BAB I PENDAHULUAN. selain perbankan. Menurut Hartono (2008:29) pasar modal memungkinkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dana tersebut, semakin banyak orang yang mendirikan suatu

umum lebih menyukai dividen daripada capital gain. Berarti pula bahwa terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini berada dalam era pembangunan yang diharapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana yang cukup besar, sehubungan dengan hal ini perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan. kekayaan melalui distribusi hasil investasi.

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Manajer perusahaan memiliki peran utama dan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupangkan pasar untuk berbagai. lainya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji, 2001:1).

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola perusahaan diharapkan mampu menghasilkan keuntungan yang akhirnya dapat dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau cenderung naik dari waktu ke waktu karena dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan, sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi (Ang, 1997). Saxena (1999) mengemukakan bahwa isu tentang dividen sangat penting dengan berbagai alasan antara lain: pertama, perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur permodalan perusahaan.

2 Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan dengan kelompok emiten terbesar yang terdaftar di BEI dibandingkan dengan perusahaan lain, hal ini menunjukkan bahwa peran perusahaan manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi dominan. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa efek Indonesia terbagi menjadi tiga subsektor yaitu industri dasar dan kimia, aneka industri dan industri barang konsumsi. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio (DPR) yaitu persentase pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividen. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham dengan earning per share(eps). Menurut Darmadji (2006) menyatakan bahwa rasio pembayaran dividend (payout ratio) merupakan rasio yang mengukur perbandingan dividend per share terhadap earning per share. Berikut data Dividend payout ratio perusahaan manufaktur tahun 2010-2013 pada tabel 1.1: Perbedaan dividend payout ratio antar perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Dari tabel 1.1 terlihat bahwa rata-rata dividend payout ratio perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 mengalami fluktusai setiap tahunnya dari 0,36 naik menjadi 0,37 pada tahun 2011, kemudian turun menjadi 0,36 pada tahun 2012 dan naik kembali pada tahun 2013 menjadi 0,39.

3 Tabel 1.1 Dividend Payout Ratio Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2013 Kode DPR No Emiten 2010 2011 2012 2013 1 GGRM 0,41 0,39 0,38 0,36 2 INDF 0,4 0,5 0,5 0,5 3 KAEF 0,2 0,2 0,15 0,25 4 LION 0,27 0,3 0,24 0,32 5 LMSH 0,07 0,09 0,03 0,13 6 SCCO 0,3 0,32 0,3 0,32 7 SMGR 0,5 0,5 0,45 0,45 8 TCID 0,52 0,53 0,5 0,46 9 TRST 0,41 0,39 0,45 0,42 10 TSPC 0,64 0,6 0,54 0,53 11 MYOR 0,21 0,21 0,24 0,23 12 IKBI 0,67 0,72 0,53 0,29 13 BATA 0,28 0,28 0,52 0,79 14 INTP 0,3 0,3 0,35 0,66 15 GDYR 0,16 0,29 0,18 0,21 Rata-rata 0,36 0,37 0,36 0,39 Sumber: laporan keuangan yang dipublikasi (data diolah) Pertimbangan mengenai dividend payout ratio ini berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh. Myers (1984) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu dengan modal internal. Apabila modal internal dianggap tidak mencukupi baru menggunakan modal eksternal. Modal yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat bersumber dari dalam perusahaan (internal financing) maupun dari luar perusahaan (eksternal financing).

4 Internal financing yaitu sumber modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan, misalnya modal yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau laba ditahan ( retained earnings). Ekternal financing merupakan sumber modal yang berasal dari tambahan penyertaan modal pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi maupun kredit dari bank. Faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan deviden adalah struktur modal. Menurut Sawir (2005), struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi ditahan.struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan (financing decision) yang intinya memilih apakah menggunakan hutang atau ekuitas untuk mendanai opersi perusahaan. Indikator yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang akan digunakan untuk membayar hutang. Berikut data total hutang dan total ekuitas perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013:

5 Tabel 1.2 Total Hutang Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2013 No Kode Emiten Total Hutang (Dalam Jutaan Rupiah) 2010 2011 2012 2013 1 GGRM 9.421.403 14.537.777 14.903.612 21.353.980 2 INDF 22.423.117 21.975.708 25.181.533 39.719.660 3 KAEF 543.257 541.737 643.493 847.585 4 LION 43.971 63.755 61.668 82.784 5 LMSH 31.415 40.816 31.023 31.230 6 SCCO 729.085 936.368 832.877 985.443 7 SMGR 3.423.246 5.046.506 8.414.229 8.988.908 8 TCID 98.758 110.452 164.751 272.553 9 TRST 791.576 806.029 835.137 1.393.118 10 TSPC 944.863 1.204.439 1.279.829 1.389.593 11 MYOR 2.359.028 4.175.176 5.234.656 5.265.785 12 IKBI 108.391 109.991 198.835 169.016 13 BATA 152.744 162.169 186.620 265.192 14 INTP 2.245.548 2.417.380 3.336.422 3.629.554 15 GDYR 731.359 758.327 688.359 648.331 Rata-rata 2.936.517 3.525.775 4.132.870 5.669.515 Sumber: laporan keuangan yang dipublikasi (data diolah) Tabel 1.2 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan total hutang antar perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Terlihat bahwa rata-rata total hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 2.936.517 naik menjadi 3.525.775 pada tahun 2011, kembali terjadi kenaikan pada tahun 2012 sampai dengan 2013 sebesar 4.132.870 dan 5.669.515.

6 Tabel 1.3 Total Ekuitas Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2013 No Kode Emiten Total Ekuitas(Dalam Jutaan Rupiah) 2010 2011 2012 2013 1 GGRM 21.197.162 24.550.928 26.605.713 29.416.271 2 INDF 16.784.671 31.610.225 34.142.674 38.373.129 3 KAEF 1.114.029 1.252.506 1.437.066 1.624.355 4 LION 259.929 30.060 371.829 415.784 5 LMSH 46.785 57.203 97.525 110.468 6 SCCO 423.502 519.252 654.045 699.714 7 SMGR 12.006.439 14.615.097 18.164.855 21.803.976 8 TCID 948.480 1.020.413 1.096.822 1.185.547 9 TRST 1.237.982 1.326.421 1.352.992 1.616.988 10 TSPC 2.604.104 3.045.936 3.353.156 3.805.519 11 MYOR 1.991.295 2.424.669 3.067.850 3.664.500 12 IKBI 492.429 502.222 581.716 745.438 13 BATA 331.509 354.480 387.488 43.619 14 INTP 13.077.390 15.733.951 19.418.738 22.977.687 15 GDYR 414.998 427.788 509.902 650.099 Rata-rata 4.862.047 6.498.077 7.416.158 8.475.540 Sumber: laporan keuangan yang dipublikasi (data diolah) Tabel 1.3 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan total ekuitas antar perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Terlihat bahwa rata-rata total ekuitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 4.862.047 naik menjadi 6.498.077 pada tahun 2011, kembali terjadi kenaikan pada tahun 2012 sampai dengan 2013 sebesar 7.416.158 dan 8.475.540. Dalam keputusan pembagian deviden perlu juga dipertimbangkan masalah penjualan (sales) perusahaan. Sales digunakan sebagai indikator ukuran perusahaan. Semakin besar penjualan produk dari sebuah perusahaan maka semakin besar pula tingkat DPR pada sebuah perusahaan. Perusahaan dengan

7 penjualan yang tinggi diharapkan akan memperoleh arus kas yang masuk bagi perusahaan (berupa earnings) yang tinggi, sehingga DPR diharapkan dapat lebih besar(ryanda,2011). Berikut data total penjualan perusahaan manufaktur tahun 2010-2013 : Tabel 1.4 Total Penjualan Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2013. No Kode Emiten Total Penjualan(Dalam Jutaan Rupiah) 2010 2011 2012 2013 1 GGRM 37.691.997 41.884.352 49.028.696 55.436.954 2 INDF 38.403.360 45.332.256 50.059.427 57.731.998 3 KAEF 3.183.829 3.481.166 3.735.339 4.348.074 4 LION 207.833 268.414 333.922 333.674 5 LMSH 161.012 207.523 223.079 256.211 6 SCCO 2.198.397 3.363.728 3.542.885 2.442.651 7 SMGR 14.344.189 16.378.794 19.598.248 24.501.241 8 TCID 1.466.939 1.654.671 1.851.153 1.560.074 9 TRST 1.745.511 2.025.867 1.949.153 1.451.674 10 TSPC 5.134.242 5.780.664 6.630.810 5.020.376 11 MYOR 7.224.165 9.453.866 10.510.626 8.588.234 12 IKBI 1.226.302 1.077.500 1.298.305 1.216.652 13 BATA 644.189 678.592 751.449 675.238 14 INTP 11.137.805 13.887.892 17.290.337 18.691.286 15 GDYR 1.736.088 1.879.889 1.966.901 1.668.557 Rata-rata 8.433.724 9.823.678 11.251.355 12.261.526 Sumber: laporan keuangan yang dipublikasi (data diolah) Tabel 1.4 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan total penjualan antar perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Terlihat bahwa rata-rata total penjualan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 8.433.724 naik menjadi 9.823.678 pada tahun 2011, kembali terjadi kenaikan pada tahun 2012 sampai dengan 2013 sebesar 11.251.355 dan 12.261.526.

8 Kebijakan dividen terkait pada penggunaan laba perusahaan yang akan digunakan untuk pembagian dividen kepada para pemegang saham, atau menahan laba yang dimiliki guna dana ekspansi atau investasi yang akan datang. Berikut data total laba bersih perusahaan manufaktur tahun 2010-2013 : Tabel 1.5 Total Laba Bersih Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2013. No Kode Emiten Total Laba Bersih(Dalam Jutaan Rupiah) 2010 2011 2012 2013 1 GGRM 4.214.789 4.958.102 4.068.711 4.383.932 2 INDF 3.934.808 4.891.673 4.779.446 3.416.635 3 KAEF 138.716 171.763 201.296 215.642 4 LION 38.631 52.535 85.374 64.761 5 LMSH 7.351 10.897 41.283 14.383 6 SCCO 60.969 109.826 169.742 95.704 7 SMGR 3.659.114 3.955.273 4.926.640 5.354.299 8 TCID 131.445 140.039 150.374 162.219 9 TRST 136.727 144.001 61.453 22.876 10 TSPC 494.761 586.362 635.176 578.542 11 MYOR 499.655 483.486 744.428 773.935 12 IKBI 4.600 17.886 38.918 20.861 13 BATA 60.975 56.615 69.343 64.106 14 INTP 3.224.681 3.601.516 4.763.388 5.012.294 15 GDYR 66.580 37.213 64.538 50.967 Rata-rata 1.111.587 1.281.146 1.386.674 1.348.744 Sumber: laporan keuangan yang dipublikasi (data diolah) Tabel 1.5 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan total laba bersih antar perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Terlihat bahwa rata-rata total laba bersih perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 mengalami fluktuasi setiap tahunnya dari 1.111.587 naik menjadi 1.281.146 pada tahun 2011, dan kembali terjadi kenaikan pada tahun 2012 sebesar 1.386.674, namun pada tahun 2013 terjadi penurunan total laba bersih sebesar 1.348.744.

9 Hutang yang dimiliki oleh 15 perusahaan menunjukkan peningkatan selama 4 tahun, modal dan penjualan juga menunjukkan peningkatan setiap tahunnya tetapi laba yang dihasilkan menunjukkan penurunan pada tahun 2013. Dividend payout ratio berfluktuasi setiap tahunnya penurunan terjadi pada tahun 2012. Sejauh ini penelitian yang berkaitan dengan kebijakan dividen atau dividend payout ratio (DPR) telah banyak dilakukan. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan beberapa pandangan yang kontradiktif, dimana terdapat research gap untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap DPR. Ryanda (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa DER memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap variabel DPR. Sedangkan dalam penelitian Suharli (2006) menyatakan bahwa DER memiliki pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan terhadap variabel DPR. Chasanah (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Hadinugroho (2009) menyatakan bahwa firm size berpengaruh signifikan positif terhadap DPR. Berdasarkan latarbelakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis akan melaksanakan penelitian dengan judul Pengaruh Sturktur Modal dan Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2013.

10 1.2 Perumusan Masalah Apakah Struktur Modal dan Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio? Apakah Struktur Modal (DER) berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio? Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio? 1.3 Tujuan & Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh Struktur Modal dan Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio. Untuk mengetahui pengaruh Struktur Modal (DER) terhadap Dividend Payout Ratio. Untuk mengetahui pengaruh Firm Size terhadap Dividend Payout Ratio. 1.3.2 Manfaat penelitian: 1. Bagi para investor Hasil penelitian ini dapat memberikan acuan pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian yang berupa dividen perusahaan. 2. Bagi pihak manajemen perusahaan Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan pengambilan keputusan investasi untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan terutama

11 dalam bentuk dividen tunai bagi perusahan yang sahamnya terdaftar dan aktif di BEI. 3. Bagi akademisi dan peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam serta sebagai rujukan pengembangan ilmu keuangan mengenai kajian kebijakan dividen. 1.4 Kerangka Pemikiran Dividen menurut Bambang Riyanto (2001) adalah aliran kas yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen diberikan kepada para pemegang saham setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Chang dan Rhee (1990), suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal berarti fleksibilitas perusahaan lebih besar untuk mendapatkan dana dalam jangka pendek, perusahaan besar dapat mengusahakan pembayaran deviden yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari ukuran perusahaan(firm size). Ukuran perusahaan diproksikan dengan log natural dari total penjualan.

12 Brigham dan Houston (2001) mengemukakan bahwa seringkali pengamatan menunjukan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, perusahaan tersebut menggunakan hutang yang relatif kecil. Untuk mengetahui sampai sejauh apa perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang maka kita bisa mengukurnya dengan menggunakan indikator Debt to Equity Ratio (DER). Sartono (2001) menjelaskan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Dari hasil analisa rasio tersebut pada umumnya kreditur lebih menyukai rasio hutang yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan rasio hutang yang lebih besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan sehingga kemungkinan perusahaaan akan menerapkan kebijakan pembayaran dividen yang maksimal. Kebijakan perusahaan dalam membayarkan dividen secara tunai dapat dihitung dengan menggunakan Rasio Pembayaran Dividen atau bisa disebut dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Riyanto (1993), Dividend Payout Ratio merupakan persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividends. Berdasarkan dasar teori yang telah dikemukakan dan beberapa penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

13 dividend payout ratio, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran teoritis dari penelitian ini, adalah sebagai berikut: Laporan Keuangan: -Neraca, Laporan L/R, Laporan Arus Kas Struktur Modal (DER) Ukuran Perusahaan (Firm Size) Hutang Modal Penjualan Pembiayaan Perusahaan Laba Dividend Payout Ratio (DPR) Gambar 1.1 Rancangan Kerangka Pemikiran 1.5 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 :Terdapat pengaruh signifikan antara Struktur Modal (debt to equity ratio) terhadap DPR pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI periode 2010-2013.

14 H2 : Terdapat pengaruh signifikan antara Firm Size terhadap DPR pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI periode 2010 2013. H3 : Terdapat pengaruh signifikan antara Struktur Modal dan Firm Size terhadap DPR pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI periode 2010-2013.