BAB III DENDA KETERLAMBATAN (LATE CHARGE) PADA KARTU KREDIT SYARI AH DALAM FATWA DSN MUI NO: 54/DSN-MUI/X/2006 TENTANG SYARI AH CARD

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB III TRANSAKSI SERTIFIKAT INVESTASI MUD}A<RABAH ANTARBANK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB I PENDAHULUAN. Zaman telah berkembang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang. dalam perbankan syariah disebut syariah card.

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP RESCHEDULING TAGIHAN MURA>BAH{AH BERMASALAH PADA PT. BNI SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya UU No. 10 Tahun Undang-Undang tersebut mengatur

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB II LANDASAN TEORI. skim pembiayaan syari ah. Dibawah ini akan dijelaskan pengertian tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 2/MUNAS VII/MUI/6/2005 Tentang PERDUKUNAN (KAHANAH) DAN PERAMALAN ( IRAFAH)

Pembiayaan Multi Jasa

Raja Grafindo Persada, 2016, hlm.99

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma moral dalam kehidupan bermuamalah. Islam telah memberikan. yang sangat diperhatikan dan dimuliakan oleh Islam.

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP DENDA KETERLAMBATAN (LATE CHARGE) PADA KARTU KREDIT SYARIAH DALAM FATWA DSN MUI. No:54/DSN-MUI/X/2006 TENTANG SYARIAH CARD

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia atau tidak memberikan kebebasan untuk bertindak, akan tetapi. baik dunia maupun dalam kehidupan akhirat nanti.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEJAHTERAAN NASABAH DI UJKS JABAL RAHMA

Transkripsi:

BAB III DENDA KETERLAMBATAN (LATE CHARGE) PADA KARTU KREDIT SYARI AH DALAM FATWA DSN MUI NO: 54/DSN-MUI/X/2006 TENTANG SYARI AH CARD A. Sekilas tentang DSN DSN adalah singkatan dari Dewan Syari ah Nasional. MUI pada tahun 1999 telah membentuk Dewan Syari ah Nasional (DSN). Lembaga ini, beranggotakan ahli hukum Islam (fuqaha ) serta ahli dan praktisi ekonomi terutama sektor keuangan baik bank maupun non-bank berfungsi untuk melaksanakan tugas-tugas MUI dalam mendorong dan memajukan ekonomi umat. Di samping itu, lembaga ini pun bertugas antara lain, untuk menggali, mengkaji dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam (syari ah) untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi di lembaga-lembaga keuangan syari ah, serta mengawasi pelaksanaan dan implementasinya. 1 DSN sebagai lembaga yang dibentuk oleh MUI secara struktural berada di bawah MUI. Sementara kelembagaan DSN sendiri belum secara tegas diatur dalam peraturan perundang-undangan. Menurut Pasal 1 ayat 9 Peraturan Bank Indonesia No : 6/24/PBI/2004, disebutkan bahwa: DSN adalah dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang bertugas dan memiliki kewenangan untuk memastikan kesesuaian antara produk, jasa, dan kegiatan usaha bank dengan prinsip syari ah. 1 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Edisi Ketiga, Jakarta: CV.Gaung Persada, 2006, hlm. xii. 35

36 DSN berwenang mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah dan perbankan Islam. Produk yang dikeluarkan oleh DSN hanya berupa fatwa, sehingga berdasarkan kepastian hukum tidak kuat karena fatwa sama dengan opini hukum, dapat diikuti atau tidak. Fatwa MUI ini secara moral memang harus diikuti oleh umat Islam karena merupakan pendapat para ulama. MUI dalam mengeluarkan fatwa selalu menggunakan prinsip kehatihatian. Untuk mengeluarkan sebuah fatwa, MUI membentuk komisi fatwa. Komisi ini akan menganalisis permasalahan yang akan difatwakan dengan merujuk al-qur an, hadits, pendapat empat imam mazhab, serta pendapat para ulama terdahulu. Setelah itu baru dirumuskan dalam bentuk fatwa. Dari proses ini terlihat, bahwa untuk mengeluarkan suatu fatwa tidak mudah, karena berhubungan dengan hukum Allah. Secara hukum nasional, fatwa tidak mempunyai kekuatan mengikat, karena bukan produk hukum. Fatwa juga tidak mempunyai sanksi, sebelum dituangkan ke dalam peraturan, sulit untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, sudah seharusnya fatwa DSN dinaikkan statusnya dan dikukuhkan menjadi minimal setingkat peraturan Bank Indonesia. Dalam memberikan fatwa tersebut, DSN tidak boleh dipengaruhi atau terpengaruh oleh lembaga manapun. Independensi ini diperlukan agar fatwa yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan ketentuan syari ah dan untuk menjaga objektivitas dari pembuatan fatwa-fatwa yang dikeluarkan DSN.

37 Sebaliknya DSN berdiri sendiri diluar dari Bank Indonesia, namun dalam melakukan pengawasan tetap bekerja sama dengan BI. Walaupun tugas DSN dan BI sama-sama melakukan pengawasan eksternal, DSN berfokus pada masalah pengawasan dan pembuatan fatwa produk-produk syari ah, sementara BI berfokus pada masalah manajemen perbankan secara umum dan tidak masuk pada persoalan-persoalan yang berkaitan dengan syari ah. 2 DSN telah bekerja keras dan berusaha secara optimal untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Agar lebih efektif, pelaksanaan tugas ini dibantu dan ditangani secara langsung oleh Badan Pelaksana Harian DSN (BPH-DSN). BPH melakukan penelitian, penggalian, dan pengkajian. Badan Pelaksana Harian Dewan Syariah Nasional (BPH DSN-MUI): Ketua : K.H. Ma ruf Amin Wakil Ketua Bidang Perbankan dan Pegadaian : Dr. H.M. Anwar Ibrahim Wakil Ketua Bidang Asuransi dan Bisnis : Prof. K.H. Ali Mustafa Yaqub, MA Wakil Ketua Bidang Pasar Modal dan Program : Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA Sekretaris : Drs. H.M. Ichwan Sam Wkl. Sekretaris : Drs. Hasanudin, M.Ag Wkl. Sekretaris : Kanny Hidaya, SE Bendahara : dr. H. Fahmi Darmawansyah, MM. 3 2 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta Prenada Media, 2005, hlm. 100-102. 3 Dikutip:http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=category&layout= blog&id=39&itemid=58, tanggal 19 April 2010.

38 B. Denda Keterlambatan (Late Charge) pada Kartu Kredit Syari ah Transaksi menggunakan kartu kredit syariah/syariah card, di zaman yang serba modern dan berteknologi tinggi seperti zaman sekarang ini, memang sudah banyak digunakan. Kartu ini sebagai sarana mempermudah proses transaksi yang tidak tergantung kepada pembayaran kontan dengan membawa uang tunai yang mempunyai banyak resiko. Akad dengan kartu yang dikeluarkan oleh bank dengan berbagai macam jenis dan penggunaannya merupakan hal baru dalam fiqih Islam. Salah satu akad yang digunakan dalam kartu kredit syariah adalah qard atau utang piutang. Utang adalah harta yang harus dibayarkan peminjam karena ia telah memperoleh pinjaman. Yang dimaksud pinjaman dalam akad credit card adalah al-qard. 4 Secara etimologi al-qardu merupakan mashdar, yang artinya suatu pemberian orang yang empunya terhadap seseorang, untuk dikembalikan dan seakan suatu dipinjamkan telah lepas dalam kepemilikan. 5 Ketentuan qard dalam kartu kredit syariah adalah penerbit kartu sebagai pemberi pinjaman (muqridh) kepada pemegang kartu (muqtaridh) melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank penerbit kartu. 6 Mekanisme akad qard dalam transaksi kartu kredit syariah dapat dilihat dibawah ini: 4 Abdul wahab ibrahim Abu Sulaiman, Banking Cards Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 2006, hlm. 112. 5 Ibid., hlm. 109. 6 Dikutip dari: http://www.kaskus.us/newreplay.php?s=c4c6a3d4980dllaac4be8713f2ab- 82db&do=newreplay&=159969096,tanggal_3_maret_2010.

39 Setelah pemegang kartu (card holder) menggunakan kartunya dalam setiap melakukan transaksi kepada semua merchant yang menerima merek kartu yang dimiliki, merchant kemudian melakukan penagihan seluruh transaksi jual beli yang dibayar dengan menggunakan kartu kredit kepada pihak issuer. Apabila slip penjualan (vooucher) dianggap sah dan telah memenuhi ketentuan sesuai yang disepakati dengan merchant, issuer akan membayar seluruh tagihan yang diajukan merchant setelah dikurangi dengan diskon yang besarnya telah disepakati. 7 Selanjutnya pemegang kartu harus membayar lunas seluruh tagihan pada saat jatuh tempo, bisa dibayar lunas atau membayar sejumlah minimum dari total tagihan dengan denda. Penerbit dari kartu kredit syariah adalah lembaga keuangan yang selalu mencari profit dan sebisa mungkin menghindari kerugian dalam setiap usahanya. Penerbit kartu kredit syariah bisa berasal dari bank syariah. Pengertian bank menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan UU. No.07 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan 7 Dimyauddin Djuwaini, op. cit., hlm. 282-283.

40 jasa dalam lalu lintas pembayaran. 8 Sedangkan bank syariah adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam UU. No.07 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No:10 Tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. 9 Dari batasan diatas jelas, bahwa usaha bank syariah akan selalu dikaitkan dengan masalah uang. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan jasa kepada masyarakat. 10 Sama seperti bank konvensional, bank syariah juga membutuhkan profit dan akan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari kerugian. Hal ini dikarenakan bank syariah adalah lembaga komersial yang membutuhkan hal-hal di atas supaya tetap bisa bertahan. Salah satu cara untuk menghindari kerugian keterlambatan pembayaran utang tersebut adalah dengan menerapkan denda keterlambatan bagi nasabah yang terlambat membayar hutang, denda ini digunakan supaya pemegang kartu tidak menunda-nunda pembayaran tagihan karena bisa merugikan penerbit kartu. Jika pemegang kartu membayar dengan mencicil berarti ia tidak membayar penuh tagihannya maka ia dianggap terlambat dalam membayar tagihan. Denda keterlambatan (late charge) adalah denda akibat keterlambatan pembayaran kewajiban tagihan kartu kredit syariah yang akan diakui 8 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan Peraturan Pelaksanaan Lainnya di Negara Hukum Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, hlm.936 9 Ibid., hlm. 1068 10 Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT. Bumi Aksara 2006, hlm. 1.

41 seluruhnya sebagai dana sosial. Denda ini dimaksudkan sebagai sanksi atau hukuman bagi pemegang kartu yang terlambat membayar tagihan. Sanksi didasarkan pada prinsip ta zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditanda tangani. 11 Ini berarti jumlah nominal dari denda telah ditentukan diawal dan masuk dalam perjanjian. Dalam kartu kredit Syariah juga berlaku ketentuan denda, jika pemegang kartu terlambat dalam membayar tagihannya maka ia akan dikenai denda keterlambatan (late charge). Penggunaan denda keterlambatan (late charge) ini berdasarkan fatwa DSN MUI NO:54/ DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah card pada ketentuan keenam yaitu ketentuan tentang ta wid dan denda, yang berbunyi: Penerbit kartu dapat mengenakan denda keterlambatan pembayaran yang akan diakui seluruhnya sebagai dana sosial. 12 Fatwa ini menjadi dasar pemungutan denda keterlambatan (late charge) oleh para penerbit kartu kepada pemegang kartu yang terlambat membayar tagihan. Denda keterlambatan (late charge) yang diterima oleh bank syariah tidak dimasukkan sebagai pendapatan, akan tetapi dimasukkan sebagai dana sosial. Hal inilah, yang membedakan antara bank syariah dan bank 11 DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta: Cet III, Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006, hlm. 99. 12 Dikutip dari: http://www.mgyasni.niriah.com/wp-content/uploads/2009/12/54- syariah_card.pdf.

42 konvensional, dimana dalam bank konvensional denda yang diterima diakui sebagai pendapatan. Denda ini dikenakan berdasarkan maslahat mursalat dan tindakan mengenakan denda adalah sebagai pencegah orang-orang mempermainkan bank-bank Islam dengan sengaja membayar atau melewatkan pembayaran utang walaupun ketika mempunyai uang. Maka ketika di zaman lemahnya amanah manusia untuk membayar utang mereka dan mudharat besar pada bank-bank Islam dan juga pemiutang, maka angsuran yang dijanjikan tidak diselesaikan pada waktunya, denda akan dikenakan. 13 Denda keterlambatan pembayaran hutang digunakan untuk mempertahankan eksistensinya, setiap kemudahan pinjaman bernilai karena bank bukan pasar amal. 14 Bank syariah juga termasuk sebagai lembaga komersial, dan denda keterlambatan pembayaran ditetapkan di awal perjanjian untuk mencegah pemegang kartu mempermainkan penerbit kartu dengan mengulur-ulur waktu pembayaran tagihan. C. Dasar Hukum Denda Keterlambatan (late charge) pada Kartu Kredit Syari ah dalam Fatwa DSN MUI NO: 54/DSN MUI/X/2006 tentang Syari ah Card Dalil yang mendasari ditetapkannya denda keterlambatan (late charge) dalam fatwa DSN MUI No:54/DSN MUI/X/2006 tentang Syari ah Card 13 Dikutip dari:http://blogs.myspace.com/index.cfm?fuseaction=blog.view&friendid= 213798325&blogId=327187834, Tanggal 19 April 2010. 14 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Op.,Cit., hlm. 127-128.

43 diambil dari al-qur an, hadis, dan kaidah fiqh. Firman Allah SWT yang menjadi landasan denda keterlambatan (late charge) adalah: ي اأ ي ه ا ال ذ ين آ م ن وا أ و ف وا ب ال ع ق ود أ ح ل ت ل ك م يم ة الا ن ع ام إ لا م ا ي ت ل ى ع ل ي ك م غ ي ر مح ل ي ال صي د و أ ن ت م ح ر م إ ن الل ه يح ك م م ا ي ر يد 1 Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-nya. (Al-Maidah:1). Hadis Nabi saw yang melandasi denda keterlambatan pembayaran (late charge) adalah: Hadis Nabi riwayat Jama ah, (Bukhari dari Abu Hurairah, Muslim dari Abu Hurairah, Tirmizi dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Nasa i dari Abu Hurairah, Abu Daud dari Abu Hurairah, Ibn Majah dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Ahmad dari Abu Hurairah dan Ibn Umar, Malik dari Abu Hurairah, dan Darami dari Abu Hurairah): Nabi SAW bersabda: م ط ل ال غ ني ظ ل م... Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman Hadis Nabi riwayat Nasa i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad dari Syuraid bin Suwaid, Nabi SAW bersabda: لي ال و ا جد يح ل ع ر ض ه و ع ق و ب ت ه.

44 Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu, menghalalkan harga diri dan memberikan sanksi kepadanya. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, al-daraquthni, dan yang lain, dari Abu Sa id al-khudri, Nabi SAW bersabda: لا ض ر ر و لا ض ر ار. Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri maupun orang lain. Selain al-qur an dan hadis DSN MUI juga menngunakan kaidah fiqh dalam menetapkan denda keterlambatan pembayaran (late charge) dalam fatwa tentang syariah card ini. Kaidah fiqh yang digunakan yaitu: ا ل م ش قة تج ل ب الت ي س ي ر. Kesulitan dapat menarik kemudahan. د ر ء ال م ف اس د م ق دم ع ل ى ج ل ب ال م ص ال ح. Menghindarkan kerusakan (kerugian) harus didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan. Dalil-dalil diatas melandasi dicantumkannya denda keterlambatan (late charge) dalam fatwa tentang syariah card. Namun selain dari al-qur an, hadis, kaidah fiqh, DSN MUI juga memperhatikan Fatwa DSN MUI terdahulu yang bisa menjadi dasar penetapan denda keterlambatan (late charge). Fatwa tersebut adalah fatwa DSN MUI No.17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran. 15 15 Ibid.

45 Dalil-dalil diatas merupakan dalil yang digunakan MUI sebagai dasar ditetapkannya denda keterlambatan (late charge) dalam fatwa DSN MUI No:54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah card. Dalil-dalil ini diambil dari ayat-ayat al quran, hadis, kaidah-kaidah fiqh, dan fatwa DSN MUI yang terdahulu yang dapat menjadi dasar ditetapkannya fatwa DSN MUI selanjutnya.