BAB I PENDAHULUAN. bahkan memiliki hubungan yang cukup kuat dengan nilai-nilai pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBELAJARAN SENI REYOG PONOROGO (Studi Kasus di SMAN 2 Ponorogo) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat top-down innovation dengan strategi power. sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu

I. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI TARI SMALB TUNADAKSA

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI TARI SMALB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kompleks, abstrak, dan luas (

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan, firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 117:

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNADAKSA

13. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun dan mengembangkan karakter manusia yang seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan musik merupakan proses sosial yang didalamnya dapat menggali

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA SMALB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB III METODE PENELITIAN

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

Kata kunci: Gebyar Budaya Jawa, Pendidikan, Pelestarian Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM SENI REYOG PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan. martabat kemanusiaan (Sinegar, UUD 1945: 31).

BAB I PENDAHULUAN. moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

L. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI MEMBATIK SMALB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah yang kompleks dan selalu berubah. Karena yang menjadi. subyek dan obyek pendidikan adalah semua manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia serta ketrampilan yang

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

K. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOUVENIR SMALB TUNARUNGU

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Internet, media sosial, hand phone, dan lain-lain. Dan tantangan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. merasakannya. Begitu pula bisa membaca Al-Qur an dengan fasih dan benar

IMPLEMENTASI CHARACTER BUILDING DI SEKOLAH (Peran Guru Agama Islam Dalam Membudayakan Akhlak Mahmudah Siswa Di SMP Negeri 1 Jenangan)

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

K. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI MEMBATIK SMALB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

12. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR EKONOMI SMA/MA

BENTUK-BENTUK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM WISATA RELIGI (STUDI KASUS DI MAKAM KYAI AGENG MUHAMMAD BESARI TEGAL SARI JETIS PONORGO)

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI MUSIK SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNANETRA

IMPLEMENTASI METODE WAFA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN (Studi Kasus Di Griya Qur an Al Furqon Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bervariasi untuk kepentingan pembelajaran matematika. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilik. Menurut. Suryonosubroto (2009; 286) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni Reyog Ponorogo merupakan seni budaya yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam instrument seni maupun ragam tarinya. Nilai-nilai luhur itu di antaranya ialah; keberanian, sopan santun, optimisme, percaya diri, gotong royong, dan sebagainya bahkan memiliki hubungan yang cukup kuat dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Misalnya, nilai optimisme yang disimbolisasikan dalam tari pujangganong bertemu basis relevansinya di dalam firman Allah dalam QS. Yusuf (12): 87... Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". Makna ayat di atas memiliki relevansi dengan instrumen tari Pujangganong yaitu optimisme. Seperti yang disampaikan oleh Rido Kurnianto (2015) dalam penelitiannya bahwa tari pujangganong yang terkesan lucu, banyak ulah dan selalu membuat sensasi adalah sebagai simbol bahwa hidup di dunia ini tidaklah selalu mulus dan lurus. Banyak hambatan dan cobaan dengan beragam jenis. Selanjutnya adalah Instrumen Harimau yang berarti kekuatan fisik dan psikis (lahir dan batin). Rido Kurnianto (2015) juga menyebutkan bahwa simbol ini memiliki relevansi dengan nilai Pendidikan Islam yakni 1

2 keberanian merupakan di antara ciri orang yang beriman kepada Allah subhanallah wata ala, sebuah kebenaran, termasuk menyampaikannya. Simbolnya ini disebutkan di dalam al-qur an QS. Al-Nisa (4): 9 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. Model penanaman nilai-nilai luhur sebagaimana diterangkan di atas, telah dilakukan oleh beberapa sekolah di Ponorogo. Salah satu sekolah yang telah memasukkan Seni Reyog Ponorogo sebagai muatan lokal (mulok) adalah SMAN 2 Ponorogo sejak tahun 2006/2007 sampai sekarang. Model pembelajaran Seni Reyog di SMAN 2 Ponorogo sekalipun Pergub (Peraturan Gubernur) tentang dimasukkannya Seni Reyog Ponorogo ke dalam kurikulum sekolah telah diganti dengan Pergub baru menjadi Bahasa Jawa, namun, seni Reyog Ponorogo tetap dimasukkan dalam intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Di dalam pelaksanaannya, seni Reyog Ponorogo dimasukkan di dalam intrakurikuler pada kelas 1 dan ini bersifat wajib, sedangkan untuk kelas 2 dan 3 bersifat ekstrakurikuler dan tidak wajib. Pasca pergantian muatan lokal berdasarkan Pergub tersebut, pembelajaran seni Reyog Ponorogo melalui intrakurikuler berlangsung

3 hingga tahun 2014/2015 dan selanjutnya hingga saat ini pembelajaran seni Reyog Ponorogo tersebut dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Sebagai media evaluasi dilakukan bersamaan dengan pementasan seni Reyog pada setiap akhir tahun. Dari sinilah, siswa diwajibkan menampilkan setiap kelasnya dan mereka berkreasi sesuai dengan kemampuan mereka. Alhasil, justru dengan diberikan kebebasan mereka berkreasi, mereka dapat memberikan yang terbaik dan menghayati kandungan nilai-nilai luhur yang ada di dalam seni Reyog Ponorogo. Bahkan peran mereka dalam berseni Reyog Ponorogo ini baik dalam latihan maupun ketika pentas terbawa hingga ke dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seperti sikap percaya diri, gotong royong, optimis, sopan santun dan sebagainya. Namun penanaman nilai-nilai luhur di atas belum dilakukan secara integral melibatkan nilai-nilai pendidikan Islam mengingat adanya relevansi yang kuat antara nilai dan makna seni Reyog Ponorogo dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Selama ini, integrasi nilainilai pendidikan Islam dilakukan melalui proses tidak langsung (tidak dirancang melalui perencanaan pembelajaran dengan baik) Seiring berjalannya waktu, muncul keinginan yang kuat dari masyarakat, terutama dari kalangan sekolah untuk menggali nilai dan makna seni Reyog Ponorogo dari sudut pandang pendidikan Islam. Dalam beberapa aspek, keinginan itu sudah mulai diterapkan, seperti penyikapan Konco Reyog dalam hal shalat fardu (shalat wajib lima waktu), latihan

4 akan dihentikan sementara ketika telah masuk untuk menunaikan shalat fardu. Oleh karena itu, bersamaan dengan upaya pemerintah dalam melestarikan seni Reyog Ponorogo yaitu memasukkan seni Reyog Ponorogo dalam kurikulum pendidikan di Ponorogo baik melalui intrakulikuler maupun ekstrakulikuler, diperlukan pengkajian lebih lanjut melalui penelitian yang cermat, agar dampak kemanfaatannya bisa terkaji secara cermat pula. Pada aspek inilah, salah satu pentingnya penelitian ini dilakukan. Sementara pada sisi yang lain, penelitian ini juga peneliti anggap penting, mengingat perlunya kajian tentang integrasi nilai-nilai pendidikan Islam dengan budaya lokal, dalam hal ini adalah seni Reyog Ponorogo. Hal ini karena, seperti dipaparkan di atas, bahwa seni Reyog Ponorogo yang memiliki makna dan simbol-simbol yang yang sarat dengan nilai-nilai luhur dan memiliki basis relevansi yang sangat kuat dengan nilai-nilai pendidikan Islam. Berdasarkan uraian di atas, penelitian model integrasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam pembelajaran seni Reyog Ponorogo di SMAN 2 Ponorogo ini dianggap penting karena belum tertransformasikannya nilainilai luhur yang terkandung dalam seni Reyog ponorogo di masyarakat dan mengingat pentingnya bagi Konco Reyog itu sendiri.

5 B. RUMUSAN MASALAH Untuk menghindari bias, masalah penelitian ini secara konseptual dijelaskan sebagai berikut; (1) nilai-nilai luhur pada seni Reyog Ponorogo adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam perangkat seni Reyog, yakni dadak merak, perangkat gamelan, dan kostum atau pakaian dan yang terkandung di dalam ragam tarinya, yakni tari warok, jathil, pujangganong, kelanasewandana; (2) yang dimaksud relevansi nilai atau makna simbol dengan nilai-nilai pendidikan Islam adalah kesesuaian sejumlah nilai atau makna yang terdapat di dalam seni Reyog Ponorogo dengan nilai-nilai pendidikan Islam, misalnya perangkat kenong yang memiliki makna nrimo (menerima pemberian) bersesuaian dengan nilai qana ah dalam Islam, yakni sebuah pribadi yang menerima dengan lapang dada atas karunia Tuhan setelah ikhtiar (usaha) manusiawi dilakukan secara optimal; (3) model integrasi adalah proses penyatuan nilai sekaligus cara praktis menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam pada Konco Reyog (siswa) dalam pembelajaran Reyog di SMAN 2 Ponorogo, baik melalui intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Selanjutnya masalah yang akan dikaji melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa saja nilai-nilai luhur yang terdapat pada seni Reyog Ponorogo? 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai luhur seni Reyog Ponorogo tersebut dengan nilai-nilai pendidikan Islam? 3. Bagaimana model integrasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam pembelajaran seni Reyog di SMAN 2 Ponorogo?

6 C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendiskripsikan secara mendalam nilai-nilai luhur yang terdapat pada seni Reyog Ponorogo. 2. Mendiskripsikan secara mendalam relevansi pendidikan Islam dengan seni Reyog Ponorogo. 3. Mendiskripsikan secara mendalam model integrasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam pembelajaran seni Reyog di SMAN 2 Ponorogo. D. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan penjelasan yang proporsional secara teori berbasis penelitian ilmiah kepada pelaku seni Reyog Ponorogo dan pembaca, terkait dengan makna dan nilai luhur yang terkandung di dalam kesenian Reyog Ponorogo. Hasil penelitian ini juga diharapkan ini juga diharapkan menambah khazanah ilmu pengetahuan, terutama di bidang pembelajaran pendidikan Islam berbasis kearifan lokal. 2. Secara praktis. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pihak sebagi berikut:

7 a. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan, terutama terkait dengan pelestarian seni Reyog Ponorogo melalui pembelajaran di sekolah. b. Bagi Kemendiknas dan Kemenag, hasil penelitian ini diharapkan bisa dipergunakan sebagai dasar untuk mengambil kebijakan terkait pengembangan pendidikan seni Reyog Ponorogo di sekolahsekolah, baik lembaga pendidikan umum maupun lembaga pendidikan Islam, terutama terkait dengan pengembangan pendidikan Islam berbasis budaya lokal dan membantu program pelestarian seni Reyog Ponorogo dalam jalur pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan. c. Bagi SMAN 2 Ponorogo, dapat menambah keilmuan terutama pada kalangan Konco Reyog sendiri dan mampu memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang makna luhur dan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam seni Reyog Ponorogo melalui simbolsimbol yang terdapat pada seni Reyog Ponorogo guna menanamkan nilai-nilai Islam tersebut kepada anak didik. d. Bagi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Ponorogo, penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahanpermasalahan di atas dengan memunculkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Seni Reyog Ponorogo sekaligus menyusun model integrasi nilai-nilai pendidikan dalam seni Reyog Ponorogo. Serta, diharapkan pula Pendidikan Agama Islam tidak sekedar sebagai

8 wahana transfer pengetahuan keagamaan semata, tetapi juga penanaman nilai-nilai keislamaan yang nantinya mampu diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat sebagai seorang muslim yang mampu berperan dalam menyelesaikan problem umat maupun bangsa menghadapi perkembangan zaman yang begitu pesat. e. Bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti mengenai wacana nilai-nilai pendidikan Islam dalam seni Reyog Ponorogo sekaligus sebagai bentuk praktisi pendidikan. E. SISTEMATIKA PENELITIAN Sistematika penulisan yang dimaksud untuk menjelaskan susunan tata urutan dalam pembahasan skripsi ini serta untuk memberikan kemudahan dalam memahaminya. Adapun sitematika penulisannya sebagi berikut: BAB I, merupakan pendahuluan berfungsi untuk memaparkan pola dasar dari keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari latar belakang, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. BAB II, berisi tinjauan pustaka dan landasan teori. Tinjauan pustaka terdiri dari penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian ini dan berfungsi untuk mengetahui sisi mana yang telah terungkap oleh peneliti terdahulu dan yang belum terungkap, diperlukan kajian terlebih dahulu. Sedangkan landasan teori berfungsi untuk mengetengahkan kerangka awal teori yang digunakan sebagai landasan

9 melakukan penelitian model integrase nilai-nilai pendidikan Islam dalam pembelajaran seni Reyog Ponorogo edangkan kajian pusaka. BAB III, metode penelitian. Berfungsi menjelaskan pendekatan dan jenis penelitian yang terdiri dari ruang lingkup dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, alur penelitian, teknik analisis data dan teknik validasi data. BAB IV, hasil penelitian. Berfungsi memaparkan hasil penelitian yang berupa penyajian data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian meliputi: nilai-nilai luhur dalam seni Reyog Ponorogo, relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dengan seni Reyog Ponorogo, dan model integrasi pendidikan Islam dalam seni Reyog Ponorogo di SMAN 2 Ponorogo. BAB V adalah penutup. Bab ini berfungsi untuk menjelaskan intisari atau kesimpulan dari isi penelitian ini.