BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripisi data hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dari

BAB 4 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu bangsa semakin banyak orang yang terdidik, namun

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan Good

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berada. Pada dasarnya setiap peserta didik sudah memiliki potensi yang baik di. dapat berkembang melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

METODOLOGI Pendekatan dan Strategi Kajian Tipe Kajian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills. Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa Pasirhuni

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Guru sebagai pengajar berharap agar para siswanya. kurang baik. Kompetensi tersebut menurut Benyamin Bloom (1956)

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII PERENCANAAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BKM DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Penyelenggaraan Program TMMD di Desa Sukamaju

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penulis mengemukakan kesimpulan dan saran pada bab ini berdasarkan

Prinsip Dasar Pelaksanaan KUKERTA UNIVERSITAS MUARA BUNGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan dalam masyarakat mengalami kemerosotan,baik di tingkat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. yang semakin pesat, pelaksanaan pendidikan perlu ditingkatkan baik

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

GAMBARAN STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PROGRAM PAKET B DI PKBM TANJUNG SARI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari seluruh pembahasan sebelumnya, maka kajian tentang pemberdayaan

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian ini yang ingin menggambarkan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis komunitas dan menjelaskan kebermanfaatan program pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis komunitas, dan dengan pembahasan yang didasarkan pada temuan lapangan, serta dihubungkan dengan permasalahan yang ingin diteliti pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pendidikan berbasis komunitas merupakan salah satu alternatif untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang memiliki pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill), dan sikap (attitude) dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (human capital). Sebagai lembaga pendidikan berbasis komunitas, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Mandiri diharapkan dapat menjadi pijakan dan titik permulaan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memberdayakan potensi-potensi yang terdapat di dalam masyarakat. Dengan kata lain, PKBM Bina Mandiri juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia wilayah kelurahan Bukit Duri dan sekitarnya dengan cara memberikan berbagai program pembelajaran berupa pengetahuan dan keterampilan bagi warga belajar. Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis komunitas yang dilakukan pada PKBM Bina Mandiri telah dilakukan tahapan demi tahapan. Hal ini dapat diketahui berdasarkan hasil temuan lapangan yang memperlihatkan bahwa tahapan pemberdayaan masyarakat telah dilaksanakan dalam pelaksanaan program pembelajaran. Tahap-tahap ini antara lain. Tahap penjalinan relasi, tahap ini dilakukan PKBM Bina Mandiri sebagai tahap awal kegiatan pemberdayaan, yang dilakukan dengan berbagai pihak terkait pelaksanaan program, seperti pihak Kelurahan Bukit Duri, tokoh masyarakat setempat, dan komunitas sasaran. Selain sebagai untuk 161

162 perkenalan dan memulai komunikasi awal dengan berbagai stakeholder, tahap ini dilakukan juga sebagai landasan awal untuk mengetahui permasalahan yang sedang terjadi di komunitas sasaran. Pada tahap ini, pemberdayaan yang dirasakan masyarakat belum ada karena baru sebatas diadakannya pertemuan-pertemuan pendahuluan dan diskusi awal untuk mempersiapkan ke tahap berikutnya, yaitu tahap identifikasi permasalahan dan komunitas sasaran. Identifikasi permasalahan dan komunitas sasaran, tahap ini merupakan lanjutan setelah tahap penjalinan relasi sebagai tahap pengkajian (assessment). Pada tahap ini, hal yang dilakukan pertama kali adalah menggali data lebih dalam mengenai kondisi pendidikan masyarakat, baik bekerja sama dengan pihak kelurahan maupun turun langsung ke lingkungan RT dan RW. Setelah data yang dibutuhkan didapat, barulah diidentifikasi mengenai permasalahan yang terjadi, yaitu masih adanya warga yang buta huruf dan terdapat banyak warga yang putus sekolah, dan mengidentifikasi masyarakat yang berpotensi menjadi komunitas sasaran (baca: warga belajar). Tahap ini masih memperlihatkan kurang adanya peran serta dan keterlibatan dari masyarakat. Hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran warga atas permasalahan yang sedang terjadi. Sehingga perlunya penyadaran yang dilakukan oleh petugas (pihak PKBM), beserta tokoh masyarakat setempat (ketua RW) dalam menggali awareness dan kebutuhan yang ada. Pemberdayaan yang dirasakan masyarakat pada tahap ini, yaitu masyarakat dapat lebih menyadi permasalahan yang dihadapi, dan dapat mengetahui kebutuhan yang sedang dirasakan. Perencanaan program pembelajaran merupakan tahap yang selanjutnya dilakukan setelah tahap identifikasi permasalahan dan komunitas sasaran. Pada tahap ini, pihak PKBM mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat setempat untuk membahas hasil dari assessment yang telah dilakukan. Setelah itu, barulah pihak PKBM memfasilitasi warga belajar dengan mengadakan berbagai pertemuan yang membahas program pembelajaran apa yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang sedang

163 dihadapi, yaitu masalah banyaknya warga yang putus sekolah dan masih adanya warga yang buta huruf. Lalu dimulailah penyusunan perencanaan berbagai program pembelajaran yang kiranya sesuai dengan kebutuhan dan dapat mengatasi permasalahan komunitas sasaran. Pada tahap ini, masyarakat telah dipersilahkan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam merencanakan program pembelajaran yang akan dilaksanakan, akan tetapi masyarakat tidak memanfaatkan kesempatan ini karena lebih banyak sebagai penonton pada saat perencanaan program ini disusun. Kehadiran tokoh masyarakat pada tahap ini menjadi sangat krusial, dimana dapat menghubungkan antara PKBM dengan masyarakat dalam mengaspirasikan program apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh warga belajar. Pemberdayaan yang dirasakan pada tahap ini lebih kepada penambahan pengetahuan bagi masyarakat dalam mengetahui berbagai macam program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tahap perekrutan komunitas dan pemberian informasi program pembelajaran merupakan tahap berikutnya yang dilakukan. Pada kedua tahap ini, pihak PKBM berusaha untuk menarik minat masyarakat lebih luas lagi untuk dapat mengikuti program pembelajaran yang diselenggarakan. Tahap perekrutan komunitas sasaran, ditandai dengan proses perekrutan yang dilakukan secara langsung dari mulut ke mulut di lingkungan RT dan RW yang terdapat di kelurahan Bukit Duri. Sedangkan untuk pemberian informasi program pembelajaran, dilakukan dengan menggunakan media seperti poster, banner, dan spnduk untuk lebih memasyarakatkan program pembelajaran PKBM. Tahap implementasi merupakan tahap berikutnya yang dilakukan. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan program pembelajaran, yang dapat dilihat melalui proses belajar-mengajar dan waktu yang digunakan. Pada proses belajar-mengajar program pembelajaran, pihak PKBM berusaha mengerti kebutuhan warga belajar. Proses pengajaran dilakukan dengan pendekatan yang lebih santai tetapi tetap terfokus. Selan itu, terdapat dua pendekatan yang dipakai dalam proses belajar-mengajar, yaitu pembelajaran di dalam kelas ( jaga gawang ), dan pembelajaran di luar kelas ( jemput bola ). Dengan begitu kedua pendekatan ini, warga belajar memiliki akses yang

164 lebih mudah untuk mendapatkan program pembelajaran.hal ini dapat dilihat dari cara petugas (pihak PKBM) dalam memberikan waktu pembelajaran yang sangat flesksibel, tergantung pada jadwal yang dapat diikuti warga belajar. Dengan pendekatan seperti ini, warga belajar dapat terus mengikuti kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan jadwal yang dapat ditentukan sendiri. Tahap ini diakhiri dengan pelaksanaan ujian tertulis dan keberlanjutan program pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan berupa ajakan dari pihak PKBM kepada warga belajar yang telah menyelesaikan suatu jenjang program pembelajaran, diminta terus untuk melanjutkan ke program pembelajaran lain yang merupakan kelanjutan dari program sebelumnya. Hal ini tentu saja berdampak positif bagi warga belajar karena mereka masih tetap memiliki kesempatan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka dengan mengikuti program pembelajaran lainnya. Pemberdayaan yang dirasakan masyarakat pada tahap ini lebih kepada peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan dan memiliki keterampilan yang didapat selama proses belajar-mengajar program pembelajaran. Tahap evaluasi dan tahap keberlanjutan merupakan kedua tahapan selanjutnya setelah pelaksanaan program pembelajaran berlangsung. Kedua tahap ini sudah dilakukan oleh PKBM Bina mandiri pada setiap program pembelajarannya. Akan tetapi, pada pelaksanaan evaluasi lebih sering bersifat internal diantara pengurus PKBM saja tanpa melibatkan warga belajar. Sehingga feedback yang didapat dari warga mengenai evaluasi pada program pembelajaran masih sangat minim, hanya sebatas angin lalu saja. Selain itu, untuk evaluasi program pemberdayaan yang lebih melibatkan juga berbagai elemen masyarakat juga belum dilaksanakan, dan baru sebatas melakukan laporan pertanggungjawaban kegiatan kepada donatur yang telah mensponsori program pembelajaran saja. Pemberdayaan yang dirasakan masyarakat pada tahap evaluasi adalah dapat memberikan masukan dan feedback sesuai dengan situasi dan kebutuhan yang ada. Sedangkan pada tahap keberlanjutan, pemberdayaan yang dirasakan masyarakat lebih kepada

165 menambah pengalaman dan pengetahuan berbagai keterampilan yang dipelajari secara lebih mendalam. Dari tahapan pemberdayaan melalui pendidikan berbasis komunitas yang dilakukan PKBM Bina Mandiri dalam program pembelajarannya, terdapat kebermanfaatan yang dirasakan masyarakat setelah mengikuti program pembelajaran yang dapat diuraikan melalui ranah pembelajaran sebagai berikut. Ranah kognitif, warga belajar merasakan kebermanfaatan dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki, seperti dapat membaca dan menulis. Warga belajar juga mulai dapat menganalisa suatu permasalahan secara lebih mendalam lagi. Selain itu, setelah mengikuti program pembelajaran, warga belajar telah terbiasa untuk terus berpikir mengenai berbagai kemungkinan yang akan terjadi, sehingga dapat membuat lebih berpikir logis dan berhati-hati dalam bekerja. Kebermanfaatan di ranah kognitif ini dapat ditandai juga dengan sudah banyaknya warga belajar yang telah lulus berbagai program pembelajaran, seperti program keaksaraan fungsional, maupun program pendidikan kesetaraan. Ranah Afektif, warga belajar dapat merasakan kebermanfaatan pada tahap ini melalui perubahan sikap yang dilakukan. Setelah mengikuti program pembelajaran, warga belajar menjadi lebih percaya diri, terutama dalam hal pengetahuan yang telah dimilikinya. Kebermanfaatan lainnya yaitu warga belajar dapat lebih menghargai pendapat orang lain dan memiliki motivasi dan kesadaran untuk mengikuti program pembelajaran, tanpa ada paksaan dari pihak lain. Selain itu, perubahan sikap lainnya adalah sikap bertanggung jawab atas berbagai tindakan dan pilihan yang telah diputuskan. Perubahan di ranah afektif ini ternyata tidak lepas dari peran tutor yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada warga belajar dalam setiap proses belajarmengajar yang dilakukan. Hal ini yang membuat kebermanfaatan di ranah afektif begitu dirasakan oleh warga belajar. Ranah psikomotorik, merupakan kebermanfaatan yang juga turut dirasakan warga belajar. Pada ranah ini, warga belajar merasakan perubahan terutama

166 dalam hal persepsi dan kreatifitas yang semakin meningkat, terutama setelah mengikuti program pembelajaran keterampilan, seperti program life skill maupun kelompok belajar usaha (KBU). Selain itu, kebermanfaatan dalam ranah ini juga ditandai meningkatnya kemampuan warga belajar, terutama di bidang keterampilan, seperti mengetik, menjahit, maupun mengerjakan instruksi sebuah produk rakitan. Kebermanfaatan di ranah psikomotorik ini merupakan kebermanfaatan yang dirasakan oleh warga belajar sebagai perubahan yang signifikan, karena dapat dilihat dengan jelas oleh diri sendiri dan orang lain. 5.2 Rekomendasi Berdasarkan temuan lapangan, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal yang terkait dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini tahap pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis komunitas, diantaranya adalah: Dari temuan lapangan telah ditemukan bahwa dalam tahapan pelaksanaan program pembelajarannya, terutama pada tahap assessment dan perencanaan program pembelajaran, PKBM Bina Mandiri kurang melibatkan masyarakat secara aktif dalam menentukan permasalahan yang dihadapi (lihat hal 135). Untuk itu ke depannya, yang dapat dilakukan adalah: Bagi PKBM Bina Mandiri, harus lebih mengajak peran serta aktif dan keterlibatan warga belajar, terutama pada tahap assessment dan perencanaan program pembelajaran. Hal ini sangat diperlukan mengingat PKBM merupakan satuan pendidikan yang dikenal dengan mottonya dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat mempunyai tujuan untuk memberdayakan warga belajar, terutama di bidang pendidikan nonformal untuk meningkatkan kapasitas warga belajar melalui program pembelajarannya. Apabila masyarakat lebih terlibat secara aktif, dapat dipastikan program pembelajaran yang akan dijadikan alternatif pemecahan masalah dapat lebih terfokus dengan apa yang benar-benar menjadi kebutuhan warga dan pihak PKBM pun dapat lebih diuntungkan karena telah

167 melaksanakan program pembelajaran yang efektif, karena kesesuaiannya dengan yang dibutuhkan masyarakat. Untuk masyarakat, warga belajar harus lebih berperan lebih aktif lagi dalam setiap tahapan program pembelajaran yang diselenggarakan PKBM. Hal ini merupakan poin penting dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan berbasis komunitas. Hal ini tentunya dapat dicapai apabila tumbuhnya kesadaran mengenai kebutuhan dan permasalahan yang sedang terjadi. Semua ini dapat dimulai dengan cara membuat suatu produk program pembelajaran yang memang dirasa dibutuhkan oleh masyarakat. Proses pembuatan program pembelajaran ini dapat dibantu oleh pihak PKBM sebagai fasilitator, terutama dalam hal penulisan proposal rencana kegiatan program pembelajaran. Dilihat dari tahapan evaluasi dan monitoring yang dilaksanakan, ternyata belum terdapat evaluasi program pemberdayaan yang dilakukan dengan melibatkan warga belajar maupun masyarakat secara umum untuk mengetahui hasil evaluasi yang telah dilakukan (lihat hal 144). Untuk itu, hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. Warga belajar dapat lebih berperan aktif untuk mengevaluasi program pembelajaraan yang dilakukan PKBM dengan memberikan masukan dan feedback yang dapat berguna bagi kelangsungan program pembelajaran di masa mendatang. Pada tahap keberlanjutan, warga belajar diharapkan dapat lebih berinisiatif untuk melanjutkan program pembelajaran yang telah diikuti. Hal ini tentunya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dari apa yang telah didapat dari program pembelajaran sebelumnya dan dapat menambah pengalaman dari pengetahuan dan keterampilannya tersebut. PKBM Bina mandiri diharapkan dapat lebih meningkatkan tahap evaluasi dan monitoring yang telah dilaksanakan dengan mengadakan rapat evaluasi yang lebih terbuka, dan melibatkan peran serta tokoh masyarakat maupun warga belajar yang terlibat dalam program pembelajaran yang diselenggarakan. Dengan model evaluasi seperti ini diharapkan dapat

168 memberikan masukan dan umpan balik yang nantinya berkontribusi untuk perbaikan metode maupun hasil dari program pembelajaran yang dilaksanakan. Sedangkan untuk tahap keberlanjutan, dengan terus mengarahkan warga belajarnya untuk mengikuti program pembelajaran lainnya (lihat hal 145), berarti PKBM sudah memperhatikan warga belajar yang telah lulus pada suatu program pembelajaran. Hal seperti ini perlu ditingkatkan lagi, terutama untuk program-program pembelajaran yang dapat meningkatkan pendapatan warga belajar, seperti program life skill dan KBU, dengan cara menyalurkan para lulusan ini ke berbagai lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang telah dimilikinya. Karena tujuan program pembelajaran pendidikan berbasis komunitas yang dilakukan PKBM Bina Mandiri adalah untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan warga belajar dan berdasarkan temuan lapangan terungkap bahwa program pembelajaran yang dilakukan masih sebatas pada program yang telah ditentukan oleh pemerintah (lihat hal 139), maka sebagai unit satuan pendidikan nonformal yang mengembangkan pendidikan berbasis komunitas, PKBM Bina Mandiri harus dapat menghilangkan ketergantungannya pada pemerintah (dalam hal ini Depdiknas), terutama dalam hal program pembelajaran yang diselenggarakan dan pembiayaan program pembelajaran. Memang pada awalnya perlu adanya intervensi yang besar dari pemerintah, khususnya dalam hal program pembelajaran sekaligus pembiayaan program pembelajaran. Akan tetapi, pada tahap selanjutnya pemerintah akan dan harus untuk mengurangi intervensinya. Sehingga PKBM tidak perlu melulu menunggu dana bergulir yang diberikan pemerintah melalui program bantuan sosialnya. Hal ini agar PKBM dapat lebih mandiri dan dapat lebih inovatif dalam mengembangkan program pembelajaran yang diselenggarakan dan dalam pembiayaan program pembelajaran tersebut. Dengan begitu, PKBM akan tetap menjadi satuan pendidikan nonformal yang mengedepankan kepentingan warga belajar, dan bukan hanya sebagai proyek dari segelintir orang untuk memperoleh keuntungan semata.