KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN KANEKES PANAMPING DI DESA KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK (Suatu Kajian Geografi Budaya)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT BADUY PASCA TERBENTUKNYA PROPINSI BANTEN TAHUN 2000

TRADISI SEBA PADA MASYARAKAT KANEKES DI DESA KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN (Suatu Kajian Geografi Budaya)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

Oleh: Moch. Masykur Fuadz A. NIM:

SUKU BADUY. MAKALAH Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Wawasan Budaya Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat

KARAKTER ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BADUY LUAR DI GAJEBOH BANTEN. Djumiko. Abstrak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sebagai kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

Tinjauan Arsitektur Interior Tradisional Desa Kanekes

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Suku Baduy. Dibuat Oleh : Ade Luqman Hakim ( ) Ilmu Sejarah. Universitas Negeri Yogyakarta

PEREMPUAN DALAM KEARIFAN LOKAL SUKU BADUY. Oleh: Septiana Dwiputri Maharani 1

DAMPAK KEGIATAN PARIWISATA TERHADAP KONDISI EKONOMI MASYARAKAT KAMPUNG NAGA DESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

ABSTRAK PERANCANGAN BOOK DESIGN TATA CARA PERNIKAHAN ADAT YOGYAKARTA. Oleh Wenny Anggraini Natalia NRP

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : James Paul Piyoh

ANGKLUNG BUHUN WARISAN BUDAYA TAK BENDA KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG

EKSISTENSI KESENIAN TRADISIONAL PANTUN DI DESA KEDUNGWULUH KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

Perencanaan Lanskap Konservasi Budaya Suku Baduy Luar dan Dangka dengan Pendekatan Bioregion

UNIVERSITAS PADJAJARAN Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kata sapaan..., Annisa Rahmania, FIB UI, 2009

INDUSTRI BATU BATA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (TINJAUAN GEOGRAFI EKONOMI)

Kajian Pola Tatanan Massa Pada Kampung Ciboleger, Baduy

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

Skripsi. diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Oleh : Mornika Wendy

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEBERTAHANAN PERKAWINAN IDEAL MENURUT SUKU BATAK KARO DI KELURAHAN KWALA BEKALA PADANG BULAN MEDAN (SUATU TINJAUAN ANTROPOLOGI) oleh :

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab.

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...

Partisipasi Perajin Batik Dalam Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Di Kawasan Kampung Batik Laweyan Surakarta

PENGARUH ALOKASI DANA DESA TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA TAMBANG KECAMATAN PUDAK KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2015

WUJUD DAN UNSUR KEBUDAYAAN BADUY DALAM NOVEL BAIAT CINTA DI TANAH BADUY KARYA UTEN SUTENDY (STUDI ANTROPOLOGI SASTRA)

BAB 2 ANALISA DAN DATA. Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir saya diperoleh dari

PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

ABSTRAK PERANCANGAN BUKU PERHIASAN PERNIKAHAN JAWA BARAT. Oleh Raissa Vania NRP

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

Abstrak. Kata kunci : Pariwisata, Banten, Kearifan Lokal, Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

ANALISIS NILAI-NILAI SOSIAL DALAM TEKS LAGU JOGET DANGKONG KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN ARTIKEL E-JOURNAL

Eksplorasi Karakteristik Pembangunan Ekonomi Desa Melalui Unsur-Unsur Budaya Universal di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

Makna Simbolik Huma (Ladang) Di Masyarakat Baduy. Jamaludin

ABSTRAK MEMPERKENALKAN DAN MEMPROMOSIKAN LEGENDA SANGKURIANG DI GUNUNG TANGKUBAN PERAHU MELALUI ENVIRONMENTAL GRAPHIC DESIGN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moch Ali M., 2015

BAB I PENDAHULUAN. Selo Soemardjan dalam Simanjuntak (2000:107) Menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

PERUBAHAN NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NOVEL TAMU KARYA WISRAN HADI ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

Transkripsi:

KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN KANEKES PANAMPING DI DESA KANEKES KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK (Suatu Kajian Geografi Budaya) Nandang Hendriawan¹ (nandang.hendriawan@yahoo.com) Dian Rianti² (ryanti_dy@ymail.com) Progam Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT DIAN RIANTI. 2014. Characteristics of Culture in Kanekes Village Leuwidamar District Lebak Regency. Geography Education Study Program. Faculty of Teachers Training and Educational Sciences. Siliwangi University. The background of this research is in Baduy Village, the people in the Village still follow what was done by the previous ancestor. Baduy Village is one of the sub - tribe which still maintain the Sundanese ethnic customs, they are not affected by the outside culture, untouched by technology. Baduy have Sundanese Wiwitan confidence and have different rules with other societies. Bedouin tribes scattered throughout the village is divided into Kanekes Tangtu Kanekes and, in Kanekes Panamping have laws that tend to loose. The problem in this research is how characteristics of cilture Kanekes Panamping as well as efforts to maintain the culture at the Kanekes Village Kanekes Leuwidamar District Lebak Regency. The purpose of this study was to determine for knowing how the cultural characteristics effort to maintain the culture at the Kanekes Village Leuwidamar district Lebak Regency. The method used is descriptive qualitative, data obtained through field observations and interviews of various informants Kanekes Village chief, elders, traditional leaders and indigenous Kanekes, and equipped with secondary data from various sources that are relevant. The collected data is processed through qualitative analysis techniques. The results of the study of cultural characteristics consisting of seven elements of culture, namely : (1) The language used is rough Sundanese dialect of Sundanese Banten. (2) Religions System and beliefs of Sunda Wiwitan. (3) Knowledge Systems in Kanekes taboo for formal schooling. (4) Livelihood Systems in Kanekes is a farmer and his side job is anything that can be processed from nature. (5) Art system is angklung Buhun. (6) Equipment System which consists of apparel, home, leuit and other household appliances. (7) Social Organization System that is custom structures, and how marriage mass circumcision. Effort to maintain the culture of compliance in Kanekes done themselves by obeying the people Baduy customary rules of ancestors and supported from the attention of the government. 1

PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia pada dasarnya adalah satu kesatuan kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu. Manusia juga hidup dan berkembang di permukaan bumi karena manusia sebagai makhluk memiliki akal, sehingga melalui akalnya manusia beradaptasi dan mengolah lingkungan untuk memenuhi kehidupannya. Hal ini merupakan kelebihan manusia dari makhluk yang lainnya. Melalui akalnya manusia memiliki hasil karya yang senantiasa berkembang mengikuti perkembangan kehidupan manusia itu sendiri yang disebut sebagai kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu akumulasi pengalaman belajar yang senantiasa didukung, dipelihara dan dikembangkan oleh individu-individu yang menjadi warga suatu kelompok masyarakat serta fungsi bagi masyarakat yang bersangkutan untuk menurunkan ke generasi yang berikutnya. Seperti halnya di Desa Kanekes, masyarakat di Desa ini masih mengikuti apa yang dilakukan oleh para leluhur sebelumnya. Desa Kanekes adalah salah satu suku sub-etnis sunda yang masih menjaga adat istiadat, mereka tidak terpengaruhi oleh budaya luar, tidak tersentuh dengan teknologi. Suku Baduy atau warga Desa Kanekes terbagi menjadi tiga bagian yaitu kelompok tangtu, kelompok panamping dan dangka. Struktur masyarakat pada komunitas adat Baduy banyak keunikan, yaitu dengan adanya dua komunitas dalam satu wilayah adat, yaitu komunitas Baduy Luar dan komunitas Baduy Dalam. Kisah terjadinya dua komunitas yang berbeda ini tidak pernah tercatat dalam dokumen tertulis, namun terekam dalam tuturan lisan. Pada mulanya mereka berasal dari komunitas yang sama dengan aturanaturan adat asli yang sangan ketat. Namun seiring dengan dinamika zaman dan semakin terbukanya isolasi, pergaulan antar komunitas menjadi jamak. Maka terjadilah persinggungan dan pencampuran budaya, yang kemudian sebagian warga Baduy mengadopsi secara terbatas budaya luar dan menjadilah komunitas adat Baduy Luar sampai sekarang ini. Komunitas Baduy Luar kini menjadi mayoritas dalam komunitas Baduy Dalam. Sebagai sesama saudara mereka tidak 2

terpisah, namun secara bijak membagi wilayahnya menjadi dua, yaitu kawasan Baduy Luar yang berbatasan langsung dengan dunia luar dan Baduy Dalam yang terlindungi di bagian dalam wilayah adat Baduy. Namun saat ini kelompok Kanekes panamping mempunyai adat istiadat dan peraturan yang berbeda, karena kelompok Kanekes panamping sudah mulai menerima adanya pengaruh dari luar. TUJUAN 1. Untuk mengetahui karakteristik Kebudayaan Masyarakat di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. 2. Untuk mengetahui usaha masyarakat dalam mempertahankan budaya di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode ini berusaha menggambarkan gejala sosial atau dengan kata lain bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai bagaimana karakteristik kebudayaan dan usaha untuk mempertahankan kebudaayaan di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Observasi 2. Wawancara 3. Studi Literatur 4. Studi Dokumentasi 3

SUBJEK YANG MERUPAKAN OBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosialyang diteliti. Orang yang diambil adalah orang yang mewakili (Refresentatif) dari populasi yaitu masyarakat Kanekes. Responden atau informan dipilih berdasarkan informan terpilih yang kaya dengan pengetahuan yang bersifat mendalam, informan yang diambil yaitu: a. Jaro Pamarentah b. Pelaksana harian pamerentah (Jaro) c. Sesepuh Kanekes d. Masyarakat asli Kanekes PEMBAHASAN Sejarah Baduy Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu batara yang diutus ke bumi. Asal usul itu pula sering dikaitkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya termasuk warga Kanekes mempunyai tugas. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia. Karakteristik Kebudayaan di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak 1. Bahasa Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda Kasar dengan dialek Sunda Banten sedangkan untuk pantun dan pengucapan syahadat adalah dengan bahasa Sunda Buhun 4

2. Sistem kepercayaan yang dianut oleh orang Kanekes yaitu sunda wiwitan yang berarti mereka adalah keturunan pertama Batara Tunggal Nabi Adam. Kepercayaan sunda wiwitan tidak ditugaskan untuk sembahyang dan tidak memiliki kitab, mereka hanya bertugas untuk menjaga alam agar tetap lestari dan mendoakan alam beserta isinya agar aman, tentran dan terhindar dari bahaya. Acara ritual yang rutin dilaksanakan adalah muja yang berarti ritual ini dilakukan untuk memuja roh nenek moyang yang dilaksanakan di Sasaka Domas di hulu Sungai Ciujung dengan melantunkan doa-doa agar alam, lingkungan dan manusia dapat tentram, sejahtera dan jauh dari mara bahaya. Kawalu adalah bulan puasa selama tiga bulan dan berpuasa satu hari dalam tiap bulannya dengan tujuan mensucikan diri dan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Ngalaksa adalah perkumpulan seluruh masyarakat Kanekes dengan menghitung jiwa yang ada dan akan disetorkan kepada Yang Maha Kuasa kemudian didoakan agar jiwa-jiwa yang didoakan tersebut terjauh dari bahaya. Seba adalah ucapan syukur masyarakat Kanekes karena diberikan hasil alam yang melimpah, juga sebagai tanda upeti atau pajak kepada pemerintah. 3. Sistem Pendidikan Orang Kanekes dilarang bersekolah formal karena dapat mengganggu kegiatan berladang dan acara adat di Kanekes. Istilah masyarakat Kanekes yaitu apabila bersekolah maka kita akan pintar dan bila kita pintar maka akan menipu orang lain, selain istilah tersebut menjadi alasan logis sekolah formal ditabukan oleh adat dari jaman leluhur mereka. 4. Mata pencaharian Mata Pencaharian orang Kanekes adalah bertani dan berladang padi huma yang proses penanamannya masih secara tradisional diantaranya nawaras, nyacar, nukuh, ngaduruk, ngaseuk, ngirab sawan, ngored dan meuting. Mata pencaharian sampingan yaitu menenun, menjual hasdil bumi seperti pisang, durian, madu hutan, petai, gula aren dan suvernir untuk para wisatawan. 5

5. Sistem Kesenian yang terdapat di yaitu angklung buhun yang ditampilkan pada saat menanam padi dengan iringan pantun sunda buhun dengan tujuan untuk menghibur padi, alasan logisnya yaitu bunyi-bunyian anglung ini dapat merangsang pertumbuhan padi. 6. Sistem Peralatan Pakaian yang digunakan laki-laki yaitu jamang kampret yang berwarna hitam dan bawahannya dinamakan samping hideung dengan ikat kepala warna biru tua bermotif batik. Pakaian yang digunakan perempuan adalah kebaya dengan bawahan samping berwarna biru tua bermotif batik. Rumah adat Kanekes dinamakan nyulah nyanda dan arsitekturnya masih tradisional. Rumah adat ini harus menghadap ke arah Utara-Selatan. Leuit adalah lumbung padi masyarakat Kanekes dengan kontruksi yang tradisional dan dapat mencegah masuknya hama penyakit dan mencegah tikus masuk ke dalam leuit. Di dinding leuit diberi dedaunan yang disebut susumping yang fungsinya untuk mencegah hama penyakit dan mengawetkan padi. 7. Sistem Organisasi Sosial Orang Kanekes mempunyai struktur pemerintahan adat sendiri yaitu Puun sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dengan fungsinya sebagai Raja, sedangkan untuk penyambung pemerintahan adat dan pemerintahan pusat adalah Jaro Pamarentahan atau setara denga Kepala Desa. Prosesi perkawinan adat yaitu dilaksanakan tiga hari, hari pertama mempersiapkan susuguh bagi para tamu undangan, hari kedua nikah secara KUA dan mengucap syahadat Nabi Muhammad, dan prosesi terakhir nikah secara adat yang sahkan oleh Dukun Pangasuh. Sedangakan untuk khitanan di Kanekes dilaksanakan secara massal dan dilaksanakan secara adat. 8. Perbedaan antara dengan Kanekes Tangtu Dalam berpakaian di Kanekes Tangtu menggunakan pakaian putih disebut jamang sangsang dan bawahannya samping yang dinamakan samping aros. 6

Perbedaan lainnya adalah kontruksi rumah di Kanekes Tangtu alat yang dipakai dalam pembangunan rumah tidak boleh menggunakan alat modern seperti paku, engsel dan gergaji. Upaya Mempertahankan Budaya di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan budaya yaitu dengan keteguhan dan kepercayaan masyarakat Kanekes terhadap aturan dan adat yang harus dijalankan dan tidak melanggar adat karena ada hukuman yang berlaku. Untuk pemerintah yaitu dengan ikut berpartisifasi melindungi wilayah Kanekes dan menjaga lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang akan merusak kehidupan orang Kanekes. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Orang Kanekes terbagi menjadi dua komunitas adat yang saling melengkapi yaitu komunitas adat Kanekes Tangtu dan, kedua komunitas ini memiliki aturan adat yang sama namun untuk Kanekes Panamping terdapat kelonggaran. Kanekes Tangtu adalah komunitas yang masih kental denga aturan yang ketat dan menutup diri dari budaya luar, sedangkan adalah daerah yang mengelilingi Kanekes Tangtu dengan aturan yang agak longgar fungsi daerah ini adalah untuk pelindung, penyaring dan penyeimbang aturan adat agar Kanekes Tangtu dapat terlindungi. 2. Upaya yang dilakukan untuk melestarikan budaya yaitu dengan keteguhan dan kepercayaan masyarakat Kanekes terhadap aturan dan adat yang harus dijalankan dan tidak melanggar adat karena ada hukuman yang berlaku. Untuk pemerintah yaitu dengan ikut berpartisifasi melindungi wilayah Kanekes dan menjaga lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang akan merusak kehidupan orang Kanekes. 7

Saran 1. Masyarakat Kanekes agar tetap menjaga nilai-nilai kebudayaan yang terdapat di Kanekes dan melestarikannya dari generasi ke generasi. 2. Pemerintah agar tetap menjaga kelestarian budaya Kanekes karena selain aset wisata budaya, Kanekes adalah masyarakat yang perlu dijaga kelestarian budayanya sebagai budaya yang masih memegang teguh adat istiadat. 3. Aturan ketat bagi para pengunjung dan wisatawan harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh agar budaya luar tidak mudah masuk ke wilayah Kanekes. 4. Bagi para pembaca dapat meniru aturan adat yang bermanfaat bagi kehidupan kita misalnya keteguhan orang Kanekes dalam menjaga alam dan lingkungannya agar tetap lestari. 5. Untuk peneliti selanjutnya agar meneliti masalah yang belum tedapat pada pembahasan ini karena budaya bersifat dinamis maka perubahan pasti akan selalu ada dan masalah yang diteliti lebih kompleks. DAFTAR PUSTAKA Erwinantu.(2012). Saba Baduy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Hasman, Don dan Filomena Reiss. (2012). Urang Kanekes Baduy People. Jakarta: Indonesian Heritage Society Kurnia, Asep dan Ahmad Sihabudin. (2010). Saatnya Baduy Bicara. Jakarta: Bumi Aksara Masdudin, Ivan. (2010). Keunikan Suku Baduy di Banten.Banten: Talenta Pustaka Indonesia Sutendy, Uten. (2010). Kearifan Hidup Orang Baduy Damai dengan Alam. Tangerang Selatan: Media Komunika Permana, CE. (2010). Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi Bencana. Jakarta: Wedatama Widya Sastra Yanti.(2010). MengenalSukuBaduy. Jakarta: CV. GhinaWalafafa 8