BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Karo. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

FUNGSI DAN PENGGUNAAN GENDANG LIMA SEDALANEN PADA UPACARA MUNCANG DI DUSUN III NAMO RINDANG DESA MBARUAI KECAMATAN BIRU BIRU KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENUTUP. yang berada di provinsi Sumatera Utara. Gendang singindungi (double sided

EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

BAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keyboard adalah instrumen dengan susunan kunci yang ditata secara

PEMBUATAN INSTRUMEN TIUP BALOBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB II KEBUDAYAAN MUSIK KARO. Secara garis besar suku Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam upacara religi hampir setiap suku bangsa di dunia. Demikian halnya juga

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam berbagai upacara tradisional di tengah-tengah masyarakat seperti

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah

Universitas Sumatera Utara

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

DALAN GENDANG: ANALISIS POLA RITEM DALAM ANSAMBEL GENDANG LIMA SENDALANEN OLEH TIGA MUSISI KARO

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMPLB TUNADAKSA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Talempong Batu ini tidak sama dengan Talempong pada umumnya yang terbuat dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Enim Sumatera Selatan. Antan Delapan merupakan satu kelompok pemain musik

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. Tari adalah ekspresi jiwa manusia, dalam mengekspresikan diri

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

ARTIKEL ILMIAH KAJIAN ORGANOLOGI GENDANG SINGINDUNGI DAN GENDANG SINGANAK DI DESA PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG. Hendrix Irvan Tarigan

BAB I PENDAHULUAN. keragaman aktivitas musik pada kelompok agama dan etnis di dunia. Musik tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN. tari, seni ukir, seni tekstil, seni patung, serta seni musik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E DAN 2014 KAJIAN ORGANOLOGIS SURDAM PUNTUNG BUATAN PAUZI

ARTIKEL ILMIAH ANALISA RHYTM DAN MELODY INSTRUMEN KULCAPI DALAM UPACARA ERPANGIR KU LAU PADA MASYARAKAT KARO ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara yang memiliki ragam kebudayaan dalam kehidupan masyarakatnya. Kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun tersebut dapat kita lihat dari segala aktivitas kehidupan masyarakat Karo. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat kita lihat dari berbagai kegiatan upacara adat dan upacara ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Karo. Upacara adat terdiri dari adat perkawinan, pemakaman, adat (untuk anak-anak, remaja, dan orang tua), adat tanah dan pertanian. Sedangkan upacara ritual terdiri upacara Erpangir Ku Lau, upacara Raleng Tendi, upacara Muncang dan lain sebagainya. Didalam pelaksanaannya upacara-upacara yang dilakukan tersebut menggunakan musik Karo. Musik Karo terdiri dari musik vokal,musik instrumental dan penggabungan musik vokal dan musik instrumental. Selain itu secara umum musik Karo memiliki beberapa reportoar lagu meliputi Simalungun Rakyat, Mari- Mari, Odak-Odak, Patam-Patam, dan Gendang Seluk. Alat-alat musik yang dipakai di dalam musik Karo terdiri dari beberapa instrumen musik seperti Sarune (aerophone), Gendang Singanaki (membranophone), Gendang Singindungi (membranofone), Gong (idiofone), Penganak (idiofone), Kulcapi (kordofone), Keteng-Keteng (idio-kordofone), Belobat (aerofone), Surdam (aerofone). Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan kebudayaan yang di tunjukkan melalui pelaksanaan kegiatan upacara adat dan upacara ritual sudah mengalami banyak perubahan. Perubahan ini dapat kita lihat dari intensitas 1

kegiatan kebudayan yang sudah jarang dilaksanakan dan bahkan ada yang sudah tidak pernah dilaksanakan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola pikir masyarakat Karo pada umumnya yang telah banyak dipengaruhi oleh budaya lain. Salah satu upacara ritual yang sudah jarang dilaksanakan adalah upacara Muncang. Menurut Jabal Sembiring, Muncang adalah upacara tolak bala dengan cara memanggil Tembun- Tembunen Kuta (roh-roh nenek moyang penjaga kampung) melalui mediator seorang Guru Sibaso untuk menolak bala dan mengusir roh-roh jahat yang dianggab mengganggu di kampung tersebut. 1 Hal sama juga di ungkapkan Arus Perangin angin, Muncang adalah upacara penghormatan dan pemujaan roh-roh nenek moyang yang dipercayai dapat menyembuhkan dari penyakit, menolak bala, dan mengusir roh roh yang mengganggu di desa tersebut. 2 Arus Perangin-angin menambahkan dalam wawancara bahwa dulunya di Kuta Namorindang sendiri upacara Muncang ini sering dilaksanakan minimal lima tahun sekali, namun tidak menutup kemungkinan upacara dilakukan sesuai dengan kebutuhan masayarakat Kuta 3 Namorindang. Jadi upacara ritual Muncang adalah upacara penyembahan dan penghormatan kepada roh nenek leluhur penjaga sebuah kampung (Tembun- Tembunen Kuta) yang dipercayai dapat menyembuhkan dari penyakit, menolak bala, dan mengusir roh-roh yang mengganggu di kampung tersebut. Dalam proses upacara ritual muncang Guru Sibaso yang berperan sebagai mediator. Dengan 1 Wawancara dengan Bapak Jabal Sembiring tanggal 29 Maret 2012 2 Wawancara dengan Bapak Arus Perangin-angin tanggal 27 Oktober 2011 3 Kuta adalah sebutan untuk Kampung atau Desa 2

iringan musik Guru Sibaso akan mengalami suatu keadaan diluar sadar (kesurupan). Musik Karo yang digunakan di dalam upacara Muncang tersebut adalah Gendang Lima Sedalanen. Musik Gendang Lima Sedalanen digunakan sebagai pengiring di dalam proses upacara ritual Muncang tersebut. Gendang Lima Sedalanen merupakan salah satu unsur pokok dalam upacara Muncang, karena Gendang Lima Sedalanen sebagai musik pengiring di dalam upacara. Pengertian Gendang Lima Sedalanen yaitu Gendang dalam kasus ini berarti alat musik, Lima berarti lima, dan Sedalanen berarti sejalan atau secara bersama sama. Jadi dari penjelasan diatas pengertian Gendang Lima Sedalanen adalah lima buah instrumen musik yang dimainkan sejalan atau bersana sama. Gendang Lima Sedalanen adalah seperangkat (ensambel) instrumen musik Karo yang terdiri dari Sarune, Gendang Singanaki, Gendang Singindungi, Gung dan Penganak. Gendang Lima Sedalanen digunakan sebagai musik pengiring dalam berbagai upacara adat seperti upacara pemakaman, upacara perkawinan, upacara adat anak, remaja, orang tua, dan upacara adat tanah dan pertanian. Sedangkan dalam upacara ritual, Gendang Lima Sedalanen digunakan sebagai pengiring dalam upacara Erpangir Ku Lau, upacara Raleng Tendi, upacara Muncang dan lain sebagainya. Di dalam memainkan instrumen musik Gendang Lima Sedalanen ini terdiri dari 4 5 orang pemain. Terdapat istilah untuk orang yang memainkan alat musik itu, yaitu untuk orang yang memainkan Sarune disebut Penarune, sebutan untuk orang yang memainkan Gendang Singindungi disebut Penggual Singindungi, untuk Gendang Singanaki disebut Penggual Singanaki, sedangkan 3

untuk orang yang memainkan Penganak disebut Simalu Penganak, dan untuk orang yang memainkan Gung disebut juga Simalu Gung. Di dalam proses pelaksanaan upacara Muncang sendiri, Gendang Lima Sedalanen berfungsi membawakan beberapa reportoar musik yang dimainkan oleh Penggual. Reportoar musik yang dimainkan dalam upacara ritual Muncang ini adalah reportoar Gendang Guru yang di dalamnya terdapat lagu-lagu seperti Gendang Siarak Araki Guru, Gendang Siadang Adangi, Gendang Pengelimbei, Gendang Sabung Tukuk, dan Gendang Peselukken. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk melihat peran Gendang Lima Sedalanen pada upacara Muncang di Dusun III Namorindang Desa Mbaruai. Untuk itu penulis akan meneliti dan membahas tulisan ini untuk dijadikan skripsi dengan judul penelitian FUNGSI DAN PENGGUNAAN GENDANG LIMA SEDALANEN PADA UPACARA MUNCANG DI DUSUN III NAMORINDANG DESA MBARUAI KECAMATAN BIRU BIRU KABUPATEN DELI SERDANG 1.2 Pokok- Pokok Permasalahan Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang berhasil ditarik dari uraian latar belakang masalah atau kedudukan masalah dan lingkup permasalahan yang lebih luas. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang dibahas tidak terlalu luas. 1. Bagaimana pelaksanaan Upacara Muncang di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai Kecamatan Biru-Biru. 4

2. Bagaimana Fungsi Musik Gendang Lima Sedalanen pada Upacara Muncang di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai Kecamatan Biru- Biru 3. Bagaimana Penggunaan Musik Gendang Lima Sedalanen pada Upacara Muncang di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai Kecamatan Biru- Biru 1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Tanpa adanya tujuan yang jelas, maka arah kegiatan yang dilakukan tidak terarah karena tidak tahu apa yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai penulis adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan upacara Muncang di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai Kecamatan Biru Biru. 2. Untuk mengetahui Fungsi dan Penggunaan musik Gendang Lima Sedalanen pada upacara Muncang di Dusun III Namorindang Desa Mbaruai Kecamatan Biru Biru. 3. Untuk menyelesaikan salah satu syarat agar memperoleh gelar sarjana seni di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu budaya Universitas Sumatera Utara. 5

1.3.2 Manfaat Penelitian Penulis mengambil beberapa manfaat penelitian yang diambil dari kegiatan penelitian tersebut. 1. Sebagai bahan pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai Fungsi dan Penggunaan Musik Gendang Lima Sedalanen pada upacara Muncang di Dusun III Desa Mbaruai Kecamatan Biru Biru 2. Sebagai bahan refrensi bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan tentang topik penelitian ini. 3. Sebagai bahan skripsi sarjana yang diwajibkan bagi setiap mahasiswa Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Mely G.Tan, dalam Koentjaraningrat (1985:21) mengatakan konsep merupakan suatu defenisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep juga merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan variabel-variabel yang di inginkan untuk menemukan hubunngan empiris. Allan. P. Merriam (1964:210-222) mengatakan, kegunaan musik mencakup semua kebiasaan memakai musik, baik sebagai suatu aktifitas sendiri maupun sebagai aktifitas yang berdiri sendiri maupun sebagai iringan aktifitas lain. Atau dengan singkat Merriam mengatakan bahwa kegunaan musik menyangkut cara pemakaian musik dalam konteksnya, sedangkan fungsi musik menyangkut tujuan pemakaian musik dalam pandagan luas. 6

Gendang Lima Sedalanen merupakan sebuah istilah musik dalam kebudayaan etnis Karo. Menurut Jabatin Bangun (1994:23-27) pengertian Gendang ada tujuh : 1. Gendang dapat berarti instrument atau alat musik, contoh Gendang Singindungi artinya gendang menyatakan sebuah alat musik yang dinamakan singindungi termasuk dalam klasifikasi membranofone, dua sisi yang berbentuk double konis yang dimainkan dengan dua buah pemaluh (stik). 2. Gendang dapat berarti suatu upacara ritual, contoh Gendang Guro-Guro Aron, merupakan salah satu bentuk penggunaan konsep gendang sebagai upacara (kegiatan). 3. Gendang dapat berarti ensambel musik, contoh ensambel musik Gendang Lima Sedalanen. 4. Gendang sebagai reportoar (kumpulan komposisi), contoh Gendang Guru adalah suatu kumpulan komposisi yang terdiri dari beberapa komposisi yang mungkin di tampilkan secara alternatif. Artinya ada beberapa komposisi yang akan di tampilkan, misalnya Gendang Peselukken (komposisi trance) dalam upacara Erpangir Ku Lau, sehingga pada saat Guru Landek (mediator menari) dapat di pilih salah satu komposisi yang masuk dalam Gendang Guru. 5. Gendang sebagai musik, musik disini mengacu pada pengertian suatu bunyi yang teratur dan terdiri dari ritmis dan melodis 6. Gendang sebagai arti menunjukkan acara atau kesempatan (giliran naik panggung atau bernyanyi) 7. Dan gendang sebagai komposisi (nyanyian), contoh Gendang Odak-Odak, Gendang Simalungun Rakyat, dan lain-lain, merupakan komposisi yang ada dalam gendang. Dari uraian di atas penulis mengambil pengertian konsep gendang sebagai musik. Dimana musik sebagai aktifitas yang berdiri sendiri maupu sebagai iringan aktifitas lain. Musik dalam hal ini mengacu kepada pengertian suatu bunyi yang teratur dan terdiri dari ritmis dan melodis. Gendang Lima Sedalanen yaitu Gendang dalam kasus ini berarti alat musik, Lima berarti lima, dan Sedalanen berarti sejalan atau secara bersama sama. Jadi dari penjelasan diatas pengertian Gendang Lima Sedalanen adalah lima buah instrumen musik yang dimainkan sejalan atau bersana-sama. Gendang Lima Sedalanen adalah seperangkat (ensambel) instrumen musik Karo yang terdiri dari 7

Sarune, Gendang Singanaki, Gendang Singindungi, Gong dan Penganak. Instrumen-instrumen musik di dalam Gendang Lima Sedalanen memiliki fungsi masing-masing. Sarune sebagai pembawa melodi, sedangkan Gendang Singanaki, Singindungi, Gung dan Penganak sebagai pembawa ritem dan tempo. 4 Muncang ialah upacara ritual untuk mengusir segala pengganggu seperti roh halus agar desa tersebut terhindar dari penyakit atau malapetaka. Hal ini sejalan juga dengan pendapat Ginting (1999:70) yang mejelaskan bahwa: Muncang adalah diberi pemujaan setahun sekali atau juga pada waktu terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan atau musim penyakit tiba, ayam kena sampar, hasil pertanian terganggu atau ada semacam gerakan-gerakan yang kurang baik dirasakan anak desa. 5 Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Muncang adalah upacara pemujaan dan pemanggilan roh-roh nenek moyang (pendiri kampung) untuk menolak bala dan pengusiran roh-roh jahat dengan memakai musik Karo sebagai pengiring dalam upacara tersebut. Jadi dari keseluruhan penjelasan diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa tulisan denga judul PENGGUNAAN DAN FUNGSI GENDANG LIMA SEDALANEN DALAM UPACARA MUNCANG DI DUSUN III NAMORINDANG DESA MBARUAI KECAMATAN SIBIRU BIRU KABUPATEN DELI SERDANG adalah pembahasan mengenai kegunaan dan fungsi musik Gendang Lima Sedalanen sebagai iringan aktifitas upacara muncang yang pelaksanaannya bertujuan untuk pemujaan dan pemanggilan roh-roh nenek moyang untuk menolak bala dan pengusiran roh-roh jahat yang ada di Dusun III Namorindang. 4 Perikuten Tarigan dalam buku musik tradisional karo 5 (http://silima merga.blogspot.com/2011/03/pemujaan-dan-upacara-ritual.html). 8

1.4.2. Teori Koentjaraningrat (1973:10) mengatakan teori adalah alat yang terpenting dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan maslaah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Malinowski (1986:215) mengatakan fungsionalisme adalah berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat manusia berfungsi untuk memuaskan suatu rangkaian hasrat naluri akan kebutuhan hidup makhluk manusia (basic human needs). Maka dari itu unsur kesenian mempunyai fungsi guna memusakan hasrat naluri manusia akan keindahan, unsur sistem pengetahuan untuk memuaskan hasrat naluri manusia untuk tahu. Menurut Alan. P. Merriam (1964:209-226) mengungkapkan bahwa terdapat 10 fungsi musik yang telah diungkapkan namun tidak semua berlaku untuk seluruh suku bangsa yang ada di dunia. Fungsi musik yang diungkapkan oleh Merriam seperti yang tertera dibawah ini: 1. Fungsi Pengungkapan Emosional 2. Fungsi Penghayatan Estetis 3. Fungsi Hiburan 4. Fungsi Komunikasi 5. Fungsi Perlambangan 6. Fungsi Reaksi Jasmani 7. Fungsi yang Berkaitan dengan Norma- Norma Sosial 8. Fungsi Pengesahan Lembaga Soial dan Upacara Agama 9. Fungsi Kesinambungan Kebudayaan 10. Fungsi Pengintegerasian Masyarakat 9

Terkait dengan Merriam (1964: 217-218), menulis pandangan Herkovits yang membagi penggunaan musik menjadi 5 kategori: 1. his first divisioner, material cultural its sanctions, is divided into two part, tecnology and economics, associated music activities are numerous. 2. herkcovits second division social institutions, which comprises social organization, education and political structures. 3. man and the univers comprise herkcovits, third aspect of culture, subdivided into belief system and the control of power. 4. herkcovits fourth category is Aesthetics, devided into graphiec and plastie,arts, folklore, and music, drama and the dance; the relationships to music very close. 5. herkcovits final category is language, which exist in the closet association with music. In addition, special kinds of language are conveyed by music devices as is drum, whistle, and trumpet language, secret languages are also used Frequently in music. Dari pandangan Herkcovits di atas yang mengatakan penggunaan musik dibagi dalam lima kategori. Pertama adalah materi budaya yang dibagi menjadi dua bagian yaitu teknologi dan ekonomi. Kedua adalah lembaga sosial yang terdiri dari organisai sosial, pendidikan, dan struktur sosial. Ketiga adalah sistem kepercayaan dan kontrol kekuasaan. Keempat adalah estetika yang terdiri dengan seni, tari, cerita rakyat, drama, dan sebagainya. Kelima adalah Bahasa. Selain itu dalam mendeskripsikan komponen-komponen upacara ritual penulis mengacu kepada pendapat Koentjaraningrat (1985:243) yaitu, 1. Tempat upacara 2. Waktu saat upacara 3. Benda-benda dan alat upacara 4. Serta orang yang melakukan dan memimpin upacara 10

1.5 Metode Penelitian Menurut Netll (1964:62-64) ada 2 hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pemilihan informan, pendekatan dan pengambilan data, pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang diperoleh. Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Menurut Sanafiah (1990:1) dalam metode penelitian, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu sebuah metodologi penelitian yang mencakup pandangan-pandangan falsafi mengenai realitas obyek studi dalam ilmu-ilmu sosial dan tingkah laku. Metode penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala atau frekwensi atau penyebaran suatu gejala atau frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat. Penelitian kualitatif merupakan rangkaian kegiatan atau proses menyaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek/ bidang lain dalam kehidupan tertentu pada obyeknya. Menurut Aswita dan Thamrin (2009:136), penelitian kualitatif adalah penelitian eksploratif yang biasanya lebih bersifat studi kasus. Dalam penelitian kualitatif data merupakan sumber atau teori berdasarkan data. Kategori-kategori dan konsep-konsep dikembangkan oleh peneliti di lapangan. Data lapangan dapat 11

dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, dan terus menerus disempurnakan selama proses penelitian berlangsung secara berulang-ulang. Subagyo (2001:259) menambahkan bahwa analisis data kualitatif erat hubunganya dengan pengumpulan data, pengolahan data, termasuk penyimpanan, dan pengeluaran yang efektif untuk tujuan penelitian. 1.5.1 Studi Kepustakaan Sebelum melakukan kerja lapangan, penulis memulai dengan mencari informasi awal melalui studi kepustakaan yang berhubungan dan mendukung dengan tulisan ini di dalam penelitian. Studi kepustakaan dilakukan sebagai landasan awal dalam penelitian, yaitu dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan untuk mendapat informasi dan pengetahuan dasar tentang objek penelitian. Sumber bacaan dan literatur dapat berupa buku-buku, makalah, artikel, skipsi-skripsi, ensiklopedia, file internet, jurnal, dan lain-lain. 1.5.2 Kerja Lapangan Dalam kerja lapangan penulis melakukan observasi atau pengamatan langsung ketempat diselenggarakan upacara Muncang di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai Kecamatan Sibiru Biru Kabupaten Deli Serdang. Penulis mengamati semua kejadian secara langsung yang bertujuan untuk memperoleh data-data yang tidak didapatkan tentang objek penelitian melalui wawancara. Selain itu penulis juga berusaha memperoleh pemahaman yang mendalam tentang objek penelitian tersebut. 12

Kerja lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data yang paling akurat karena peneliti langsung dapat mengamati langsung objek yang akan diteliti sehingga data yang diperoleh lebih objektif. Dalam hal ini data yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang paling utama menjadi kebutuhan peneliti yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dilapangan, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan. Selain itu dalam pelaksanan pengambilan data primer ada beberapa tahapan yang penting dilakukan yaitu: 1.5.2.1 Observasi langsung Adapun observasi langsung ini dilakukan uantuk mendapatkan secara langsung data-data yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan yang diamati tersebut. Selain mengamati kegiatan dari observasi langsung ini penulis dapat langsung menentukan orang-orang yang dianggap mampu menjadi nara sumber dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan penulis. 1.5.2.2 Wawancara Wawancara ini merupakan salah satu proses untuk mendapatkan data dari para informan yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan penulisan ini. Tekhnik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:138-140) mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1. Wawancara berfokus: pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu berpusat kepada satu pokok permasalahan 13

2. Wawancara bebas: pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek peneitian. 3. Wawancara sambil lalu: pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada nara sumber dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan. Dengan kata lain informan dijumpai secara kebetulan. Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu menentapkan informan yang dapat memberikan informasi yang mendukung tulisan. Terdapat dua jenis informan, yaitu informan pangkal dan informan pokok (Koentjaraningrat, 1997: 163-164). Wawancara dengan informan pangkal penulis lakukan dengan mewawancarai Bapak Arus Keliat sebagai Sukut (pelaksana upacara). Penulis juga melakukan wawancara dengan Efendi Ginting sebagai orang yang mengatur jalannya upacara. Selain itu penulis juga mewawancarai salah satu Penggual pada upacara Muncang tersebut yaitu Bapak Jabal Sembiring. Penulis tidak hanya terfokus pada satu informan saja tetapi mencari informan lain seperti Guru Sibaso (mediator), pemain musik, Simantek Kuta (dalam bahasa Indonesia: pendiri kampung), dan tokoh- tokoh adat Karo di Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai, dan lain sebagainya yang dianggab berkompeten. 1.5.2.3 Perekaman Dalam proses perekaman wawancara penulis menggunakan alat perekam audio yaitu handpone NOKIA 2323 CLASSIC. Dalam pengambilan foto penulis menggunakan kamera digital SONY DSC-W-380 sedangkan dalam pengambilan 14

audio video penulis menggunakan HANDYCAME SONY dan HANDYCAME CANON. Pengumpula data dilakukan secara bertahap dengan melakukan beberapa kali pengamatan dan wawancara. 1.5.3 Kerja Labolatorium Kerja labolatorium adalah tahap penganalisisan data data yang telah dikumpulkan untuk memperoleh dari permasalahan yang ada. Semua data yang ada dikumpulkan dalam kerja labolatorium untuk dianalisis. Data-data wawancara yang telah di dapat akan di koreksi ulang agar tidak ada data yang tumpang tindih. Data-data yang di dapat akan disusun dan diatur untuk memeperoleh hasil yang dibutuhkan. 1.6 Pemilihan Lokasi Penelitian Dalam menetapkan lokasi penelitian, penulis menetapkan Dusun III Namo Rindang Desa Mbaruai Kecamatan Sibiru Biru Kabupaten Deli Serdang yang melaksanakan Upacara Muncang pada tanggal 28 Oktober 2011. Penulis memilih Namo Namorindang sebagai wilayah penelitian karena pelaksanaan upacara Muncang dilakukan tidak berdasarkan jadwal waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh masyarakat Karo di daerah tersebut (misalnya: Gendang Guro-Guro Aron), tetapi pelaksanaannya berdasarkan kebutuhan masyarakat untuk melakukan upacara Muncang tersebut. Selain di Namo Rindang, upacara Muncang sudah sangat jarang dilakukan di desa-desa yang didiami oleh masyarakat Karo pada umumnya. Selain itu karena tempat upacara 15

yang berdekatan dengan tempat tinggal penulis maka akses informasi mudah untuk didapatkan. 16