beban yang menghasilkan laba perusahaan, penults membagi penyusunan

dokumen-dokumen yang mirip
pendapatan utama bagi PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan. menggunakan metode accrual basis dimana sumber utama dari

dibandingkan dengan premi atas uang pertanggungan yang lebih kecil.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. beban underwriting ada baiknya terlebih dahulu mengetahui kebijakan akuntansi yang

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rekonsiliasi Fiskal 4.2 Analisis Pendapatan pada Laporan Laba-Rugi PT Asuransi Jiwa Bringin Life

Daftar Pertanyaan Wawancara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut UU RI No.2 Tahun 1992, seperti yang dikutip

PT Asuransi Takaful Umum Laporan Posisi Keuangan 31 Desember 2011 (dalam Rupiah)

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

, , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIIITahun 2017

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Kas 2c, 2g Giro pada Bank Indonesia 2c, 2g, 2h,

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Rin cian , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau Bank

Catatan 31 Maret Maret 2010

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan III 2016 dan Per Tahun 2015

Rin cian , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

L2

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

Triwulan IV , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan II 2016 dan Per Tahun 2015

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan I 2016 dan Per Tahun 2015

LAPORAN KEUANGAN LAPORAN NERACA. Per 31 Desember 2009 dan 2008 (dalam jutaan rupiah) NO KEKAYAAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAB IV PEMBAHASAN. dalam pengembangan solusi inovatif yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dan

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Proses Bisnis Asuransi Kerugian Proses Bisnis Asuransi Kerugian Secara Umum

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /SEOJK.05/2017

BAB II LANDASAN TEORI

RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)

BAB 4 PEMBAHASAN. Konsep pengenaan pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

TRANSLATED. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 28 (revisi 1996) AKUNTANSI ASURANSI KERUGIAN PENDAHULUAN

2009 Catatan Kas dan bank 11,667,651,139 2c,4,31 11,381,632,142

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.58182/PP/M.XIIIB/16/2014. Tahun Pajak : 2010

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

BAB 4 PEMBAHASAN. kontribusi yang dibayarkan oleh peserta, dana investasi dari akad mudharabah, hasil

1. LPEI wajib mengelola dan memelihara posisi devisa neto (PDN) secara keseluruhan maupun neraca paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari Modal.

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

Umum. I. KETENTUAN UMUM 1. Perusahaan adalah perusahaan asuransi,

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

BAB II LANDASAN TEORI

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016

IMPLEMENTASI PSAK NO. 62 MENGENAI KONTRAK ASURANSI DAN PSAK NO.

PT VICTORIA INSURANCE Tbk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

BAB II LANDASAN TEORI

PT VICTORIA INSURANCE Tbk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAPORAN POSISI KEUANGAN UNIT SYARIAH PT AJB BUMIPUTERA 1912 PER 31 DESEMBER 2012 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN BULANAN PT ASABRI (PERSERO) Per / Bulan... Tahun... (Alamat Perusahaan)

RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar, Pertanggungan Tambahan dan Alokasi Investasi)

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PT. TUGU PRATAMA INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

PT VICTORIA INSURANCE Tbk

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA SEMENTARA LIKUIDASI (NSL) BAGIAN PERTAMA UMUM

PT VICTORIA INSURANCE

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016

PT VICTORIA INSURANCE LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 BESERTA LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN DAFTAR ISI. Laporan Posisi Keuangan...

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

Buletin Teknis ini bukan bagian dari Standar Akuntansi Keuangan.

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II LAPORAN ARUS KAS

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Analisa Metode Pengakuan dan Pendapatan serta Penerapan Matching Concept pada PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia menerapkan kebijakan pengakuan pendapatan dan bebannya berdasarkan metode accrual basis. Dimana pengakuan pendapatan utamanya (pendapatan premi) diakui sebagai pendapatan selama periode kontrak asuransi dan beban utamanya (beban klaim) diakui pada saat bukti-bukti yang sah telah diperoleh untuk proses pembayaran klaim. Hal tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalampsakno.36. Dalam menganaiisa pengakuan dan pencatatan atas pendapatan dan beban yang menghasilkan laba perusahaan, penults membagi penyusunan analisanya berdasarkan pendapatan dan beban yang terkait dengan diperolehnya pendapatan tersebut. Pos-pos dalam perhitungan laba rugi perusahaan yang akan dianalisa tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan, yang terdiri dari: a. Premi bruto b. Premi reasuransi c. Kenaikan atau penurunan cadangan premi d. Pendapatan lain

62 e. Pendapatan investasi 2. Beban, yang terdiri dari: a. Klaim b. Klaim reasuransi c. Cadangan klaim d. Biaya akuisisi (seperti beban komisi untuk agen) e. Biaya pemasaran f. Biaya umum dan administrasi l.a. Premi Bruto Seperti telah dijelaskan sebelumnya, premi merupakan pendapatan utama bagi PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, yang dihasilkan dari penjualan polis asuransi. Premi diperoleh perusahaan dari tertanggung diakui sebagai pendapatan premi bruto yang berdasarkan motode accrual basis yaitu premi bruto diakui sebagai pendapatan selama periode kontrak asuransi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis akan memberikan ilustrasi kasus. Pada tanggal 7 November 2003, PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia menerbitkan polis asuransi jiwa Dharma Bahagia untuk Tuan Bayu dengan uang pertanggungan Ro. 100 000.000,- dan masa pertanggun^an adalah 20 tahun. Usia Tuan Bayu saat itu adalah 42 tahun. Selain itu, Tuan Bayu juga mengambil manfaat tambahan yaitu program Living Benefit dengan uang pertanggungan sebesar Rp. 50.000.000,- dan masa pertanggungannya berakhir pada tanggal 7 November 2021. Program Waiver of Premium (Program pembebasan premi karena ketidakmampuan

63 total) dengan masa pertanggungan yang berakhir tanggal 7 November 2021, serta program ADDB (Program Asuransi Kecelakaan Diri) dengan uang pertanggungan sebesar Rp. 100.000.000,- dan masa pertanggungannya berakhir tanggal 7 November 2023. Tuan Bayu memilih cara pembayaran premi secara triwulanan selama 20 tahun atau sampai Tuan Bayu meninggal dunia. Tarif premi yang teiah ditetapkan oleh perusahaan untuk 20 tahun (terhitung dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2022) adalah sebesar Rp. 50.826.000,- dan bea polis serta meterai sebesar Rp. 12.000,- dan Rp. 2.000,-. Perusahaan juga hams membayar komisi kepada agen yang berhasil menutup polis tersebut sebesar 10%. Berikut ini adalah jurnal yang dicatat perusahaan pada saat penutupan polis tersebut adalah (dalam satuan rupiah): Dr. Piutang pemi 50.840.000 Dr. Komisi pemi 5.082.600* Cr. Premi 50.826.000 Cr. Hutang komisi premi 5.082.600 Cr. Piutang bea meterai 2.000 Cr. Piutang bea polis 12.000 *50.826.000 X 10% = 5.082.600 l.b. Premi Reasuransi Premi reasuransi adalah bagian dari premi bruto yang menjadi hak reasuradur berdasarkan perjanjian reasuransi. Premi reasuransi yang dibayarkan kepada pihak reasuradur diakui dan dicatat pada periode yang sama dengan periode pengakuan pendapatan premi bruto yang diperoleh dari tertanggung dan pendapatan komisi yang diperoleh dari perusahaan reasuransi diakui sebagai pendapatan lain,

64 dimana pengakuan tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada PSAK No. 36. Berdasarkan ilustrasi sebelumnya, tanggal 8 November 2003 perusahaan mereasuransikan premi tersebut kepada perusahaan reasuransi sebesar 40% dengan menerima komisi dari reasuradur sebesar 20% dari jumlah premi reasuransi tersebut. Jurnal yang dicatat oleh perusahaan adalah (dalam satuan rupiah): Dr. Premi reasuransi keluar 20.330.400* Dr. Piutang komisi premi reasuransi keluar 4.066.080** Cr. Komisi premi reasuransi keluar 4.066.080 Cr. Hutang premi reasuransi keluar 20.330.400 * 50.826.000X40% = 20.330.400 "*20.330.400X20%= 4.066.080 I.e. Kenaikan (Penurunan) Cadangan Premi Cadangan premi adalah kewajiban kepada pemegang polis atas premi-premi yang telah jatuh tempo termasuk premi dalam masa keleluasaan. PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia mencatat cadangan premi sebagai premi yang belum merupakan pendapatan pada akhir tahun. Karena cadangan premi untuk tahun sebelumnya telah diakui sebagai pendapatan untuk tahun berjalan, maka cadangan premi yang telah diakui tersebut dikurangi dengan cadangan premi ysng muucul pada tahun berjalan. Hal tersebutlah yang menyebabkan adanya kenaikan atau penurunan cadangan premi yang diperlakukan sebagai faktor penambah atau pengurang premi bruto. Berikut ini adalah cara perhitungan premi yang belum merupakan pendapatan (cadangan premi) yang ditetapkan oleh perusahaan :

65 Cadangan Premi = Premi Neto X 40% Premi Neto = Premi Bruto - Premi Reasuransi Keluar Agar lebih jelasnya, penulis akan memberikan ilustrasi kasus berdasarkan ilustrasiilustrasi sebelumnya: Cadangan premi per 31 Desember 2003 adalah sebesar (dalam satuan rupiah): 50.826.000-20.330.400 = 30.495.600 X 40% = 12.198.240 Dan diasumsikan cadangan premi untuk tahun 2002 adalah Rp. 10.480.000,-. Pada tanggal 31 Desember 2003, ayat jurnal penyesuaian yang dibuat perusahaan untuk mencatat cadangan premi tahun berjalan adalah (dalam satuan rupiah): Dr. Pendapatan premi 12.198.240 Cr. Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan 12.198.240 Sedangkan pada tanggal 1 Januari 2003, perusahaan telah melakukan jurnal pembalik atas penyesuaian cadangan premi per tanggal 31 Desember 2002, yaitu (dalam satuan rupiah): Dr. Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan 10.480.000 Cr. Pendapatan premi 10.480.000 Dari jurnal tersebut terlihat bahwa adanya kenaikan cadangan premi untuk tahun 2003, yaitu sebesar (dalam satuan rupiah): 31 Desember 2003, Premi yang belum merupakan pendapatan 12.198.240 31 Desember 2002, Premi yang belum merupakan pendapatan 10.480.000 Kenaikan premi yang belum merupakan pendapatan 1.718.240 Jadi kenaikan cadangan premi tersebut diatas dianggap sebagai beban yang mengurangi pendapatan premi.

66 1.d. Pendapatan Lain Untuk komisi yang diperoieh dari premi reasuransi keluar, perusahaan mengakuinya sebagai pendapatan lain dan hai tersebut sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada PSAK No.36. Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat komisi yang diperoleh dari perusahaan reasuransi, yang berdasarkan ilustrasi sebelumnya (dalam satuan rupiah): Dr. Piutang reasuransi keluar 4.066.080 Cr. Komisi reasuransi keluar 4.066.080 1.e. Pendapatan Investasi Pendapatan investasi yang diperoleh PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia adalah bunga deposito yang diberikan oleh bank, pemilikan surat-surat berharga (seperti obligasi), bunga pinjaman polis dari pemegang polis. Hasil investasi disajikan setelah pendapatan investasi dikurangi dengan beban investasi yang terkait langsung. Keuntungan atau kerugian penjualan investasi serta selisih dari kurs valuta asing yang berkaitan dengan investasi, disajikan sebagai bagian dari hasil investasi. Hal tersebut telah sesuai dengan kententuan yang terdapat pada PSAK No. 36. Diasumsikan bahwa penghasilan investasi perusahaan untuk tahun 2003 adalah sebesar Rp. 10.000.000,- dan tahun 2004 adalah sebesar Rp. 35.000.000,-.

67 2.a. Klaim Perusahaan mengakui klaim sebagai pengurang pendapatan premi, pada saat bukti-bukti yang sah lelah diperoleh alas tuntutan klaim yang terjadi. Pengakuan beban klaim dapat mempengaruhi besarnya laba perusahaan. Karena klaim tidak dapat ditentukan kepastiannya, maka klaim dicatat sebagai beban dalam tahun buku dimana klaim tersebut dibayar atau terjadi tanpa memperhatikan waktu pencatatan premi yang bersangkutan. Jadi dalam hal ini, konsep penandingan antara beban klaim dengan pendapatan premi datam sebuah perusahaan asuransi jiwa tidak dapat diterapkan sepenuhnya. Berdasarkan ilustrasi sebelumnya, pada tanggal 9 April 2004 Tuan Bayu mengalami serangan jantung. Setelah melaiui proses pemeriksaan Iebih lanjut oleh jasa penilai, maka jumlah klaim yang disetujui adalah sebesar Rp. 50.000.000,- dan perusahaan harus membayar jasa penilai tersebut sebesar Rp. 3.000.000,-. Dari kasus tersebut, perusahaan membuat jurnal sebagai berikut (dalam satuan rupiah): a) Untuk mencatat beban klaim yang diakui: Dr. Beban Klaim 50.000.000 Cr. Hutang Klaim 50.000.000 b) Untuk mencatat beban klaim kepada tertanggung : Dr. Hutang Klaim 50.000.000 Cr. Bank 50.000.000 c) Untuk mencatat jasa penilai: Dr. Adjuster fee 3.000.000 Cr. Bank 3.000.000

68 Menurut PSAK No. 36, pencatatan jurnalnya adalah sebagai berikut: Dr. Beban Klaim 53.000.000 Cr. Hutang Klaim 53.000.000 Dr. Hutang Kiaim 53.000.000 Cr. Bank 53.000.000 Disini terlihat bahwa terdapat perbedaan pencatatan antara jurna] yang dibuat oleh perusahaan dengan PSAK No. 36 dimana pengakuan dan pencatatan atas beban klaim oleh perusahaan lebih kecil karena adjuster fee-nya tidak dimasukkan kedalam kategori beban klaim. Adjuster fee diakui dan dicatat oleh perusahaan pada saat realisasinya dan pada akhir tahun, baru diakui sebagai penambah beban klaim. Klaim reasuransi keluar yang akan diterima perusahaan akan lebih kecil dan berarti beban klaim yang diakui pada akhir tahun akan lebih besar dari seharusnya (menurut PSAK No. 36). Beban klaim yang tinggi akan menurunkan laba bersih perusahaan. Menurut PSAK No. 36, adjuster fee dimasukkan sebagai bagian dari beban klaim. 2.b. Klaim Reasuransi Kiaim reasuransi diakui sebagai pendapatan pada saat realisasinya yaitu setelah klaim secara teknis diselesaikan dan disetujui oleh perusahaan. Karena perusahaan membagi resiko dengan perusahaan reasuransi, maka perusahaan berhak mengajukan klaim ke reasuradur pada saat terjadinya tuntutan klaim dari tertanggung. Pemulihan klaim dari pihak reasuradur diakui sebagai pengurang beban klaim yang ada dimana hal tersebut teiah sesuai dengan PSAK No. 36.

69 Berdasarkan ilustrasi sebelumnya, perusahaan menagih ke reasuradur dan perusahaan mengakui pemulihan klaim tersebut sebesar porsi dari reasuradur. Maka perusahaan mencatat jurnal pada saat tagman klaim reasuransi adalah sebagai berikut: Dr. Piutang klaim premi reasuransi ketuar 20.000.000* Cr. Klaim premi reasuransi keluar 20.000.000 *50.000.000X40% Jurnal yang dibuat pada saat pembayaran klann reasuransi tersebut adalah : Dr. Bank 20.000.000 Cr, Piutang klaim premi reasuransi keluar 20.000.000 Tetapi menurut ketentuan PSAK No. 36, jurnal pada saat tagihan klaim premi reasuransi keluar adalah : Dr. Piutang klaim premi reasuransi ketuar 21.200.000* Cr. Klaim premi reasuransi keluar 21.200.000 *53.000.000 X 40% = 21.200.000 Dan jurnal pada saat pembayaran klaim premi reasuransi keluar adalah : Dr. Bank 21.200.000 Cr. Piutang klaim premi reasuransi keluar 21.200.000 Diatas terlihat bahwa terdapat perbeiaan antara jumlah pemulihan klaim reasuransi yang diakui oleh perusahaan dengai PSAK No. 36 dimana klaim premi reasuransi keluar yang dicatat oleh perusahan lebih kec:! jumlahnya dibandingkan dengan ketentuan PSAK No. 36. Pada perusihaan, jumlah klaim premi reasuransi keluar sebesar Rp. 20.000.000,- sedangkan menurut PSAK No. 36 jumlah tersebut dicatat sebesar Rp. 21.200.000,-.

70 Karena klaim premi yang diterima oleh perusahaan lebih kecil maka beban klaim perusahaan lebih besar sehingga laba yang diperoleh perusahaan akan lebih kecii dibandingkan dengan ketentuan PSAK No. 36. 2.c. Cadangan Klaim Estimasi kewajiban klaim adalah klaim yang belum diputuskan baik jumlah maupun haknya termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan. Jumlah cadangan klaim yang baru dibentuk dengan cadangan klaim tahun lalu terdapat selisih yang disebut dengan kenaikan (penurunan) estimasi kewajiban (cadangan klaim) yang diakui perusahaan pada akhir tahun sebagai penambah (pengurang) beban klaim. Hal tersebut telah sesuai dengan ketentuan PSAK No. 36. Berikut ini adalah ayat jurnal penyesuaian untuk cadangan klaim : Dr. Estimasi kewajiban klaim (L/R) XXX Cr. Cadangan klaim (B/S) XXX 2.d. Beban Akuisisi Beban akuisisi adalah biaya yang terkait dengan kontrak asuransi baru atau yang diperbaharui seperti komisi agen yang berhasil menutup polls asuransi. Menurut PSAK No. 36, beban komisi dicatat sebagai bagian dari beban akuisisi, sedangkan perusahaan mencatatnya tetap sebagai beban komisi. Walaupun terdapat perbedaan, pencatatan tersebut tidak akan mempengaruiii beban klaim karena beban ini dicatat sebagai faktor pengurang pendapatan. Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat beban komisi berdasarkan ilustrasi sebelumnya adalah :

71 Dr. Komisi premi 5.082.600 Cr. Hutang komisi premi 5.082.600 Beban komisi dibebankan langsung pada periode terjadinya dan tidak teramortisasi sesuai dengan masa pembayaran premi sehingga konsep penandingan antara beban komisi dengan pendapatan premi juga tidak dapat diterapkan sepenuhnya dalam sebuah perusahaan asuransi jiwa. 2.e. Beban Pemasaran Beban ini merupakan bagian dari biaya manajemen atau biaya operasional yang diakui perusahaan pada periode terjadinya karena beban tersebut hanya memberikan manfaat pada periode berja]an. Diasumsikan beban pemasaran yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2003 adalah sebesar Rp. 3.000.000,- dan pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 5.000.000,-. 2.f. Beban Umum dan Administrasi Sama halnya dengan beban pemasaran, beban ini juga termasuk dalam biaya manajemen atau biaya operasional yang diakui perusahaan pada periode terjadinya. Diasumsikan besarnya beban umum dan administrasi pada tahun 2003 adalah sebesar Rp. 2.500.000,- dan pada tahun 2004 adalah sebesar Rp. 3.000.000,-. 2. Pendapatan (Beban) Lain Pengakuan pendapatan (beban) lain tidak mempunyai hubungan langsung dengan pendapatan utama usaha asuransi jiwa (pendapatan premi), jadi tidak berpengaruh langsung terhadap konsep penandingan antara beban dengan

72 pendapatan yang berkaitan. Sedangkan untuk pengakuan dan pencatatannya dilakukan pada saat realisasinya atau pada periode terjadinya transaksi tersebut. Diasumsikan untuk besarnya pendapatan (beban) lain pada tahun 2003 adaiah sebesar Rp. 3.000.000,- dan pada tahun 2004 adaiah sebesar Rp. 3.500.000,-. B. Analisa Pengaruh Penerapan Metode Pengakuan Pendapatan dan Beban terhadap Laba pada PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia sesuai PSAK No. 36 Berdasarkan ilustrasi-iiustrasi sebelumnya, penulis akan menyajikannya kedalam laporan laba rugi, guna membuktikan bahwa pengakuan pendapatan dan beban yang dilakukan perusahaan yang sesuai dengan PSAK No. 36 dapat mempengaruhi besarnya laba perusahaan.

73 LAPORAN LABA RUGI (MENURUT PERUSAHAAN) UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2004 DAN 2003 2004 2003 PENDAPATAN Pendapatan Premi 12.198.240 50.826.000 -/- Kenaikan premi yangbelum perupakan pendapatan - (1.718.240) -/- Premi Reasuransi - (20.330.400) Jumlah Pendapatan Premi 12.198.240 28.777.360 Pendapatan Lain - 4.066.080 Pendapatan Investasi 35.000.000 10.000.000 Total Pendapatan 47.198.240 42.843.440 BEBAN Klaim dan Manfaat 50.000.000 Adjuster Fee 3.000.000 -/- Klaim Reasuransi (20.000.000) Beban Komisi - 5.082.600 Beban Pemasaran 5.000.000 3.000.000 Beban Umum dan Administrasi 3.000.000 2.500.000 Total Beban 41.000.000 10.582.600 PENDAPATAN OPERASI 6.198.240 32.260.840 PENDAPATAN (BEBAN) LAIN 3.500.000 (3.000.000) LABA SEBELUM PPh 9.698.240 29.260.840 PPh (1.939.648) (5.852.168) LABA BERSIH SETELAH PPh 7.758.592 23.408.672

74 LAPORAN LABA RUGI (MENURUT PSAK NO. 36) UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2004 DAN 2003 PENDAPATAN 2004 2003 Pendapatan Premi 12.198.240 50.826.000 -/-Premi Reasuransi _ C20 330 400) -/- Kenaikan premi yangbelum perupakan pendapatan - (1.718.240) Jumlah Pendapatan Premi 12.198.240 28 777 360 Hasil Investasi 35.000.000 10.000.000 Imbalan Jasa DPLK Pendapatan Lain. 4.066.080 Jumlah Pendapatan 47.198.240 42.843.440 BEBAN Klaim dan Manfaat 53.000.000 -/- Klaim Reasuransi (21.200.000) -/- Kenaikan (penurunan) estimasi kewajtban klaim Amortisasi beban akuisisi (komisi) yang ditangguhkan - 5.082.600 Beban Pemasaran 5.000.000 3.000.000 Beban Umum dan Administrasi 3.000.000 2.500.000 Jumlah Beban 39.800.000 10.582.600 PENDAPATAN OPERASI 7.398.240 32.260.840 PENDAPATAN (BEBAN) LAIN 3.500.000 (3.000.000) LABA SEBELUM PPh 10.898.240 29.260.840 PPh (2.179.648) (5.852.168) LABA BERSIH SETELAH PPh 8.718.592 23.408.672

75 Jika dilihat dari laporan laba rugi diatas, laba bersih setelah pajak yang diterima perusahaan pada tahun 2004 berdasarkan PSAK No. 36 tercatat lebih besar biia dibandingkan dengan laba berdasarkan catatan perusahaan. Besarnya laba yang tercatat berdasarkan PSAK No. 36 adalah Rp. 8.718.592,- sedangkan besarnya laba berdasarkan catatan perusahaan adalah sebesar Rp. 7.758.592,- atau selisih Rp. 960.000,-. Perbedaan jumlah laba tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pengakuan dan pencatatan pada beban klaim, yang oleh perusahaan dicatat lebih kecil sehingga jumlah klaim reasuransi keluar yang diterima perusahaan lebih kecil, dan berarti beban klaim yang diakui pada akhir tahun akan lebih tinggi dan pada akhirnya laba yang diperoleh perusahaan menjadi lebih kecil. Tetapi jika dibandingkan dengan ketentuan PSAK No. 36, beban klaim yang dicatat lebih besar sehingga jumlah klaim reasuransi keluar yang diterima perusahaan juga lebih besar, beban klaim yang diakui pada akhir akan lebih rendah dan pada akhirnya laba yang diperoleh perusahaan menjadi lebih besar. Dari laporan laba rugi tersebut terlihat bahwa pengakuan dan pencatatan pendapatan dan beban perusahaan yang sesuai dengan PSAK No. 36 menghasilkan kinerja ekonomis yang lebih baik yang tercermin dari laba yang lebih besar tersebut.