ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1)

dokumen-dokumen yang mirip
Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS.

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh *) Rian Destiningsih

Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS POTENSI EKONOMI KECAMATAN SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS. Oleh :

SIARAN PERS KPU KABUPATEN BANYUMAS

DISTRIBUSI KOMODITAS ANDALAN SUBSEKTOR PERIKANAN BERBASIS POTENSI WILAYAH DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ABSTRACT

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

Sekapur Sirih. Purwokerto, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Ir. Suherijatno

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah. Pembangunan merupakan proses perubahan secara terus menerus dan

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI)

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA DAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

ANALISIS EKONOMI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN BANYUMAS

HASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi Spasial Karakteristik Wilayah

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMETAAN APOTEK DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS EKONOMI KOTA TOMOHON TAHUN

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA TERNATE

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency.

APLIKASI SISTEM KOORDINAT BOLA DALAM PENENTUAN PUSAT DAN TINGGI RATA RATA WILAYAH KECAMATAN SE KABUPATEN BANYUMAS DENGAN BANTUAN PROGRAM MATLAB

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DAN STATUS PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KLATEN BERBASIS DATA KECAMATAN TAHUN

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Banyumas Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

IDENTIFIKASI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN PATI

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BONE BOLANGO DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PER KAPITA ANTAR KECAMATAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGASEM

ANALISIS PERGESERAN SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN ACEH BESAR. Abstract

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency)

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT. Lina Suherty

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR BASIS DAN SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN LAMONGAN

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA MADIUN DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB

Pendapatan Regional/ Regional Income

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

Lampiran 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (Jutaan Rupiah)

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

HASIL-HASIL PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 DI KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN MINAHASA DARI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Economics Development Analysis Journal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DISTRIBUSI PUPUK DI BANYUMAS

Determination of the Regional Economy Leading Sectors in Indonesia. Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah di Indonesia

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

Economics Development Analysis Journal

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTORUNGGULAN DANSTRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA (STUDI KASUS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE )

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA SINGKAWANG DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Transkripsi:

ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1) 1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman Email: dwiagustin732@ymail.com ABSTRACT The purpose of this study was to determine the economic sector which is economic base and how the competitiveness level in the Kedungbanteng District. The analytical methods that used are Location Quotient and Shift Share. By using Gross Domestic Product data, analysis start 2009 to 2013. The result of this research is that the economic sectors that include economic base are agriculture sector, trade and the financial sector, leasing and business services sector. Sector which has a slow growth is agricultural sector. Meanwhile, in the district Kedungbanteng economic sectors that can not compete well with other economic sectors in the region are agriculture, quarrying, construction and services. Keywords: economic base, Kedungbanteng District, Location Quotient, Shift Share PENDAHULUAN Perubahan pada sistem perekonomian Indonesia dari terpusat menjadi kedaerahan mendorong kabupaten Banyumas untuk menggali potensi yang dimiliki. Potensi ekonomi tersebut tersebar diberbagai wilayah kecamatan dengan output yang bermacam-macam (Dewi,2014). Menurut Kuncoro (2004) dan Dewi (2014) terdapat beberapa kecamatan di Kabupaten Banyumas yang tergolong wilayah kecamatan yang relatif tertinggal yaitu Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Sumpiuh, Tambak, Kalibagor, Patikraja, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Cilongok, Karanglewas, Kedungbanteng, Baturraden, Sumbang dan Kembaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemetaan wilayah kabupaten Banyumas dengan metode Klassen Tipology sabagai berikut tabel 1. Kecamatan Kedungbanteng merupakan salah satu kecamatan yang relative tertinggal. Hal ini disebabkan karena adanya kelemahankelemahan dan tidak adanya informasi mengenai potensi relative yang dimiliki kecamatan Kedungbanteng sehingga tidak ada pengembangan potensi yang ada.kelemahankelemahan tersebut diantaranya sumberdaya manusia dengan tingkat pendidikan yang rendah, jalan raya antar kecamatan yang belum dibangun secara optimal, letak wilayah yang berdekatan dengan gunung slamet. Sedangkan potensi kecamatan Kedungbanteng yang belum dikembangkan secara maksimal adalah potensi alam, seperti pengairan yang baik, lahan pertanian yang cukup luas, pemandangan alam yang bagus dibeberapa desa. Namun potensi relatif tersebut belum didentifikasi secara pasti, sehingga untuk memajukan perekonomiannya diperlukan informasi mengenai potensi relative yang terdapat pada kecamatan Kedungbanteng. Potensi relatif atau dapat dikatakan sebagai keunggulan kompetitif adalah bahwa suatu daerah memiliki sebuah komoditi yang lebih unggul dibandingkan dengan daerah lainnya. Keunggulan yang dimaksud adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah real (Tarigan, 2009). Tabel 1. Tipologi wilayah kabupaten Banyumas PDRB perkapita (Y1>Y) Laju pertumbuhan (r1>r) daerah cepat maju : Sokaraja, Purwokero Barat, Purwokerto Timur, Purwokerto Selatan (r1<r) daerah maju tapi tertekan: Wangon, Somagede, Banyumas, Purwojati. Sumber : Dewi, 2014 (Y1<Y) daerah berkembang cepat: Purwokerto Utara daerah relatif tertinggal : Lumbir, Jatilawang, Rawalo, Kebasen, Kemranjen, Sumpiuh, Tambak, Kalibagor, Patikraja, Ajibarang, Gumelar, Pekuncen, Cilongok, karanglewas, Kedungbanteng, Baturraden, Sumbang, Kembaran. 13

Analisis Potensi Relatif... (Dewi) Potensi relatif suatu daerah dapat mendorong pembangunan baik secara nasional maupun daerah. Karena pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunannasional dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi danpermasalahan pembangunan di daerah (Suhartono, 2011). Banyaknya potensi relative suatu wilayah yang belum diketahui secara pasti dapat menghambat pembangunan. Karena pembangunan tanpa pengetahuan terhadap potensi relative menyebabkan tidak fokusnya arah dan rencana pembangunan. Sehingga informasi mengenai potensi wilayah sangat penting bagi perencana pembangunan. Proses perencanaan akan selalu tanggap dan menyesuaikan diri dengan perkembangan didalam masyarakat maupun berbagai sumberdaya yang menunjangnya (Arsyad,2010). Selain potensi ekonomi, daya saing sektor ekonomi di kecamatan Kedungbanteng dibanding kecamatan lain di kabupeten Banyumas juga sangat penting untuk diketahui mengingat daya saing perekonomian suatu wilayah sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu sangat diperlukan penelitian mengenai potensi relatif wilayah kecamatan Kedungbanteng. Kepemilikan atas sumberdaya suatu wilayah dapat merubah struktur perekonomian. Suatu wilayah yang memiliki sumberdaya alam yang mendukung sektor pertanian maka perekonomiannya cenderung dikuasai oleh sektor pertanian. Sehingga produk yang dihasilkan dapat dijual kewilayah lain dan dapat dikatakan bahwa sektor pertanian menjadi sektor basis. Namun kondisi tersebut dapat berubah dalam waktu tertentu karena dengan dilaksanakannya pembangunan dapat menyebabkan perubahan struktur ekonomi. Suatu sektor dapatberkurangkontribusinya terhadap PDRB karena digeser oleh sektor lainnya. Sehingga perekonomian yang tadinya berbasis pertanian dapat berubah menjadi industri atau sebaliknya. Pergeseran tersebut dapat disebabkan karena pembangunan suatu sektor dengan sektor lainnya yang tidak merata, pengelolaan sumberdaya, investasi maupun teknologi. Kegiatan ekonomi basis maupun kemampuan setiap sektor ekonomi dalam bersaing dengan sektor yang sama dari kecamatan lain di kabupaten Banyumas sektor ekonomi dapat mendorong kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyrakat diperlukan informasi mengenai sektor ekonomi yang menjadi basis di kecamatan Kedungbanteng dan bagaimana daya saingnya. METODE ANALISIS 1. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari BPS. Data yang digunakan mulai tahun 2009 sampai dengan 2013 meliputi PDRB Kecamatan Kedung Banteng dan PDRB kabupaten Banyumas atas dasar harga konstan. 2. Metode Analisis Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa kualitatif melalui pendekatan basis ekonomi (LQ) dan Shift Share. a. Metode location quotient Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. (Tarigan, 2009). Analisis basis dan non basis pada umumnya didasarkan atas nilai tambah ataupun lapangan kerja. Metode LQ membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sector tertentu diwilayah kita dibandingkan dengan porsi lapangan kerja /nilai tambah untuk sector yang sama secara nasional (Tarigan,2009). Untuk mengetahui sector basis dan non basis menggunakan analisis Quotient (LQ) sebagai beriku: LQ = I i e L i E Keterangan: li = PDRB sector i di wilayah analisis e = PDRB di wilayah analisis Li = PDRB sector i secara nasional E = PDRB secara nasional Dari rumus diatas diketahui bahwa apabila LQ> 1maka porsi lapangan kerja sector I di wilayah analisis terhadap total lapangan kerja wilayah adalah lebih besar dibandingkan dengan porsi lapangan kerja untuk sector I secara nasional, sehingga dapat dikatakan bahwa sector tersebut adalah sector basis. Jika LQ< 1 adalah sebaliknya. b. Analisis Shift-Share Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah,yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional (Lolowang dkk, 2014). Dalam analisis Shift Share dibagi menjadi tiga komponen perubahan atau pertumbuhan ekonomi local yaitu: a. National Share (NS), yaitu mengukur perubahan ekonomi wilayah sebagai akibat adanya kebijakan nasional.dapat diartikan bahwa suatu sektor ekonomi dalam suatu 14

wilayah dapat tumbuh sebagai akibat dari adanya kebijakan nasional. b. roportional Shift /pertumbuhan proporsional(pp), untuk mengukur perbedaan pertumbuhan sektor ekonomi suatu wilayah dengan pertumbuhan sektor ekonomi nasional. Apabila bernilai positif berarti sektor tersebut pertumbuhannya cepat sedangkan apabila bernilai negative berarti sektor tersebut pertumbuhannya lambat. ppij< 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya lambat. ppij> 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya cepat. c. Komponen Pergeseran atau Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW), untuk mengukur kinerja/ daya saing sektor ekonomi suatu wilayah dibandingkan dengan sektor ekonomi wilayah nasional. ppwij> 0, berarti sektor/wilayah j mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya untuk sektor i. ppwij< 0, berarti sektor i pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya. HASIL ANALISIS 1. Analisis Location Quotient Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai LQ setiap sektor ekonomi di kecamatan Kedungbanteng seperti dalam tabel 2. Sektor basis di kecamatan Kedungbanteng meliputi sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor pertanian di kecamatan kedungbanteng merupakan sektor yang mampu mengekspor kewilayah lain. Hal ini dikarenakan kecamatan Kedungbanteng memiliki dukungan alam yang baik. Dari segi lahan pertanian yang cukup luas dengan pengairan yang baik. Kecamatan kedungbanteng dilalui jalur sungai banjaran yang cukup besar sehingga pengairan untuk sektor pertanian cukup memadai. sektor basis lainnya adalah sektor perdagangan. Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang menopang kegiatan ekonomi masyarakat Kedungbanteng. Banyaknya masyarakat yang bekerja pada sektor ini membuat sektor perdagangan menjadi sektor basis di kecamatan Kedungbanteng. Sektor non basis di kecamatan Kedungbanteng meliputi sektor penggalian, sektor industry, sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan dan sektor angkutan/komunikasi. Sektor industri tidak tergolong sektor basis karena di kecamatan Kedungbanteng tidak memiliki industri pengolahan yang cukup besar sehingga produk olahannya tidak dapat dinikmati pada wilayah lain. Untuk sektor listrik, gas dan air bersih tidak termasuk sektor basis disebabkan karena kecamatan kedungbanteng masih mengknsumsi listrik dan gas dari wilayah lain (impor) dan tidak dapat memproduksi sendiri. Sedangkan air bersih, kecamatan kedungbanteng mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, namun tidak dijual kewilayah lain. Sektor angkutan/komunikasi bukan merupakan sektor basis karena dikecamatan Kedungbanteng tidak memiliki sarana untuk angkutan maupun komunikasi (terminal). Sehingga untuk kebutuhan transportasi, masyarakat kedungbanteng lebih menggantungkan pada wilayah lain. 2. Shift Share Berdasarkan hasil pengolahan data, sektor ekonomi dengan kontribusi PN terkecil adalah sektor penggalian. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor penggalian di kecamatan Kedungbanteng sangat terpengaruh atas perubahan kebijakan di kabupaten Banyumas, yang berarti bahwa apabila terjadi perubahan kebijakan kabupaten Banyumas maka kontribusi sektor penggalian beserta subsektornya akan mengalami penurunan. Sedangkan sektor ekonomi dengan kontribusi PN terbesar adalah sektor pertanian. Hal ini berarti bahwa kebijakan kabupaten Banyumas tidak terlalu mempengaruhiperubahan pada sektor pertanian kecamatan Kedungbanteng. Tabel 2. Hasil perhitungan analisis Location Quotient (LQ) kecamatan Kedungbanteng tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Sektor Ekonomi LQ 2009 2010 2011 2012 2013 Pertanian 1,8192 1,8262 1,8504 1,8539 1,5344 Penggalian 0,5350 0,5366 0,5420 0,5430 0,3679 Industri 0,3201 0,3203 0,3228 0,3221 0,4921 Listrik, Gas, dan Air bersih 0,8506 0,8576 0,8621 0,8726 1,3387 Bangunan 0,4957 0,4919 0,4973 0,4983 0,2902 Perdagangan 1,0066 1,0055 1,0052 1,0047 1,4564 15

Analisis Potensi Relatif... (Dewi) Angkutan/Komunikasi 0,4164 0,4146 0,4100 0,4102 0,9738 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Pers 1,2110 1,2118 1,2235 1,2254 1,3113 Jasa-jasa 1,1878 1,1927 1,2018 1,2159 0,7362 Tabel 3. Analisis Shift Share Sektor Ekonomi PNij % Pnij %Ppij %PPWij Pertanian 10,700,995.34 26.62-13.32-19.90 Penggalian 207,013.34 26.62 0.46-41.68 Industri 1,426,643.64 26.62 0.87 64.04 Listrik, Gas, dan Air bersih 226,932.65 26.62 3.37 69.95 Bangunan 1,279,667.19 26.62 0.18-54.24 Perdagangan 4,240,216.61 26.62 5.23 54.59 Angkutan/Komunikasi 1,218,745.20 26.62 6.65 171.29 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Pers 3,032,401.07 26.62 5.36 7.69 Jasa-jasa 5,594,045.23 26.62 3.83-51.43 Sektor ekonomi kecamatan Kedungbanteng yang memiliki pertumbuhan yang cepat dibanding sektor yang sama pada wilayah kabupaten Banyumas meliputi sektor penggalian, industri, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, angkutan/komunikasi, keuangan persewaan dan jasa pers, jasa jasa. Sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat adalah sektor pertanian. Sektor ekonomi di kecamatan Kedungbanteng yang dapat bersaing dengan baik dengan sektor ekonomi yang sama pada wilayah lainnya adalah sektor industri, listrik gas dan air bersih, perdagangan, angkutan/komunikasi, keuangan persewaan dan jasa pers.sedangkan sektor ekonomi di kecamatan Kedungbanteng yang tidak dapat bersaing dengan baik dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya adalah sektor pertanian, penggalian, bangunan, jasa jasa. KESIMPULAN Sektor basis di kecamatan Kedungbanteng meliputi sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.sektor non basis di kecamatan Kedungbanteng meliputi sektor penggalian, sektor industry, sektor listrik,gas dan air bersih, sektor bangunan dan sektor angkutan/komunikasi. sektor ekonomi dengan kontribusi PN terkecil adalah sektor penggalian.sektor ekonomi dengan kontribusi PN terbesar adalah sektor pertanian.sektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat (ppij> 0) adalah sektor penggalian, industri, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, angkutan/komunikasi, keuangan persewaan dan jasa pers, jasa jasa.sektor yang memiliki pertumbuhan yang lambat (ppij< 0) adalah sektor pertanian.sektor ekonomi yang dapat bersaing dengan baik dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya adalah sektor industri, listrik gas dan air bersih, perdagangan, angkutan/komunikasi, keuangan persewaan dan jasa pers.sektor ekonomi yang tidak dapat bersaing dengan baik dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya adalah sektor pertanian, penggalian, bangunan, jasa jasa. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin.2010.Ekonomi Pembangunan,UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Dewi, Agustin Susyatna, Sukiman dan Rakhmat P, 2014. Analisis Tipologi dan Ketimpangan Pembangunan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas. Laporan Hasil Penelitian. Tidak Terbit. BPS kabupaten banyumas, 2013 Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2011, BPS. BPS kabupaten banyumas, 2015, Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2014, BPS. Kuncoro, Mudrajad.2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang.Erlangga.Jakarta. Lolowang et al, 2014. Analisis Potensi Pertumbuhan EkonomiKabupaten Minahasa (Pendekatanmodel Basis Ekonomi Dan Daya SaingEkonomi), ejournal.unsrat.ac.id. 16

Suhartono,2011. Struktur Ekonomi, Kesempatan Kerja, dan Ketimpangan Pendapatan di provinsi Jawa Tengah.lppm.ut.ac.id. Tarigan, Robinson, 2009. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Bumi Aksara, Jakarta. 17