J u r n a l Infrastruktur dan Lingkungan Binaan Infrastructure and Built Environment Vol. I No. 2, Desember 2005

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN LIMBAH PADAT AREN SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS DENGAN PENAMBAHAN STARTER ALAMI SKRIPSI

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah cair dan limbah padat.

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

TARIF LINGKUP AKREDITASI

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

MATERI DAN METODE. Materi

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran F - Kumpulan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

III. METODOLOGI PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/330/KPTS/013/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

EVALUASI KUALITAS DAN KUANTITAS AIR YANG DITERIMA PELANGGAN PDAM KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

POTENSI HIDROLOGI DANAU DAN LAHAN GAMBUT SEBAGAI SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS: DANAU AIR HITAM, PEDAMARAN, OKI)

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna. Di Pipet

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

KAJIAN PENGARUH LIMBAH INDUSTRI SOUN TERHADAP KUALITAS AIRTANAH DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN. Setyawan Purnama

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

ANALISIS BOD dan COD DI SUNGAI SROYO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI DI KECAMATAN JATEN

GUBERNUR JAWA TIMUR, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta I ;

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM PADA HIPPAM DAN PDAM DI KOTA BATU

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

Air mineral SNI 3553:2015

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

-2- dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah atas Laboratorium

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN LAMPIRAN P2.U3 P4.U2 P5.U2 P2.U2 P1.U1 P4.U3 P5.U1 P1.U2 P3.U3 P1.U3 P4.U1 P3.U1 P3.U2 P2.U1 P5.3

Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Transkripsi:

Studi Karakteristik Dasar Limbah Industri Tepung Aren 1) Mayrina Firdayati, Marisa Handajani ABSTRAK Industri tepung aren di Dukuh Bendo, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah merupakan industri andalan penduduk daerah setempat. Setelah industri jamur yang memanfaatkan limbah padat aren mengalami kebangkrutan, pihak industri mengalami kesulitan membuang limbah, sehingga limbah dibuang di bantaran sungai juga di jalan-jalan. Selain mengganggu estetika, limbah juga mulai mengganggu kualitas air setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dasar limbah yang dihasilkan, baik limbah cair maupun padat. Data yang didapat akan digunakan untuk mencari solusi penanganan limbah di daerah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan kandungan besi pada air sumur masih di atas baku mutu yang ditetapkan, yaitu 8,48 mg/l. Sementara kandungan BOD dan COD pada limbah cair masing-masing mencapai 2222 mg/l dan 5721,5 mg/l dari proses pengendapan serta 1806 mg/l dan 4231 mg/l setelah tahap klorinasi. Parameter lain yang berpotensi mencemari lingkungan adalah amoniak yang mencapai 9,929 mg/l dari proses pengendapan dan 24,822 mg/l sesudah proses klorinasi. Analisis limbah padat aren menunjukkan proses utama industri tepung aren hanya memanfaatkan pati atau C organik 10% saja. Sementara kandungan P dan K limbah padat dalam bentuk ampas masih tinggi. Kata kunci : tepung aren, limbah cair, limbah padat, amoniak, C-organik ABSTRACT The industries of Arenga pinata starch flour in Bendo Village, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Central Java are the main industry of the local community. After the mushroom industry was bancrupt, the starch industries find a difficulty in disposing their waste. Therefore they dispose in the space near the river or on pedestrian side. This waste does not only produce estetical problem but also detoriate the water quality. This study elaborate the basic characteristics of the wastewater and solid waste which are produce by starch industries. These characteristics are useful for finding the alternative waste treatment. The iron content in ground water which is used in process is 8.48 mg/l which is highertthan the water quality standard. The organic content in the supernatant wastewater from is 2222 mg/l as BOD or 5721.5 mg/l as COD value while effluent from chlorination process is 1806 mg/l as BOD or 4231 mg/l as COD. The ammonia content becomes another potential pollutant, since its concentration reaches 9.929 mg/l in the supernatant wastewater and 24.822 mg/l in the effluent of chlorination process. The analysis of solid waste shows that the main process of the starch industry is only used 10% of the organic content in the raw material. The phosphorous and potassium contents in the solid waste are relatively high. Key words : Arenga pinata starch, wastewater, solid waste, ammonia, C-organic 1. Pendahuluan Aren (Arenga pinnata Wurmb) merupakan tumbuhan berbiji tertutup dimana biji buahnya terbungkus daging buah. Tepung aren dapat digunakan untuk pembuatan aneka produk makanan, terutama produk yang sudah dikenal masyarakat luas, yaitu soun, cendol, bakmi, dan hun kwe. Sampai saat ini tepung dari pati batang aren belum dapat disubstitusi. Pembuatan tepung aren dilakukan melalui terlebih dahulu menebang batang pohon aren kemudian dipotong-potong sepanjang 1,25-2 meter. Pada industri tradisional, serat tadi dimasukkan ke bak yang dialiri air serta diaduk-aduk dengan cara menginjak-injak untuk memisahkan antara ampas aren dan tepungnya. Diagram alir proses pembuatan tepung pati aren dapat dilihat pada Gambar 1. 1) Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung Teknik Sipil Geodesi & Geomatika Arsitektur Teknik Lingkungan Perencanaan Wilayah & Kota Teknik Kelautan 22

Batang Aren Pemecahan Potongan Batang Air Pemarutan Limbah Padat Kulit Batang Aren Bubur Serbuk Batang Aren Air Penyaringan (manusia) - Obok Pengendapan pati I Pati aren AMPAS Pencucian Pati Aren dilakukan berulang 3x Kaporit Pemutihan pati aren Pengendapan pati Limbah Cair Pengeringan Penggilingan dan Pengayakan TEPUNG PATI AREN Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan tepung aren. Industri tepung aren berada di Dukuh Bendo, Desa Daleman Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten Jawa Tengah, sekitar 15-18 km ke arah utara kota Klaten. Luas Dukuh Bendo mencapai 61.190 m 2, dengan jumlah penduduk 1.164 jiwa. Mata pencaharian penduduk terutama adalah dari industri aren yang mencapai jumlah 35 buah. Industri yang kebanyakan rumahan tersebut mendapatkan pasokan bahan baku batang pohon aren dari 3 pabrik yang juga berlokasi di dukuh tersebut. Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah limbah cair dan limbah padat (Gambar 2). Limbah cair berasal dari proses pemarutan/pelepasan pati dari serat dan pengendapan tepung aren. Limbah padat yang berupa serbuk serat aren semula dimanfaatkan oleh industri budidaya jamur di kota Yogyakarta. Namun pada dua tahun terakhir, industri tersebut tidak beroperasi lagi, akibatnya timbunan limbah padat memenuhi bantaran sungai dan daerah sekitar sawah. Lindi dari limbah padat ini mulai terasa mencemari badan air dan sistem irigasi yang ada di daerah tersebut. Dampak yang dirasakan penduduk berupa timbulnya gangguan kulit setelah menggunakan sumber air yang sudah tercemar oleh lindi ampas aren dan juga matinya ikan-ikan pada kolam ikan milik penduduk, selain bau yang menyengat, khususnya setelah ampas terbasahi oleh hujan. Teknik Sipil Geodesi & Geomatika Arsitektur Teknik Lingkungan Perencanaan Wilayah & Kota Teknik Kelautan 23

(a) (b) Gambar 2 Limbah pabrik aren (a) limbah cair, (b) timbunan ampas aren di bantaran sungai 2. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian meliputi pengumpulan data primer dan sekunder di daerah lokasi industri penghasil tepung aren di Klaten, Jawa Tengah. Kegiatan penelitian meliputi: pengambilan sampel air sumur, limbah cair yang berasal dari proses pengendapan dan bagian akhir tahapan produksi setelah klorinasi, serta limbah padat yang berasal dari parutan batang aren (limbah aren I), pati aren hasil pengendapan I (limbah aren II) dan ampas akhir pengolahan (limbah aren III). Pada semua jenis sampel kemudian dilakukan pemeriksaan karakteristik. 3. Analisis Sampel Pemeriksaan karakteristik sampel air, limbah cair dan limbah padat dilakukan dengan mengacu pada metoda yang dijelaskan dalam Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater 20 th Edition - SMEWW (1998) dan Standar Nasional Indonesia SNI. Hasil pemeriksaan sampel air sumur selanjutnya dibandingan dengan baku mutu yang mengacu pada KEP-51/MENLH/10/1995, untuk golongan B. Sedangkan limbah cair mengacu pada KEP-51/ MENLH/10/1995 untuk air limbah golongan I dan golongan II. 3.1 Karakteristik Air Sumur Pemeriksaan karakteristik sampel air dilakukan dengan mengacu pada metode yang dijelaskan dalam Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater 20 th Edition - SMEWW (1998) dan Standar Nasional Indonesia SNI. Hasil pemeriksaan karakteristik air sumur dan baku mutu KEP-51/MENLH/10/1995, untuk golongan B ditampilkan pada Tabel 1. Hasil analisis karakteristik air sumur yang digunakan untuk proses produksi diperoleh bahwa air tersebut mengandung beberapa parameter yang melebihi baku mutu, yakni: Fe, Amoniak (NH 3 -N), minyak dan lemak, BOD serta COD. Mengingat sampel air tersebut diambil dari tempat penampungan air yang ada pada industri tersebut diperkirakan keberadaan amoniak, minyak dan lemak, materi organik berasal dari kontaminasi air baku dengan bahan baku proses produksi (serbuk aren). Hal dimungkinkan karena sumber air baku berasal dari sumur terbuka. Tingginya kandungan Besi (Fe) dalam air sumur dapat mempengaruhi proses produksi. Hal ini disebabkan oleh ion besi (Fe 2+ ) yang terlarut dalam air bila telah terpajan oleh oksigen yang terdapat di udara akan membentuk presipitat Fe 3+ yang berwarna kuning kemerahan. Kehadiran presipitat besi berpotensi memberikan warna merah pada endapan pati aren. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan air untuk mencuci endapan pati. 3.2 Karakteristik Limbah Cair Hasil pemeriksaan limbah cair menunjukan beberapa parameter melebih baku mutu golongan II, yakni: total zat padat tersuspensi, amoniak bebas, dan materi organik (BOD dan COD). Di dalam limbah cair ditemukan pula bakteri golongan coliform dan fecal coliform. Teknik Sipil Geodesi & Geomatika Arsitektur Teknik Lingkungan Perencanaan Wilayah & Kota Teknik Kelautan 24

Tabel 1 Karakteristik Air Sumur dan Baku Mutu KEP-51/MENLH/10/1995, untuk Golongan B No. Parameter Satuan Kadar Maksimum Gol B Dianjurkan Diperbolehkan Hasil Analisis Fisika 1 Temperatur o C Normal Normal 27 2 Zat padat terlarut (TDS) mg/l 500 1500 221 3 Daya hantar listrik µs/cm - - 457 Kimia 1 Air raksa ppb 5 10 < 0,06 2 Arsen mg/l Nihil 0,05 < 0,02 3 Besi (Fe) mg/l 1 5 8,48 4 Fluorida (F) mg/l - 1,5 0,00 5 Kadmium (Cd) mg/l Nihil 0,01 0,001 6 Klorida (Cl) mg/l 200 600 29,0 7 Kromium total (Cr) mg/l Nihil 0,5 0,001 8 Mangan (Mn) mg/l 0,05 0,5 0,08 9 Nitrat, sebagai N (NO3) mg/l 5 10 0,426 10 Nitrit, sebagai N (NO2) mg/l Nihil 1 0,276 11 Oksigen terlarut (DO) mg/l - - 5,9 12 ph 5-9 7 13 Selenium (Se) mg/l Nihil 0,01 0,005 14 Seng (Zn) mg/l 1 15 0,082 15 Sulfat (SO4) mg/l 200 400 66,89 16 Sulfida (H2S) mg/l Nihil Nihil 0,00 17 Tembaga (Cu) mg/l Nihil 1 0,022 18 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,1 0,01 19 Amoniak (NH3-N) mg/l 0,01 0,51 1,517 20 Fenol mg/l 0,001 0,002 0,00 21 Minyak&Lemak mg/l Nihil Nihil 32,63 22 MBAS mg/l Nihil 0,5 0,00 23 BOD mg/l 6-41,50 24 COD mg/l 10-72,12 Biologis 1 Total Coliform /100 ml 0 2 Fecal Coliform /100 ml 0 Selain itu air limbah mempunyai tingkat keasaman yang relatif tinggi (4,28). Derajat keasaman ini timbul akibat degradasi materi organik yang terkandung dalam bak pencucian dan bak pengendap (Tabel 2 dan Tabel 3). Dalam industri bahan makanan, kehadiran bakteri golongan coliform tidak diharapkan, karena menunjukkan adanya kontaminasi dari buangan yang berasal dari pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Kontaminasi ini dapat terjadi karena proses pelepasan pati dari serat aren dilakukan dengan cara menginjak-injak serat aren tanpa memperhatikan aspek sanitasi diri. Adanya amoniak dan materi organik dalam limbah cair dapat menurunkan kualitas lingkungan karena senyawa-senyawa tersebut akan mengalami stabilisasi oleh aktivitas mikroorganisme. Dalam proses ini konsentrasi oksigen dalam badan air yang tercemar limbah ini akan mengalami penurunan sehingga dapat mengganggu biota air. Untuk mencegah dampak pencemaran ini limbah cair dari industri perlu diolah terlebih dahulu untuk menurunkan konsentrasi amoniak dan materi organik yang berpotensi mencemari lingkungan. Teknik Sipil Geodesi & Geomatika Arsitektur Teknik Lingkungan Perencanaan Wilayah & Kota Teknik Kelautan 25

Tabel 2 Karakteristik Limbah Cair dari Proses Pengendapan I dan Baku Mutu KEP-51/MENLH/10/1995, untuk Golongan I dan Golongan II No. Parameter Satuan I Baku Mutu II Hasil Analisis Fisika 1 Temperatur o C 38 40 27 2 Zat padat terlarut (TDS) mg/l 2000 4000 2410 3 Zat padat tersuspensi (TSS) µs/cm 200 400 720 Kimia 1 ph 6 9 4,94 2 Besi (Fe) mg/l 5 10 10,05 3 Mangan (Mn) mg/l 2 5 0,11 4 Tembaga (Cu) mg/l 2 3 0,121 5 Seng (Zn) mg/l 5 10 0,305 6 Kromium total (Cr) mg/l 0,5 1 0,003 7 Kadmium (Cd) mg/l 0,05 0,1 0,002 8 Air raksa ppb 1 2 < 0,06 9 Timbal (Pb) mg/l 0,1 1 0,03 10 Stanum (Sn) mg/l 2 3 0,173 11 Arsen mg/l 0,1 0,5 < 0,02 12 Selenium (Se) mg/l 0,05 0,5 0,051 13 Nikel (Ni) mg/l 0,2 0,5 0,10 14 Kobalt (Co) mg/l 0,4 0,6 0,03 15 Sulfida (H2S) mg/l 0,05 0,1 0,0 16 Fluorida (F) mg/l 2 3-17 Amoniak bebas (NH3-N) mg/l 1 5 24,822 18 Nitrat, sebagai N (NO3) mg/l 20 30 1,185 19 Nitrit, sebagai N (NO2) mg/l 1 3 0,00 20 BOD mg/l 50 150 1806 21 COD mg/l 100 300 4231 22 Fenol mg/l 0,5 1 0,172 23 MBAS mg/l 5 10 0,265 24 Minyak&Lemak mg/l 10 50 60 Biologis 1 Total Coliform /100 ml 2400 2 Fecal Coliform /100 ml 43 Tabel 3 Karakteristik Limbah Cair setelah Tahap Klorinasi dan Baku Mutu KEP-51/MENLH/10/1995, untuk golongan I dan II No. Parameter Satuan I Baku Mutu II Hasil Analisis Fisika 1 Temperatur o C 38 40 27 2 Zat padat terlarut (TDS) mg/l 2000 4000 2410 3 Zat padat tersuspensi (TSS) µs/cm 200 400 720 Kimia 1 ph 6 9 4,94 2 Besi (Fe) mg/l 5 10 10,05 3 Mangan (Mn) mg/l 2 5 0,11 4 Tembaga (Cu) mg/l 2 3 0,121 5 Seng (Zn) mg/l 5 10 0,305 6 Kromium total (Cr) mg/l 0,5 1 0,003 Teknik Sipil Geodesi & Geomatika Arsitektur Teknik Lingkungan Perencanaan Wilayah & Kota Teknik Kelautan 26

No. Parameter Satuan Baku Mutu I II Hasil Analisis Kimia 7 Kadmium (Cd) mg/l 0,05 0,1 0,002 8 Air raksa ppb 1 2 < 0,06 9 Timbal (Pb) mg/l 0,1 1 0,03 10 Stanum (Sn) mg/l 2 3 0,173 11 Arsen mg/l 0,1 0,5 < 0,02 12 Selenium (Se) mg/l 0,05 0,5 0,051 13 Nikel (Ni) mg/l 0,2 0,5 0,10 14 Kobalt (Co) mg/l 0,4 0,6 0,03 15 Sulfida (H2S) mg/l 0,05 0,1 0,0 16 Fluorida (F) mg/l 2 3-17 Amoniak bebas (NH3-N) mg/l 1 5 24,822 18 Nitrat, sebagai N (NO3) mg/l 20 30 1,185 19 Nitrit, sebagai N (NO2) mg/l 1 3 0,00 20 BOD mg/l 50 150 1806 21 COD mg/l 100 300 4231 22 Fenol mg/l 0,5 1 0,172 23 MBAS mg/l 5 10 0,265 24 Minyak&Lemak mg/l 10 50 60 Biologis 1 Total Coliform /100 ml 2400 2 Fecal Coliform /100 ml 43 3.3 Karakteristik Limbah Padat Tujuan dari industri aren adalah mengambil pati yang kemudian diolah menjadi tepung aren. Dari perbandingan hasil analisis dari bahan baku industri berupa hasil parutan batang, kemudian pengendapan pati yang pertama dan limbah ampas menunjukkan bahwa proses produksi utamanya mengurangi C-organik saja, dalam hal ini diduga pati, itupun hanya sekitar 10%. Analisis terhadap parameter lain juga menunjukkan pengurangan nitrogen, amoniak, dan magnesium. Sementara parameter seperti total fosfat, kalium, dan fosfor tidak terpengaruh terhadap proses industri tepung aren ini. Karena itulah kandungan P dan K limbah padat dalam bentuk ampas masih tinggi. Tingginya kandungan Fe dan Mn pada pati aren yang masih basah diperkirakan berasal dari air sumur yang digunakan selama proses. 4. Dampak Limbah yang Tidak Diolah a. Limbah cair Hasil limbah cair dipastikan mengandung bahan organik berupa pati atau serat baik terlarut maupun partikel tersuspensi. Tingginya kandungan bahan organik bergantung pada efisiensi proses pemisahan pati dari air. Apabila limbah cair industri ini dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu maka air limbah akan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Perubahan disebabkan terjadinya penguraian bahan organik pada kondisi septik dan kadar oksigen dalam genangan air tersebut menjadi nol. Air limbah dapat meresap ke dalam sumur maupun mengalir ke badan air (sungai) di sekitar tempat tersebut. Sebagai akibatnya sumur dan sungai tersebut akan mengalami penurunan kualitas dan tidak layak digunakan sebagai sumber air bersih. Saat ini sebagian limbah cair kadang dimanfaatkan penduduk untuk menyiram dan memupuk tanaman padi yang merupakan komoditas utama di daerah sekitar Bendo. Pemanfaatan limbah cair secara tradisional ini dilakukan mengingat limbah cair masih mengandung unsur-unsur hara yang berguna bagi tanaman. b. Limbah padat Limbah padat yang tidak ditangani dengan baik, berpotensi menimbulkan masalah bagi komunitas sekitarnya. Limbah padat yang komponen dasarnya ada materi organik akan terdekomposisi secara Teknik Sipil Geodesi & Geomatika Arsitektur Teknik Lingkungan Perencanaan Wilayah & Kota Teknik Kelautan 27

alamiah di lingkungan. Namun dalam prosesnya sering sekali timbul gangguan bau dan estetika dari timbunan limbah padat ini. Limbah padat yang masih mengandung pati dan dalam keadaan lembab, diketahui kadang ditumbuhi beberapa jenis jamur, sehingga dalam tiga tahun terakhir, limbah tersebut diambil oleh sebuah perusahaan jamur. Ini cukup mengurangi namun belum mampu menyerap limbah padat yang ada. Baik limbah cair maupun limbah padat memerlukan perhatian dan penanganan yang lebih baik agar limbah yang dihasilkan mampu mempunyai nilai tambah sehingga dapat dimanfaatkan lebih jauh dan tidak mencemari lingkungan. Usaha pemanfaatan dan pengolahan limbah industri memerlukan informasi karakteristik kualitas dan kuantitas limbah yang dihasilkan. Informasi ini bermanfaat dalam penentuan alternatif sistem pengelolaan limbah secara terpadu dengan melibatkan peran serta masyarat daerah tersebut. Sampai saat ini masih terbatas informasi yang tersedia mengenai karakteristik limbah industri penghasil tepung aren. Tabel 4 Karakteristik Bahan Baku dan Limbah Padat (1) (2) (3) (4) (5) C-Organik % BK 80,17 76,53 69,59 NTK % BK 2,69 0,85 0,74 Organik Nitrogen % BK 2,13 0,80 0,70 Kadar Air % BB 41,59 87,50 71,72 Total Phosfat mg/kg BK 1450,19 1339,83 1464,46 Kalium mg/kg BK 2280,85 4026,12 2206,96 Amoniak mg/kg BK 0,56 0,05 0,04 Magnesium mg/kg BK 953,35 638,97 635,85 Besi (Fe) mg/kg BK 404,78 2061,41 652,23 Seng (Zn) mg/kg BK 28,19 7,11 106,06 Tembaga (Cu) mg/kg BK <0,001 8,47 5,82 Fosfor mg/kg BK 482,91 446,16 487,67 Mangan (Mn) mg/kg BK 16,63 51,59 41,86 Keterangan: (1) Parameter (2) Satuan (3) Hasil Analisis Bahan Baku Parutan batang (4) Hasil Analisis Bahan Baku Pati Aren (Pengendapan I) (5) Hasil Analisis Limbah Padat berupa Ampas Akhir 5. Usulan Pemecahan Masalah Setelah pabrik jamur yang menggunakan limbah padat aren sebagai media bangkrut karena masalah manajerial, sebenarnya ini bisa menjadi peluang bagi masyarakat setempat. Apalagi, saat ini jamur sudah menjadi bahan makanan yang disukai. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mencari formula media yang tepat untuk pertumbuhan jamur, karena limbah aren hanya menjadi salah satu sumber formula. Selain itu, masyarakat yang masih sangat baru dengan industri jamur tentunya perlu belajar terlebih dahulu, karena industri jamur juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti temperatur, kelembaban, dan lain-lain. Kandungan organik limbah yang masih tinggi, juga membuka kemungkinan lain, misalnya sebagai campuran makanan ternak. Tentunya ini memerlukan penelitian lebih lanjut, karena dari informasi penduduk setempat, usulan ini pernah dicoba dan hasil ternaknya tidak sebaik yang diberikan pakan biasa. Ini mungkin karena serat dari limbah padat tidak dapat langsung menjadi sumber karbon, karena itu mungkin diperlukan proses pengolahan seperti fermentasi supaya menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi ternak. Proses pengolahan limbah juga dapat dilakukan melalui proses pengomposan. Tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut, karena tingginya kadar selulosa dapat menjadi masalah, supaya bisa menjamin kelangsungan produksi kompos dan tentunya menjadi penghasilan tambahan bagi penduduk. Sementara penggunaan limbah cair untuk menyirami tanaman dan padi, bisa menjadi bahan penelitian lebih lanjut. Hal ini dikarenakan perilaku tersebut ternyata diduga lebih menguntungkan daripada merugikan. Perlu diketahui bahwa Desa Daleman yang membawahi dukuh Bendo dikenal sebagai salah satu sentra beras di Indonesia. Karena itu, perlu dicari lebih lanjut manfaat limbah cair bagi pertanian, sehingga diharapkan dapat mengurangi pemakaian pupuk yang memang cukup mahal bagi petani. Sebagai industri tradisional diperlukan usaha teknologi bersih untuk mengefisiensikan penggunaan air, waktu produksi dan pemakaian bahan kimia tambahan (kaporit). Usaha pengolahan air limbah menjadi salah satu alternatif sumber air baku untuk produksi. Dengan demikian usaha pengambilan air sumur dapat dikurangi. Waktu produksi sangat dipengaruhi oleh kinerja bak pengendapan pati. Modifikasi bak pengendap seperti bentuk dan penambahan plat-plat pengendap (plate settler) diperkirakan akan mempersingkat waktu pengendapan. Penambahan kaporit untuk menghilangkan warna pada pati dengan dosis yang didasarkan pada pengalaman saja harus ditinjau ulang agar diperoleh dosis optimal. Selain itu perlu dikaji manfaat penambahan kaporit dalam produksi pati aren. Dengan ditemukannya bakteri golongan fecal coliform dalam limbah cair bak pengendapan, Teknik Sipil Geodesi & Geomatika Arsitektur Teknik Lingkungan Perencanaan Wilayah & Kota Teknik Kelautan 28

santasi selama proses produksi perlu diperhatikan agar tidak terjadi kontaminasi. Perlu dicari alternatif cara pelepasan pati dari serat aren selain dengan metode penginjakan. Pustaka Hidayat, E.B., 1987, Flowering Behavior in the Sugar Palm Arrenga pinnata. Forestry Abstract, November 1990, Volme 51. No. 11, page 825. Masano, 1989, Germination of Aren (Arenga pinnata) Seed Perkecambahan Benih Aren (Arenga pinnata). Duta Rimba, Puslitbang Hutan, Bogor, Indonesia pada Forestry Abstract, Oktober 1992, Volume 5. No. 10, page 959. Teknik Sipil Geodesi & Geomatika Arsitektur Teknik Lingkungan Perencanaan Wilayah & Kota Teknik Kelautan 29