BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha, pekerja dan pemerintah. Berdasarkan data dari Bereau of

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan tenaga kerja mengalami hilangnya konsentrasi pada saat bekerja. sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

HUBUNGAN SIKAP KERJA STATIS TERHADAP NYERI BAHU PADA PEKERJA MEMBATIK TULIS DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penggunaan tembakau, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan HIV/AIDS.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. terjadinya gangguan kesehatan seperti kelelahan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. industri rumah tangga laundry. Saat ini industri rumah tangga laundry

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerjaan kita, di mana kita berada dan beraktifitas. Produktifitas dari pekerjaa kita salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin maju ini, perusahaan juga semakin pesat dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

FAKTOR ERGONOMI & PSIKOLOGI PERTEMUAN KE-4

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

UPAYA KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PINGGANG PADA PENGERAJIN BATIK TULIS DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penurunan vitalitas dan produktivitas kerja akibat gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (

BAB I PENDAHULUAN. Kelelahan merupakan masalah yang umum dialami banyak orang. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB I PENDAHULUAN. merasa resah dan takut berada di tempat-tempat umum.salah satu tempat umum

BAB I PENDAHULUAN. bawah sudah sangat umum di kalangan masyarakat, dari data populasi. pada waktu tertentu (Sambrook, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan industri kreatif

BAB 1 PENDAHULUAN. kerja, kondisi serta lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka meningkatkan


BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. 1 Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, antara lain perlu diselenggarakan upayaupaya pengembangan sumber daya manusia secara menyeluruh, terarah dan terpadu di berbagai bidang di Indonesia terutama di bidang kesehatan kerja. Dalam pelaksanaannya, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. 2 Menurut Rusman Heriawan selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta, angkatan kerja Indonesia pada Februari 2009 bertambah 1,79 juta menjadi 113,74 juta orang, terjadi penambahan 1,79 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2008 sebesar 111,95 juta orang atau 2,26 juta orang dibandingkan dengan Februari 2008 sebesar 111,48 orang. 3 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu satu tahun bertambah sebanyak 391.522 orang. Pada Februari 2008, jumlah angkatan kerja di daerah ini sebanyak 5.930.892 orang, dan pada Februari 2009 naik menjadi 6.322.414 orang. 4

Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negaranegara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. 5 Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan hanya 5-10% pekerja di negara berkembang dan 20-50% pekerja di negara industri (dengan hanya beberapa pengecualian) mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai. 6 Undang-Undang RI No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 ayat (2) menyebutkan bahwa tenaga kerja sebagai sumber daya manusia perlu terus dikembangkan, diberikan perlindungan terhadap pengaruh teknologi kerja dan lingkungan kerja. Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. 6 Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. 2 Strategi-strategi untuk meningkatkan kondisi-kondisi kerja harus diperluas agar mencakup semua pekerja, khususnya pekerja di perusahaan-perusahaan kecil dan menengah serta di sektor ekonomi informal. Soekotjo Joedoatmodjo, Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), telah melakukan kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perekonomian informal di Indonesia. Mayoritas pekerja dalam perekonomian informal adalah perempuan dan anak-anak, yang bekerja dalam kondisi kerja yang buruk dan dengan jam kerja yang tidak teratur dan upah yang rendah. 5

Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisasi (unorganized), tidak teratur (unregulated), dan kebanyakan legal tetapi tidak terdaftar (unregistered). Di negara-negara sedang berkembang, sekitar 30-70 % populasi tenaga kerja di perkotaan bekerja di sektor informal. 7 Sektor informal memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil; kepemilikan oleh individu atau keluarga, teknologi yang sederhana dan padat tenaga kerja, tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah, akses ke lembaga keuangan daerah, produktivitas tenaga kerja yang rendah dan tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dibandingkan sektor formal. 7 Para pekerja dalam perekonomian informal di Indonesia dilaporkan menderita malnutrisi (salah/ kurang gizi), penyakit-penyakit akibat parasit (misalnya cacingan), asma, alergi kulit, kanker, keracunan bahan kimia, keracunan makanan, gangguan otot dan tulang, gangguan saluran pernafasan, penyakit-penyakit kelenjar getah bening, penyakit darah, dan lain-lain. Sementara itu, risiko bahaya yang mereka hadapi di tempat kerja antara lain meliputi kebisingan, vibrasi, hawa panas, kurangnya pencahayaan, pemasangan kabel listrik tanpa mengindahkan aspek keselamatan, terhirup debu dan terkena bahan-bahan kimia berbahaya, serta ergonomik yang buruk. 5 Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja (Quality of Working Life), dan hal ini berakibat pada peningkatan produktifitas kerja dan penurunan prelavensi penyakit akibat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. 8

Faktor manusia yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kerja adalah masalah tidur, kebutuhan biologis, dan kelelahan kerja, bahkan diutarakan bahwa penurunan produktivitas tenaga kerja di lapangan sebagian besar di sebabkan oleh kelelahan kerja. 9 Pada dasarnya semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. 10 Salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah perbuatan berbahaya (unsafe action) yang terjadi karena keletihan dan kelemahan daya tubuh. 11 Kelelahan yang timbul dalam diri manusia merupakan proses terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja cepat terjadi yaitu faktor internal seperti : usia, jenis kelamin, kesehatan, pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan lain-lain dan faktor eksternal seperti : suhu, cahaya, ventilasi, kebisingan, sifat pekerjaan, postur kerja. 12 Survei di negara maju melaporkan bahwa antara 10-50% masyarakat pekerja mengalami kelelahan kerja. Kelelahan kerja dialami oleh 25% dari seluruh pekerja wanita dan 20% pekerja pria. Dengan prevalensi kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang membutuhkan pelayanan kesehatan. 13 Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Menurut Setyawati (1985) bahwa lebih dari 50% tenaga kerja dibagian dapur suatu hotel bertaraf Internasional di Yogyakarta yang datang ke balai pengobatan menderita kelelahan kerja disamping gejala umum seperti sakit kepala dan vertigo. 9 Penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan merupakan salah satu jenis usaha sektor informal. Usaha sektor informal diperkirakan mencapai 90%, dengan tenaga kerja yang lebih banyak dilakukan oleh para pekerja wanita dibandingkan tenaga kerja pria. 5 Di

dalam kegiatannya, penjahit di Pasar Petisah dalam menghasilkan produk masih menggunakan tenaga manusia dan peralatan tradisional (mesin jahit injak) dengan produk yang dihasilkan adalah baju dan celana dengan berbagai model yang sesuai dengan pesanan pelanggan. Pasar Petisah adalah salah satu pusat perbelanjaan yang ramai dikunjungi setiap harinya di Medan. Pasar Petisah terdiri dari tiga pasar di dalamnya pasar pagi tiga yang merupakan proyek lama, pasar petisah tahap satu berada pada bangunan lama dan pasar petisah tahap dua berada pada bangunan baru. Tempat menjahit pada pasar petisah berada di lantai dua yang terdiri dari 25 kios di Pasar Petisah Tahap Satu, 26 kios di Pasar Petisah Tahap Dua dan 12 kios di Pasar Pagi Tiga. Sistem kerja pada penjahit di Pasar Petisah adalah mengerjakan satuan, artinya mereka melayani perorangan, mulai dari mengukur, membuat pola, memotong, menjahit sampai proses penyempurnaan, seperti membersihkan benang, memasang kancing, menyetrika. Masing- masing kios ada yang memperkerjakan penjahit yang bagiannya khusus menjahit sampai selesai dan ada yang mereka sebut dengan istilah main tunggal, artinya pemilik yang mengerjakan semua proses produksi. Penjahit yang peneliti maksud adalah pekerja yang khusus hanya menjahit sampai selesai. Dari survei awal diketahui bahwa para penjahit di Pasar Petisah Lama Kecamatan Medan Baru Kota Medan adalah wanita. Mereka bekerja setiap hari kira-kira pukul 08.00 sampai 18.00, tetapi terkadang untuk mengejar target pesanan, beberapa dari mereka juga ada yang lembur sampai di atas pukul 22.00 atau pekerjaannya dilanjutkan di rumah. Waktu istirahat khusus tidak ada, tetapi biasanya waktu makan siang sekitar 1 jam digunakan juga untuk istirahat. Setiap hari selalu ada yang pesanan yang dijahit dan menjelang akhir tahun ini jumlahnya meningkat.

Menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan dalam posisi duduk yang sifatnya statis, berulang, dan dilakukan dalam kecepatan produksi yang tinggi 14 sehingga mengalami sikap kerja yang monoton dan kondisi tempat kerja yang tidak ergonomis seperti ruangan yang kecil dengan tempat duduk tanpa sandaran. Lingkungan kerja yang kurang baik dari segi pencahayaan dan suhu ruangan yang agak panas. Mereka juga mengalami masalah beban psikologis ketika menghadapi pelanggan dengan memesan berbagai macam model pakaian dan terkadang merasa tidak puas dengan hasil jahitan. Penjahit juga mengeluh mengalami nyeri di bagian pinggang, punggung, leher dan perih pada bagian mata yang merupakan gejala-gejala kelelahan kerja. Semua kondisi ini berisiko menimbulkan kelelahan kerja. Berdasarkan kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya bagaimana gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan umur penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 2. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan masa kerja penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 3. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan tingkat pendidikan penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 4. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan status perkawinan penjahit di Pasar Petisah Lama Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. 5. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan jumlah tanggungan penjahit di Pasar Petisah Lama Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. 6. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan lokasi kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. 7. Untuk mengetahui gambaran tingkat kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi Unit Kesehatan Kerja yang ada di Puskesmas. 2. Sebagai sarana memperdalam pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai kelelahan kerja. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya.