BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. 1 Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, antara lain perlu diselenggarakan upayaupaya pengembangan sumber daya manusia secara menyeluruh, terarah dan terpadu di berbagai bidang di Indonesia terutama di bidang kesehatan kerja. Dalam pelaksanaannya, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. 2 Menurut Rusman Heriawan selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta, angkatan kerja Indonesia pada Februari 2009 bertambah 1,79 juta menjadi 113,74 juta orang, terjadi penambahan 1,79 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2008 sebesar 111,95 juta orang atau 2,26 juta orang dibandingkan dengan Februari 2008 sebesar 111,48 orang. 3 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu satu tahun bertambah sebanyak 391.522 orang. Pada Februari 2008, jumlah angkatan kerja di daerah ini sebanyak 5.930.892 orang, dan pada Februari 2009 naik menjadi 6.322.414 orang. 4
Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negaranegara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. 5 Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan hanya 5-10% pekerja di negara berkembang dan 20-50% pekerja di negara industri (dengan hanya beberapa pengecualian) mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai. 6 Undang-Undang RI No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 ayat (2) menyebutkan bahwa tenaga kerja sebagai sumber daya manusia perlu terus dikembangkan, diberikan perlindungan terhadap pengaruh teknologi kerja dan lingkungan kerja. Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. 6 Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. 2 Strategi-strategi untuk meningkatkan kondisi-kondisi kerja harus diperluas agar mencakup semua pekerja, khususnya pekerja di perusahaan-perusahaan kecil dan menengah serta di sektor ekonomi informal. Soekotjo Joedoatmodjo, Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), telah melakukan kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perekonomian informal di Indonesia. Mayoritas pekerja dalam perekonomian informal adalah perempuan dan anak-anak, yang bekerja dalam kondisi kerja yang buruk dan dengan jam kerja yang tidak teratur dan upah yang rendah. 5
Sektor informal memiliki peran yang besar di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisasi (unorganized), tidak teratur (unregulated), dan kebanyakan legal tetapi tidak terdaftar (unregistered). Di negara-negara sedang berkembang, sekitar 30-70 % populasi tenaga kerja di perkotaan bekerja di sektor informal. 7 Sektor informal memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha yang banyak dalam skala kecil; kepemilikan oleh individu atau keluarga, teknologi yang sederhana dan padat tenaga kerja, tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah, akses ke lembaga keuangan daerah, produktivitas tenaga kerja yang rendah dan tingkat upah yang juga relatif lebih rendah dibandingkan sektor formal. 7 Para pekerja dalam perekonomian informal di Indonesia dilaporkan menderita malnutrisi (salah/ kurang gizi), penyakit-penyakit akibat parasit (misalnya cacingan), asma, alergi kulit, kanker, keracunan bahan kimia, keracunan makanan, gangguan otot dan tulang, gangguan saluran pernafasan, penyakit-penyakit kelenjar getah bening, penyakit darah, dan lain-lain. Sementara itu, risiko bahaya yang mereka hadapi di tempat kerja antara lain meliputi kebisingan, vibrasi, hawa panas, kurangnya pencahayaan, pemasangan kabel listrik tanpa mengindahkan aspek keselamatan, terhirup debu dan terkena bahan-bahan kimia berbahaya, serta ergonomik yang buruk. 5 Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja (Quality of Working Life), dan hal ini berakibat pada peningkatan produktifitas kerja dan penurunan prelavensi penyakit akibat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. 8
Faktor manusia yang sangat berpengaruh terhadap produktifitas tenaga kerja adalah masalah tidur, kebutuhan biologis, dan kelelahan kerja, bahkan diutarakan bahwa penurunan produktivitas tenaga kerja di lapangan sebagian besar di sebabkan oleh kelelahan kerja. 9 Pada dasarnya semua jenis pekerjaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. 10 Salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah perbuatan berbahaya (unsafe action) yang terjadi karena keletihan dan kelemahan daya tubuh. 11 Kelelahan yang timbul dalam diri manusia merupakan proses terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia. Banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja cepat terjadi yaitu faktor internal seperti : usia, jenis kelamin, kesehatan, pengetahuan, sikap, ketrampilan, dan lain-lain dan faktor eksternal seperti : suhu, cahaya, ventilasi, kebisingan, sifat pekerjaan, postur kerja. 12 Survei di negara maju melaporkan bahwa antara 10-50% masyarakat pekerja mengalami kelelahan kerja. Kelelahan kerja dialami oleh 25% dari seluruh pekerja wanita dan 20% pekerja pria. Dengan prevalensi kelelahan sekitar 20% diantara pasien yang datang membutuhkan pelayanan kesehatan. 13 Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Menurut Setyawati (1985) bahwa lebih dari 50% tenaga kerja dibagian dapur suatu hotel bertaraf Internasional di Yogyakarta yang datang ke balai pengobatan menderita kelelahan kerja disamping gejala umum seperti sakit kepala dan vertigo. 9 Penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan merupakan salah satu jenis usaha sektor informal. Usaha sektor informal diperkirakan mencapai 90%, dengan tenaga kerja yang lebih banyak dilakukan oleh para pekerja wanita dibandingkan tenaga kerja pria. 5 Di
dalam kegiatannya, penjahit di Pasar Petisah dalam menghasilkan produk masih menggunakan tenaga manusia dan peralatan tradisional (mesin jahit injak) dengan produk yang dihasilkan adalah baju dan celana dengan berbagai model yang sesuai dengan pesanan pelanggan. Pasar Petisah adalah salah satu pusat perbelanjaan yang ramai dikunjungi setiap harinya di Medan. Pasar Petisah terdiri dari tiga pasar di dalamnya pasar pagi tiga yang merupakan proyek lama, pasar petisah tahap satu berada pada bangunan lama dan pasar petisah tahap dua berada pada bangunan baru. Tempat menjahit pada pasar petisah berada di lantai dua yang terdiri dari 25 kios di Pasar Petisah Tahap Satu, 26 kios di Pasar Petisah Tahap Dua dan 12 kios di Pasar Pagi Tiga. Sistem kerja pada penjahit di Pasar Petisah adalah mengerjakan satuan, artinya mereka melayani perorangan, mulai dari mengukur, membuat pola, memotong, menjahit sampai proses penyempurnaan, seperti membersihkan benang, memasang kancing, menyetrika. Masing- masing kios ada yang memperkerjakan penjahit yang bagiannya khusus menjahit sampai selesai dan ada yang mereka sebut dengan istilah main tunggal, artinya pemilik yang mengerjakan semua proses produksi. Penjahit yang peneliti maksud adalah pekerja yang khusus hanya menjahit sampai selesai. Dari survei awal diketahui bahwa para penjahit di Pasar Petisah Lama Kecamatan Medan Baru Kota Medan adalah wanita. Mereka bekerja setiap hari kira-kira pukul 08.00 sampai 18.00, tetapi terkadang untuk mengejar target pesanan, beberapa dari mereka juga ada yang lembur sampai di atas pukul 22.00 atau pekerjaannya dilanjutkan di rumah. Waktu istirahat khusus tidak ada, tetapi biasanya waktu makan siang sekitar 1 jam digunakan juga untuk istirahat. Setiap hari selalu ada yang pesanan yang dijahit dan menjelang akhir tahun ini jumlahnya meningkat.
Menjahit merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan dalam posisi duduk yang sifatnya statis, berulang, dan dilakukan dalam kecepatan produksi yang tinggi 14 sehingga mengalami sikap kerja yang monoton dan kondisi tempat kerja yang tidak ergonomis seperti ruangan yang kecil dengan tempat duduk tanpa sandaran. Lingkungan kerja yang kurang baik dari segi pencahayaan dan suhu ruangan yang agak panas. Mereka juga mengalami masalah beban psikologis ketika menghadapi pelanggan dengan memesan berbagai macam model pakaian dan terkadang merasa tidak puas dengan hasil jahitan. Penjahit juga mengeluh mengalami nyeri di bagian pinggang, punggung, leher dan perih pada bagian mata yang merupakan gejala-gejala kelelahan kerja. Semua kondisi ini berisiko menimbulkan kelelahan kerja. Berdasarkan kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya bagaimana gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Kota Medan Tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan umur penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 2. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan masa kerja penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 3. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan tingkat pendidikan penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010 4. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan status perkawinan penjahit di Pasar Petisah Lama Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. 5. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan jumlah tanggungan penjahit di Pasar Petisah Lama Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. 6. Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja berdasarkan lokasi kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. 7. Untuk mengetahui gambaran tingkat kelelahan kerja pada penjahit di Pasar Petisah Kecamatan Medan Baru Tahun 2010. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi Unit Kesehatan Kerja yang ada di Puskesmas. 2. Sebagai sarana memperdalam pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai kelelahan kerja. 3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis selanjutnya.