BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD BAI BITSAMAN AJIL PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI BMT AL-FATAA ULUJAMI, PEMALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV STUDI ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI UNIT MEGA MITRA SYARI AH (M2M) BANK MEGA SYARI AH KALIWUNGU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA MENURUT FATWA. DEWAN SYARIAH NASIONAL No.

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

Mura>bah}ah oleh BMT Dana Mentari, sebagaimana diterbitkan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

A. Praktik Akad Murabahah dan Wakalah di KJKS BMT Bahtera

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II Landasan Teori

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Persyaratan dalam Mengadakan Akad Murabahah di BMT-UMY

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Bai Bitsaman Ajil Pada Pembiayaan Multiguna Di KSPPS BMT Walisongo Semarang

BAB IV ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN BSM CICIL EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI PEMALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV ANALISIS SITEM PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA KJKS BMT AMANAH USAHA MULIA MAGELANG. A. Sistem dan Prosedur Pemberian pembiayaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB III GAMBARAN BMT AL-FATAA ULUJAMI, PEMALANG. 1. Sejarah berdirinya BMT Al-Fataa Ulujami, Pemalang

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

BAB IV PEMBAHASAN APLIKASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF MOTOR PADA BMT AT-TAQWA CABANG BANDAR BUAT PADANG

BAB V PEMBAHASAN. kegiatan operasional yang berlangsung di kantor Koperasi Simpan Pinjam

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari studi banding penulis membandingkan dan menganalisa dari

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OBLIGASI TANPA BUNGA (ZERO COUPON BOND) DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB III PEMBAHASAN. Penerapan Aspek 5C dan 1S pada Pembiayaan Murabahah di KJKS. Baituttamwil Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo (PIW)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

AL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI ( ) DHYKA RACHMAENI ( )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB III HASIL PENELITIAN. yang peduli terhadap perkembangan ekonomi umat. BMT PAM merupakan

PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH UNTUK SEGMENTASI UMKM PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Pengertian, Dasar Hukum, Rukun Dan Syarat Murabahah. satunya adalah akad murabahah. Akad Murabahah sama dengan bentuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENERAPAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN PENSIUN

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV IMPLEMENTASI PRODUK PEMBIAYAAN BSM CICIL EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG ULAK KARANG PADANG

A. Mekanisme Pembiayaan KPR Muamalat ib dengan Menggunakan Akad Murabahah 1. Skema Pembiayaan KPR Muamalat ib dengan Menggunakan Akad Murabahah

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV PELAKSANANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB V ANALISIS DATA. pembiayaan. Hal ini disampaikan langsung pada sesi wawancara 28 dengan. Manajer Utama BMT Amanah Ummah, Faisal Abdul Haris, S.E.

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB III PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BALAI USAHA MANDIRI TERPADU (BMT) KUBE SEJAHTERA

METO DE PERH ITUNGAN PENENTUAN H ARGA. DI PERBANK AN SYARIAH (Studi pada PT Bank Syariah Mandiri)

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath

BAB IV IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN EMAS DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN (STUDY KASUS)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD SIMPANAN QURBAN MENJADI PEMBIAYAAN QURBAN DI KJKS DAARUL QUR AN WISATAHATI SURABAYA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD BAI BITSAMAN AJIL PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI BMT AL-FATAA ULUJAMI, PEMALANG A. Analisis penerapan Akad Bai Bitsaman Ajil Pada Pembiayaan Modal Kerja di BMT AL-Fataa Ulujami, Pemalang. 1. Analisis akad bai bitsaman ajil di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang Dalam transaksi akad bai bitsaman ajil pihak-pihak yang terlibat adalah pihak pertama yaitu BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang dan pihak kedua yaitu nasabah. Pelaksanaan akad bai bitsaman ajil dimulai dengan membaca Basmalah dan Syahadat. Dan kedua belah pihak memiliki kesadaran dan memahami seluruh isi dari akad bai bitsaman ajil. Pihak pertama memberikan pembiayaan kepada pihak kedua dan pihak kedua setuju untuk membayar pembiayaan modal kerja kepada BMT dengan cara cicilan/angsuran. 2. Analisis penerapan akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang Bai bitsaman ajil adalah pembiayaan yang diberikan untuk pembelian suatu barang yang diperlukan nasabah, dan nasabah akan membayar harga barang tersebut secara mengangsur ditambah dengan jumlah keuntungan yang telah disepakati bersama. Dari hasil wawancara langsung dengan Bapak Akroman, S.E.I penerapan akad bai bitsaman ajil di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang digunakan untuk pembiayaan modal 51

52 kerja dengan sistem pembayaran cicilan dimana pembiayaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan modal kerja untuk para nasabah. Penerapan akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang ada tambahan berupa akad wakalah (perwakilan) yang pelaksanaanya dilakukan bersamaan, dalam pembelian barang pihak BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang hanya mewakilkan kepada nasabah untuk mencari dan membeli sendiri barang yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan memajukan usaha nasabah dengan akad wakalah. Bukti pembelian barang tidak diserahkan ke BMT Al-Fataa tetapi dipegang oleh nasabah. Dalam hal ini, pihak BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang memberikan pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan harga beli barang ditambah margin keuntungan untuk dibayar oleh nasabah dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan kesepakatan antara nasabah dan BMT Al-Fataa, dengan sistem pembayaran tersebut dilakukan secara angsuran/mencicil. Penerapan akad bai bitsaman ajil, pihak BMT Al-Fataa tidak memberi surat kuasa untuk pembelian barang, tetapi ada perjanjian kontrak sebagai penjualan barang itu langsung BMT Al-Fataa menyerahkan atau mewakilkan kepada nasabah. Pembiayaan modal kerja ini lebih didasarkan atas kepercayaan antara pihak BMT Al-Fataa dengan nasabah yang melakukan pembiayaan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan akad bai bitsaman ajil di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang ada

53 perbedaan yaitu pada saat penyerahan barang. Pihak BMT Al-Fataa memberikan kepercayaan kepada nasabah untuk membeli barang sendiri. Penerapan akad bai bitsaman ajil, pihak BMT Al-Fataa tidak memberi surat kuasa untuk pembelian barang, tetapi ada perjanjian kontrak sebagai penjualan barang itu langsung BMT Al-Fataa menyerahkan atau mewakilkan kepada nasabah. Pembiayaan modal kerja ini lebih didasarkan atas kepercayaan antara pihak BMT Al-Fataa dengan nasabah yang melakukan pembiayaan. Seharusnya pihak BMT menyerahkan pembiayaan dalam bentuk barang sesuai dengana akadnya yakni jual beli. Dalam hal ini seharusnya pihak BMT membeli kepada supplier barang yang dibutuhkan nasabah, selanjutnya nasabah menerima barang yang dibutuhkan dari pihak BMT. Sebaiknya pihak BMT memberikan kuasa yang jelas dalam pembelian barang, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko penyalahgunaan pinjaman dan lebih menjaga transparansi, dalam transaksi ini seharusnya pihak BMT meminta tanda bukti pembelian kepada nasabah dengan mencantumkan harga beli dari supplier. Sehingga demikian akan diketahui berapa harga beli barang tersebut dan berapa selisih harga yang harus dibayar nasabah kepada pihak BMT. Disinilah akan diketahui keuntungan pihak BMT yakni selisish harga beli dari supplier dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada BMT.

54 3. Analisis rukun akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang Rukun akad bai bitsaman ajil dalam pelaksanaan pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Para pihak yang berakad Sebagai penjual yaitu pihak BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang dan pihak pembeli adalah nasabah yang mengajukan pembiayaan modal kerja, itu adalah struktur pada akad bai bitsaman ajil. Sedangkan struktur pada akad wakalah yang menjadi penjual adalah produsen/supplier sedangkan pembelinya adalah nasabah. Karena dalam produk pembiayaan modal kerja pada BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang tediri dari dua akad yaitu bai bitsaman ajil dan wakalah. b. Objek atau barang Yang diperjualbelikan adalah kebutuhan barang atau peralatan yang dibutuhkan nasabah dalam pengajuan berupa alat-alat untuk kebutuhan modal kerja yang tentunya haruslah barang yang halal. Objek atau barang akad pada pembiayaan modal kerja ini belum ada dan belum dimiliki oleh BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang. Objek atau barang yang di inginkan nasabah masih berada pada supplier. c. Shighat (ijab dan qabul) Ijab dan qabul ditunjukkan dengan adanya pengisian dan penandatanganan formulir aplikasi akad bai bitsaman ajil dan akad

55 tambahan wakalah antara nasabah dengan pihak BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang. d. Nilai tukar pengganti barang Sebelum terjadi akad, kedua belah pihak yaitu antara BMT Al- Fataa dan nasabah sudah sepakat mengenai harga jual. Nasabah akan membayar dengan sejumlah uang sesuai harga jual yang diberikan oleh BMT Al-Fataa dengan sistem cicilan/angsuran selama jangka waktu yang telah disepakati bersaman. 4. Analisis syarat bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang Ketentuan adanya rukun dari sebuah akad tidak terlepas oleh adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi agar tidak keluar dari ketentuan-ketentuan syariah. Adapu analisis dari syarat pelaksanaan akad bai bitsaman ajil di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang adalah sebagai berikut: a. Pihak yang berakad (BMT Al-Fataa dan nasabah) Dalam fiqh telah dijelaskan bahwa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang berakad yaitu penjual dan pembeli adalah harus seseorang yang sudah mengetahui mana yang baik dan yang buruk serta dapat dikenai hukum. Dalam hal ini, BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang adalah lembaga yang sah dan memiliki kemampuan untuk melakukan transaksi, maka BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang tersebut

56 sah sebagai penjual dalam transaksi bai bitsaman ajil pada pembiayaan mdal kerja. Sedangkan pihak pembeli yaitu nasabah disyaratkan sebagaimana yang disyaratkan diatas, maka nasabah yang bisa mengajukan pembiayaan modal kerja hanyalah nasabah yang sudah bisa dijatuhi hukuman. Dalam pelaksanaan pada pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang haruslah nasabah yang sudah memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) yang berarti harus sudah berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah. Sehingga dari persayaratan tersebut sudah membuktikan bahwa nasabah sudah memenuhi persyaratan baik secara hukum maupun secara fiqh. Dapat disimpulkan bahwa dari kedua belah pihak yaitu BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang dan nasabah sudah memenuhi persyaratan untuk melakukan akad atau transaksi bai bitsaman ajil pada pembiayaan mdal kerja tersebut. b. Syarat yang terkait ijab dan qabul Ditunjukkan dengan adanya pengisian dan penandatanganan formulir aplikasi akad bai bitsaman ajil dan akad tambahan wakalah antara nasabah dengan BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang. c. Syarat barang yang diperjual belikan Pelaksanaan bai bitsaman ajil pada pembiayaan mdal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang, kondisi barang atau objek dapat digambarkan sebagai berikut:

57 1) Barang atau objek akad pada dasarnya belum ada dan belum dimiliki oleh BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang. 2) Barang yang dipesan nasabah masih berada di supplier atau pemasok dan masih menjadi hak milik supplier atau pemasok tersebut. 3) Dengan adanya akad tambahan berupa akad wakalah (perwakilan), sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, maka BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang menjadi gugur statusnya sebagai penjual, sehingga statusnya hanya sebagai pemberi pinjaman dana. 4) Barang yang diperbolehkan dalam pembiayaan bai bitsaman ajil di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang tersebut adalah untuk pembiayaan modal kerja yang sifatnya halal. Akan tetapi dalam pengawasannya yang kurang seperti tidak adanya pelaporan hasil pembelian barang oleh nasabah, maka itu memungkinkan pembiayaan tersebut bisa keluar dari apa yang telah disepakati bersama serta bisa memungkinkan pembiayaan tersebut bisa keluar dari apa yang telah disepakati bersama serta bisa memungkinkan pembiayaan tersebut dipergunakan untuk membeli barang yang tidak sesuai dengan syariah. 5) Barang yang diperjual belikan pada pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang sangat abstrak/tidak jelas, hal ini karena proses transaksi beralih antara nasabah dengan supplier

58 atau pemasok. Sehingga memungkinkan nasabah apakah membelanjakan dana pembiayaan tersebut untuk membeli barang atau tidak, hal ini dikarenakan dimana dalam prakteknya surat/nota pembelian barang dipegang oleh nasabah sendiri dan tidak diserahkan ke BMT sebagai bukti pembelian barang. d. Syarat nilai tukar barang 1) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya. Artinya dalam pengajuan pembiayaan harga jual yang di berikan BMT Al-Fataa maupun harga beli yang diberikan ke nasabah harus jelas nominalnya. 2) Nasabah yang melakukan pembiayaan modal kerja dengan akad bai bitsaman ajil membayar pembiayaan ke BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang dengan cara cicilan/angsuran sesuai dengan jangka waktu yang disepakati bersama. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa ketentuan rukun dan syarat bai bitsaman ajil dalam fiqh muamalah maupun aplikasinya dalam BMT masih ada yang belum terpenuhi yaitu objek atau barang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rukun dan syarat akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan mdal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang belum terpenuhi dan belum sesuai dengan ketentuan syariah.

59 5. Prosedur pembiayaan modal kerja dengan akad bai bitsaman ajil di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang Prosedur pembiayaan modal kerja dengan akad bai bitsaman ajil di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang adalah sebagai berikut: a. Nasabah datang ke BMT Al-Fataa untuk mengajukan permohonan pembiayaan modal kerja dengan akad bai bitsaman ajil. b. Nasabah mengisi formulir permohonan pembiayaan dan menyerahkan syarat-syarat pengajuan permohonan pembiayaan ke BMT Al-Fataa. c. Kemudian pihak marketing BMT Al-Fataa mengadakan survey kepada nasabah yang mengajukan pembiayaan. d. Setelah direkomendasi oleh marketing, kemudian dilanjutkan rapat komite membahas mengenai pembiayaan yang telah diajukan oleh nasabah. e. Apabila menurut rapat komite permohonan pembiayaan nasabah dianggap tidak layak dan tidak memenuhi kriteria, maka semua dokumen dikembalikan ke nasabah. Tetapi apabila proses permohonan pembiayaan diterima, kemudian nasabah dan pihak BMT Al-Fataa melaksanakan akad bai bitsaman ajil dengan catatan nasabah melaksanakan administrasi diawal, yaitu: 1) Biaya administrasi 2% + Rp. 1000,- dari total pembiayaan. 2) Materai 1 lembar

60 Pada saat itu juga BMT Al-Fataa akan meminta nasabah menyerahkan agunan/jaminan. f. Setelah itu nasabah menerima dana pembiayaan yang telah diajukan untuk pembelian barang sesuai yang dibutuhkan dan diinginkan. g. Nasabah kemudian membeli barang kepada suplier/distributor sesuai yang dibutuhkan dan diinginkan, dalam pembelian barang ini BMT Al-Fataa mewakilkan kepada nasabah untuk mencari dan membeli sendiri barang yang dibutuhkan dan diinginkan dengan akad wakalah (perwakilan). h. Barang yang dibeli dari suplier/distributor dikirim ke nasabah. i. Nasabah menerima barang dan nota pembelian barang tersebut. j. Nasabah membayar ke BMT Al-Fataa dengan cara cicilan/angsuran sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. 6. Skema akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja di BMT Al- Fataa Ulujami Pemalang Berdasarkan penjelasan prosedur pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang diatas, dapat digambarkan skema sebagai berikut:

61 Gambar 4.1 Skema pembiayaan Skema akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang 1. Pengajuan permohonan BMT 2. Akad Nasabah 4. Jual beli Supplier 5. Angsuran nasabah 3. penyerahan Modal Dari gambar skema pembiayaan Skema akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang terebut, dapat dilihat adanya perubahan arus jual beli karena adanya akad tambahan (wakalah) oleh pihak BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang kepada pihak nasabah. Berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu anggota pembiayaan modal kerja yang menggunaka akad bai bitsaman ajil dengan tambahan akad wakalah yang bernama Ibu Wasti ah yang beralamatkan di Desa Mojo Rt.02/Rw.06 kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, tentang alasan mengapa tertarik melakukan pembiayaan modal kerja dengan akad bai bitsaman ajil: Ibu Wasti ah mengajukan pembiayaan pembiayaan karena membutuhkan modal untk mengembangkan dan mamajukan modal usaha dagang pelet ikan yang dikelolanya, dan dengan penerapan akad bai bitsaman ajil tersebut Ibu Wasti ah lebih merasa senang, karena dapat membeli sendiri barang yang dibutuhkan dan dapat

62 memilih sendiri kualitas pelet ikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Berikut contoh perhitungan pembiayaan modal kerja dengan akad bai bitsaman ajil: 1 Ibu Wasti ah merupakan pedagang pelet ikan (makanan ikan) di Desa Mojo Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Ia mengalami kekurangan modal sebesar Rp. 20.000.000,- untuk membeli pelet ikan (makanan ikan). Kemudian ia mengajukan permohonan pembiayaan modal kerja dengan akad bai bitsaman ajil ke BMT Al-Fataa Ulujami, Pemalang dengan margin keuntungan 2,5 % dalam jangka waktu 12 bulan. Diketahui: Harga pokok = Rp. 20.000.000,- Margin Keuntungan = 2,9 % Jangka waktu = 12 bulan Jawaban: a. Angsuran pokok Rp. 20.000.000,- : 12 = Rp. 1.666.666,- b. Angsuran margin keuntungan Rp. 20.000.000 X 2,9 % = Rp. 580.000,- + = Rp. 2.246.666,- 1 Wawancara dengan Bapak Akroman selaku marketing pembiayaan, yang dilakukan di BMT Al-Fataa Kantor Cabang Limbangan Ulujami, Pemalang. Pada tanggal 13 Oktober 2015. Pukul 14.30 WIB.

63 Jadi Ibu Wasti ah harus mengangsur ke BMT Al-Fataa sebesar Rp. 2.246.666,- perbulan + Cadangan Risiko (CR) sebesar Rp. 3.334 = Rp. 2.250.000,- perbulan. Untuk jumlah Cadangan Risiko (CR) di BMT Al-Fataa biasanya menyesuaikan. Cadangan Risiko (CR) diperoleh dari hasil pembulatan jumlah angsuran perbulan. Jadi untuk setiap pembiayaan jumlah Cadangan Risiko (CR) berbeda-beda. Rincian angsuran pembiayaan bai bitsaman ajil yang dilakukan di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang adalah sebagaimana yang tertera dalam tabel berikut ini: Tabel 4.1 Tabel Angsuran Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil PYD JK. Total Angsuran Bagi Hasil C/R Waktu Angsuran 1.000.000 12 83.333 25.000 1.667 110.000 1.000.000 18 55.556 25.000 4.444 85.000 1.500.000 12 125.000 37.500 2.500 165.000 1.500.000 18 83.333 37.500 4.167 125.000 2.000.000 12 166.667 50.000 3.333 220.000 2.000.000 18 111.111 50.000 3.889 165.000 2.000.000 24 83.333 50.000 1.667 135.000 3.000.000 12 250.000 75.000 5.000 330.000 3.000.000 18 166.667 75.000 3.333 245.000 3.000.000 24 125.000 75.000 5.000 205.000 3.500.000 12 291.667 87.500 5.833 385.000 3.500.000 18 194.444 87.500 3.065 285.000 3.500.000 24 145.833 87.500 1.667 235.000 4.000.000 12 333.333 100.000 1.667 435.000 4.000.000 18 222.222 100.000 2.778 325.000 4.000.000 24 166.667 100.000 3.333 270.000 4.500.000 12 375.000 112.500 2.500 490.000

64 PYD JK. Total Angsuran Bagi Hasil C/R Waktu Angsuran 4.500.000 18 250.000 112.500 2.500 365.000 4.500.000 24 187.500 112.500 5.000 305.000 5.000.000 12 416.667 125.000 3.333 545.000 5.000.000 18 277.778 125.000 2.222 405.000 5.000.000 24 208.333 125.000 1.667 335.000 5.500.000 12 458.333 137.500 4.167 600.000 5.500.000 18 305.556 137.500 1.944 445.000 5.500.000 24 229.167 137.500 3.333 370.000 6.000.000 12 500.000 150.000 5.000 655.000 6.000.000 18 333.333 150.000 1.667 485.000 6.000.000 24 250.000 150.000 5.000 405.000 6.500.000 12 541.667 162.500 5.833 710.000 6.500.000 18 361.111 162.500 1.389 525.000 6.500.000 24 270.833 162.500 1.667 435.000 7.000.000 12 583.333 175.000 1.667 760.000 7.000.000 18 388.889 175.000 1.111 565.000 7.000.000 24 291.667 175.000 3.333 470.000 7.500.000 12 625.000 187.500 2.500 815.000 7.500.000 18 416.667 187.500 5.833 610.000 7.500.000 24 312.500 187.500 5.000 505.000 8.000.000 12 666.667 200.000 3.333 870.000 8.000.000 18 444.444 200.000 5.556 650.000 8.000.000 24 333.333 200.000 1.667 535.000 8.500.000 12 708.333 212.500 4.167 925.000 8.500.000 18 472.222 212.500 5.278 690.000 8.500.000 24 354.167 212.500 3.333 570.000 9.000.000 12 750.000 225.000 5.000 980.000 9.000.000 18 500.000 225.000 5.000 730.000 9.000.000 24 375.000 225.000 5.000 605.000 9.500.000 12 791.667 237.500 5.833 1.035.000 9.500.000 18 527.778 237.500 4.722 770.000 9.500.000 24 395.833 237.500 6.667 640.000 10.000.000 12 833.333 250.000 1.667 1.085.000 10.000.000 18 357.143 250.000 2.857 610.000 10.000.000 24 416.667 250.000 3.333 670.000 Sumber: Dokumen BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang

65 B. Konsep akad bai bitsaman ajil Di BMT Al Fataa Ulujami, Pemalang 1. Kaidah-kaidah khusus yang berkaitan dengan bai bitsaman ajil a. Harga barang pada pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa dengan transaksi akad bai bitsaman ajil ditentukan lebih tinggi dari harga beli, ketika harga disepakati maka tidak dapat diubah lagi. b. Jangka waktu pengembalian dan jumlah cicilan ditentukan berdasarkan musyawarah dan kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang dan nasabah. Apabila nasabah tidak dapat membayar tetapt waktu sesuai yang telah disepakati, maka pihak BMT Al-Fataa akan pendekatan kekeluargaan, dengan cara mengunjungi atau silaturahmi ke nasabah yang bermasalah. Pihak BMT Al-Fataa akan melakukan penelitian tentang penyebab terjadinya kemacetan dalam mengangsur. Setelah diketahui apabila penyebabnya dikarenakan dari ketidaksengajaan maka pihak BMT Al- Fataa akan memberikan tambahan jangka waktu pelunasan. Berdasarkan penjelasan kaidah akad bai bitsaman ajil Di BMT Al Fataa Ulujami Pemalang diatas maka kaidah akad bai bitsaman ajil Di BMT Al Fataa Ulujami Pemalang sudah sesuai dengan konsep Syariah. 2. Persyaratan wajib pada pembiayaan akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja Di BMT Al Fataa Ulujami Pemalang a. Harga jual pada pembiayaan modal kerja dengan akad akad bai bitsaman ajil yang diberikan BMT Al Fataa Ulujami Pemalang adalah

66 harga beli barang ditambah margin keuntungan yang disepakati antara kedua belah pihak. b. Surat tanda bukti pembelian barang pada pembiayaan modal kerja dengan akad bai bitsaman ajil di BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang dipegang oleh nasabah, tidak diserahkan ke BMT Al-Fataa Ulujami Pemalang. c. Pembayaran pinjaman pembiayaan yang dilakukan nasabah BMT Al- Fataa Ulujami Pemalang yaitu dengan cara mencicil atau mengangsur setiap bulan tanpa harus memperlihatkan hasil usaha yang dilakukan nasabah. Berdasarkan penjelasan persyaratan pembiayaan akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja Di BMT Al Fataa Ulujami Pemalang diatas maka ada beberapa piont yang belum sesuai yaitu pada penyerahan surat bukti tanda pembelian barang dan pembayaran pembiayaan. C. Analisis Penetapan Margin Keuntungan Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil pada Pembiayaan Modal Kerja Di BMT Al Fataa Ulujami, Pemalang Penetapan margin keuntungan di BMT Al-Fataa ditentukan dalam prosentase sebesar 2,5% perbulan selama tidak memberatkan nasabah. Penetapan margin keutungan sebesar 2,5% per bulan di BMT Al-Fataa ditetapkan pada awal akad. Apabila jumlah margin keuntungan tersebut memberatkan nasabah, pihak BMT Al-Fataa dan nasabah bisa melakukan negosiasi/tawar-menawar. Jadi margin keuntungan ini bersifat fleksibel, bisa

67 berubah sesuai kesepakatan antara BMT Al-Fataa dengan nasabah sebelum akad pembiayaan dilakukan. Berdasarkan penjelasan penetapan margin keuntungan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan modal kerja di BMT Al-Fataa tersebut mengandung ziyadah (riba). Karena BMT Al-Fataa meminta margin keuntungan sebesar 2,5% perbulan dari pembiayaan yang diajukan oleh nasabah dan penetapan margin keuntungan tersebut dalam bentuk prosentase. Penetapan margin keuntungan tersebut tidak dibagi secara proposional atas dasar seluruh keuntungan karena jumlah margin keuntungan yang dibagikan atas asumsi keuntungan sudah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak BMT Al- Fataa sebesar 2,5% perbulan pada awal akad dengan kesepakatan antara nasabah dengan pihak BMT Al-Fataa. Penetapan margin keuntungan diawal akad bisa memberatkan nasabah karena keuntungan dari usaha nasabah belum diketahui. Walaupun mergin keuntungan di BMT Al-Fataa bisa dinegosiasi tetapi bisa memberatkan.