BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV PEMBAHASAN. Sidogiri mulai beroperasi pada tanggal 5 Rabiul Awal 1421 H atau 6 Juni 2000 M.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

NASKAH PUBLIKASI. PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN SISTEM SYARIAH (Studi di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. melalui paket-paket kebijakan untuk mendorong kehidupan sektor usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan kegiatan ekonomi saat ini, kebutuhan akan pendanaan pun

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

EVALUASI PENERAPAN AKUNTANSI GADAI SYARIAH (RAHN) PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MANADO

BAB IV ANALISIS HYBRID CONTRACT PADA PRODUK GADAI ib EMAS DI PT. BRI SYARIAH KCP GRESIK

BAB IV MEKANISME AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PRODUK MULIA DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. 1 Perbankan syariah. Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

1 Hadits Riwayat Muslim, didukung oleh Hadits-hadits Riwayat Bukhori dan Nasa i.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat

BAB IV ANALISA KONSEPTUAL DAN APLIKATIF GADAI EMAS (AR-RAHN) PT. BPRS BHAKTI SUMEKAR SUMENEP

BAB III IMPLEMENTASI GADAI DI PT. BANK BNI SYARIAH CABANG DHARMAWANGSA SURABAYA. bank negara Indonesia merupakan bank pertama yang didirikan dan

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan untuk menambah fungsi dari bank selain fungsi bank yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berinteraksi antara satu dengan yang lain. Masing- masing

BAB IV ANALISIS PRODUK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH PADA BMT DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN NASABAH

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

PELAKSANAAN AKAD RAHN DALAM LAYANAN GADAI DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG KALIGARANG-SEMARANG (TINJAUAN MANAJEMEN DAKWAH)

BAB II KAJIAN TEORI. Pelaksanaan Gadai dengan Sistem Syariah di Perum Pegadaian. penjagaan dan penaksiran serta dilakukan hanya sekali pembayaran.

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.bahkan sistem-sistem yang ada di

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGHITUNGAN BAGI HASIL. A. Analisis Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di PT BPR Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB I PENDAHULUAN. Pelembagaan Bisnis gadai pertama kali di Indonesia sejak Gubernur

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank atau perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan di

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah. sejak tahun 2009 dengan jumlah lebih dari 900 nasabah rahin.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Judul skripsi ini adalah ANALISIS KEBIJAKAN PERBANKAN SYARIAH DALAM PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan uraian bahasan sesuai dengan hasil penelitian, sehingga pada pembahasan ini peneliti akan mengintegrasikan hasil penelitian dengan teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data kualitatif deskriptif (pemaparan) dari data yang telah diperoleh baik melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara diidentifikasi agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dari hasil penelitian tersebut dikaitkan dengan teori yang ada dan dibahas sebagai berikut: a) pembiayaan murabahah bil wakalah dalam peningkatan usaha nasabah b) penerapan jasa rahn dalam peningkatan usaha nasabah c) faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pembiayaan murabahah bil wakalah dan jasa rahn dalam peningkatan usaha nasabah. A. Pembiayaan Murabahah Bil Wakalah dalam Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah. Dalam penelitian, peneliti mengungkap Pembiayaan Murabahah Bil Wakalah dalam Peningkatan Usaha Nasabah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa. Pertama, pembiayaan murabahah bil wakalah adalah suatu produk BMT UGT Sidogiri. BMT UGT Sidogiri ini melakukan dan menyelesaikan satu akad terlebih dahulu dan selanjutnya jika akad yang pertama telah selesai maka BMT melanjutkan akad yang kedua. Akad pertama yang diberikan BMT kepada nasabah adalah akad wakalah. Setelah barang dibeli atas nama BMT kemudian nasabah sebagai wakil dalam jual beli melaporkan kepada BMT bahwa barang tersebut telah terbeli dan dengan telah 91 terbelinya barang tersebut akad wakalah telah berakhir dan kemudian BMT melanjutkannya dengan akad murabahah dan bersepakat terkait keuntungan yang akan diambil oleh BMT dan jangka waktu angsuran yang diambil sesuai kemampuan

nasabah. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN MUI akad murabahah bil wakalah dapat dilakukan dengan syarat jika barang yang dibeli oleh nasabah sepenuhnya sudah milik lembaga keuangan syariah, kemudian setelah barang tersebut dimiliki lembaga keuangan syariah maka akad murabahah dapat dilakukan. 1 Murabahah bil wakalah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No:04/DSN- MUI/IV/2000, yaitu jika bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. 2 Dalam akad murabahah bil wakalah akad yang pertama adalah akad wakalah dan setelah akad wakalah selesai yang tandai dengan penyerahan barang kepada pihak lembaga selanjutnya adalah akad murabahah, dimana kedua belah pihak telah mengetahui harga barang dan bersepakat mengenai margin yang diambil lembaga keuangan syariah. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh hasil ke Kedua yaitu pembiayaan murabahah bil wakalah di BMT UGT Sidogiri cabang Blitar digunakan untuk dua jenis pembiayaan, yaitu pembiayaan yang bersifat konsumtif dan pembiayaan yang sifatnya produktif. Pembiayaan murabahah bil wakalah yang sifatnya produktif digunakan untuk pengembangan usaha nasabah. Adanya produk murabahah bil wakalah dapat membantu nasabah dalam meningkatkan ekonomi. Hal ini sesuai dengan manfaat murabahah bagi nasabah yang mengacu pada pendapat Muhammad bahwa murabahah merupakan salah satu alternatif bagi nasabah untuk memperoleh barang tertentu melalui pembiayaan dari bank dan dapat mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian. 3 1 DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN... hlm26 2 Ichwan Sam dan Hsanuddin, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2006), hlm. 25 3 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo, 2015), hlm. 47

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh hasil ke Ketiga yaitu Pembiayaan murabahah bil wakalah yang diterapkan BMT UGT Sidogiri memberikan kontribusi nasabah dalam meningkatkan usahanya terbukti bahwa ternak nasabah bertambah dibanding dengan sebelum memperoleh pembiayaan dan pendapatan bulanan nasabah juga semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan tujuan murabahah yaitu sebagai salah satu bentuk penyaluran dana dan memperoleh pendapatan dalam bentuk margin. 4 Dalam kaitannya dengan kecukupan dari hasil peternak meri, Bapak Saiful cukup untuk mengangsur bulanan dan untuk kebutuhan sehari-hari. Pada awalnya nasabah memelihara 500 ekor meri yang dibelinya dengan modal sendiri, dengan bantuan pembiayaan dari BMT meri bertambah menjadi 1500 ekor, dan tiap bulan menghabiskan 1 sak pakan ternak dengan harga Rp.275.000. meri yang telah dipelihara selama 1 bulan dijual dengan harga Rp.6.500 per ekor, sehingga total pendapatan Bapak Saiful 1500 ekor x Rp.6.500= Rp.9.750.000. dikurangi dengan modal Rp.7.425.000 (modal awal Rp.4500 x 500 ekor= Rp.2.250.000 ditambah modal dari BMT Rp.5.175 x 1000 ekor= Rp.5.175.000) dikurangi dengan biaya-biaya yang keluar selama pemeliharaan satu bulan Rp.275.000 untuk pakan ternak. Total bersih pendapatan Bapak Saiful serta dikurangi angsuran ke BMT: Rp.9.750.000- Rp.7.425.000-Rp.275.000- Rp.862.500 = Rp.1.187.500 Pembiayaan yang telah disalurkan dari BMT ke nasabah sudah tepat sasaran karena pihak nasabah yang sebelumnya telah lancar dalam mengangsur cicilan pembiayaan. Selain itu usaha yang dikelola oleh nasabah juga berkembang dan pendapatan nasabah juga meningkat, sehingga Dari data diatas total pendapatan bersih 4 Ibid., hlm. 47

dari Bapak Saiful per bulan adalah Rp.1.187.500. Dengan penghasilan tersebut masih tergolong cukup untuk biaya pokok sehari-hari. B. Penerapan Jasa Rahn Dalam Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah Dalam penelitian ini, peneliti mengungkap Jasa Rahn dalam Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa, Jasa Rahn adalah suatu produk BMT UGT Sidogiri dimana nasabah yang akan menggadaikan barang berupa emas akan diklarifikasi terlebih dahulu oleh pihak BMT dengan toko emas, setelah pengklarifikasian selesai maka BMT mencairkan pembiayaan tersebut. Pertama nasabah melakukan pengajuan pembiayaan dan membawa barang yang akan ditahan oleh BMT berupa emas. Setelah BMT melakukan klarifikasi barang tersebut selesai BMT melakukan akad rahn kepada nasabah dan juga penentuan upah penyimpanan barang yang ditanggung oleh rahin serta jangka waktu penahanan barang sampai hutang tersebut telah lunas. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Fatwa DSN MUI tentang rahn dimana pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 5 Rahn berdasarkan Fatwa DSN Dewan Syariah Nasional No:25/DSNMUI/III.2002 yaitu biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah. 6 Dalam jasa rahn biaya penyimpanan barang menjadi tanggungan rahin, pihak lembaga memberikan tempat sewa penyimpanan barang dengan akad ijarah. Besarnya ongkos sewa sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak atau sesuai dengan kemampuan nasabah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil yang kedua yaitu jasa rahn di BMT UGT Sidogiri cabang Blitar terdapat jasa rahn emas. Besar taksiran yang dapat 5 M. Chwan Sam, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta: Gaung Persada, 2006, hlm. 158 6 M. Chwan Sam, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta: Gaung Persada, 2006, hlm. 158

dicairkan 70%, jasa rahn sangat mudah dan cepat dalam proses pencairannya karena disini tanpa adanya monitoring terlebih dahulu terkait nasabah yang menggadaikan barang. Adanya produk jasa rahn dapat membantu nasabah dalam meningkatkan ekonomi. Hal ini sesuai dengan prinsip operasi gadai syariah: 1. Proses cepat Nasabah dapat memperoleh pinjaman yang hanya membutuhkan waktu singkat. Roses administrasi dan penaksiran dilaksanakan dalam waktu 15 menit. Selanjutnya nasabah (rahin) dapat memperoleh dana cair (marhun bih) tidak lebih dari 1 jam. 2. Mudah caranya Untuk mendapatkan pinjaman (marhun bih) nasabah cukup membawa barang yang akan digadaikan (marhun) dengan melampirkan bukti kepemilikan bila diperlukan serta melampirkan bukti identitas ke kantor penggadaian syariah. Hal dimaksud pembukaan rekening atau cara lain yang merepotkan seperti meminjam uang ke bank tidak lagi diperlukan. 3. Jaminan keamanan atas barang Penggadaian syariah juga memberikan jaminan keamanan atas barang yang diserahkan dengan standar keamanan yang telah teruji dan di asuransikan. 7 Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh hasil ketiga yaitu jasa rahn yang diterapkan BMT UGT Sidogiri memberikan kemudahan bagi nasabah dalam meningkatkan usahanya terbukti bahwa usaha fotocopy nasabah bertambah dibanding dengan sebelum memperoleh pinjaman dan pendapatan bulanan nasabah juga meningkat. Hal ini sesuai dalam bukunya Zainudin Ali yaitu Untuk mendapatkan pinjaman (marhun bih) nasabah cukup membawa barang yang akan digadaikan (marhun) dengan melampirkan bukti kepemilikan bila diperlukan serta melampirkan bukti identitas ke kantor penggadaian syariah. Hal dimaksud pembukaan rekening atau cara lain yang merepotkan seperti meminjam uang ke bank tidak lagi diperlukan. 8 7 Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, Hlm. 57 8 Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, Hlm. 57

Dalam kaitannya dengan kecukupan dari hasil usaha fotocopy Bu Rohmah cukup untuk mengangsur bulanan. Dalam jasa Rahn yang diberikan BMT kepada Ibu Rohmah yang memiliki usaha rumahan yang bersifat produktif dapat meningkatkan pendapatan dan cukup untuk mengangsur kepada pihak BMT. Namun kaitannya dengan peningkatan ekonomi masih belum maksimal karena dengan pendapatan Rp.415.000 per bulan masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Penerapan Pembiayaan Murabahah Bil Wakalah Dan Jasa Rahn Dalam Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah. Dalam penelitian di BMT UGT Sidogiri memiliki faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penyaluran pembiayaan kepada nasabah. Faktor yang menjadi pendukung penyaluran pembiayaan yaitu kelancaran nasabah dalam angsuran selain itu keadaan ekonomi yang semakin meningkat sehingga BMT UGT Sidogiri menyalurkan pembiayaan kepada nasabah yang memiliki usaha produktif. Hal ini sesuai dalam bukunya Muhammad yaitu peningkatan taraf hidup menyebabkan adanya lapangan pekerjaan di berbagai sektor, temasuk usaha kecil, di harapkan dapat menyerap tenaga kerja, baik tenaga kerja yang masih menganggur maupun semi menganggur sehingga mereka dapat menambah penghasilan guna memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. 9 Potensi usaha kecil yang yang mampu bersaing dalam ekonomi pasar sehingga dengan adanya usaha kecil mampu meningkatkan pendapatan negara hal ini sesuai dalam bukunya Teguh yaitu Melihat konstelasi usaha kecil yang banyak tersebar di pelosok tanah air, peluang usaha mereka dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas masih tetap terbuka luas. 10 9 Muhammad, Lembaga Keuangan,,, hlm 35 10 Teguh Sulistia, Aspek Hukum... hlm. 13

Selain faktor pendukung dalam penyaluran pembiayaan, BMT UGT Sidogiri memiliki faktor penghambat dalam menyalurkan pembiayaan kepada nasabah. faktor yang menjadi penghambat dalam penyaluran pembiayaan terdapat pada pelaku usaha atau nasabah, potensi yang kurang dimiliki oleh nasabah. hal ini sesuai dalam bukunya Teguh yaitu kurangnya pemasaran produk, teknologi dan sumber daya manusia di bidang teknologi, manajemen maupun kewiraswastaan dalam menghadapi pesaing usaha. 11 Penghambat penyaluran pembiayaan dalam BMT UGT Sidogiri yaitu masyarakat yang kurang faham dengan adanya produk syariah yang dikeluarkan oleh BMT UGT Sidogiri, sehingga BMT terlebih dahulu harus menjelaskan terkait akad yang akan diberikan kepada nasabah. Selain itu pihak lembaha harus berhati-hati terhadap risiko tidak terbayarnya pembayaan atau utang yang diberikan kepada nasabah. hal ini sesuai dengan risiko dalam pembiayaan yaitu Risiko tak terbayarnya utang nasabah (wanprestasi). 12 11 Ibid,. Hlm 14 12 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah... hlm. 130