BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha, yaitu sektor negara, swasta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ekonomi sekarang ini berdampak pada semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk membangun perekonomian Indonesia yaitu dengan memberdayakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

BAB I PENDAHULUAN. koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas

BAB I PENDAHULUAN. laba yang maksimal serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PERUSAHAAN SARI PUTRA MANDIRI DI BLORA

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran masyarakat yang diutamakan bukan kemakmuran orangperorang. dan perusahaan yang sesuai dengan itu ialah perusahaan,

BAB III METODE PENELITIAN. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. demikian, hal tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan yan dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

Analisis rasio keuangan. perusahaan daerah aneka karya. Kabupaten Boyolali. tahun Yulaika Dyah Iswandari F BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari perkembangan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional karena melalui pembangunan dapat dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha yang beranggotakan oleh seseorang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

ABSTRAK. Kata Kunci :Tingkat Perputaran Aktiva Lancar, Perputaran Modal Kerja, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Koperasi, Profitabilitas.

BAB I PENDAHULUAN. produksi mobil yang dirakit di Indonesia berada pada kira-kira dua juta unit. per tahun (

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatasi persoalan anggotanya. Khusus dalam bidang usaha, karena koperasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan masyarakat demi peningkatan perekonomian di Indonesia,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membangkitkan kembali elemen-elemen

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas ini, perubahan dan mobilitas keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Analisis Rasio Sebagai Dasar Penilaian Kinerja Keuangan Pada KPRI Guyub Rukun Cabang Dinas Dikpora Kecamatan Laweyan Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Didalam penelitian ini dibutuhkan data dan informasi yang sesuai dengan sifat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. paling tepat ditujukan terhadap koperasi. Undang-Undang No 17 Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. spesialisasi dalam perusahaan serta semakin banyaknya perusahaan-perusahaan. modal tersebut mengandung begitu banyak aspek.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal

BAB III METODE PENELITIAN. benar. Ini merupakan konsep matematika atau merupakan perhitungan ratio

BAB I PENDAHULUAN. telah menyebabkan banyak perusahaan yang sulit untuk mempertahankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lalu, kita dihadapkan kepada perdagangan bebas yang menimbulkan pasar yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

ANALISIS PENGELOLAAN DANA DALAM KAITAN PENCAPAIAN LABA PADA PERUM PEGADAIAN CABANG AMPENAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. suatu pengaturan terhadap sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

BAB I PENDAHULUAN. makmur maka ketiga sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagian besar perusahaan dalam mendirikan usaha memiliki tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertugas untuk

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT DUNGGIO DRILLING DI BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS SEBAGAI SALAH SATU PENGUKUR TINGKAT EFISIENSI MODAL KERJA PADA KPRI KOPENDIK WONOGIRI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada pengembangan iklim usaha yang benar-benar sehat. setempat maupun pemerintah pusat. Dalam pembangunan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana kegiatannya berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.3 Latar Belakang Penelitian

BAB II URAIAN TEORITIS. KP. Telkom Padang. Pengaruh jumlah modal sendiri (X1) terhadap SHU adalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan tersebut, sangat diperlukan manajemen yang baik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Majalengka. Objek dalam penelitian ini adalah efisiensi modal kerja yang diukur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dibutuhkan data dan informasi yang sesuai dengan sifat

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi ekonomi terdapat unsur-unsur usaha koperasi. perkoperasian menegaskan bahwa: Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisa saja berdampak terhadap kegiatan ekonomi di Indonesia. Sehingga pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menyerah untuk terus meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi domestik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat persaingan perusahaan untuk mendapatkan laba, diperlukan berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba,

BAB I PENDAHULUAN. media bagi manajer dalam sebuah perusahaan untuk mengkomunikasikan kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Nasional di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini sektor perekonomian dan industri mengalami perkembangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tata perekonomian nasional terdapat tiga sektor kekuatan penggerak ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha, yaitu sektor negara, swasta dan koperasi. Ketiga sektor tersebut diharapkan dapat bekerja sama untuk mencapai kedudukan ekonomi yang kuat dan mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Dalam undang-undang dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Selanjutnya pada penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang perorang. Berdasarkan pada penjelasan undang-undang tersebut maka badan usaha yang sesuai adalah koperasi. Koperasi sebagai salah satu dari tiga kekuatan penggerak ekonomi diharapkan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang dapat mewujudkan demokrasi ekonomi. Dalam melaksanakan cita-cita perekonomian nasional koperasi harus tampil sebagai organisasi ekonomi yang secara bersama-sama dapat menggalang kekuatan yang lebih besar untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional diharapkan menjadi pusat pelayanan kegiatan perekonomian di daerah dan dapat memegang peranan utama dalam kegiatan perekonomian. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut maka

2 peranan koperasi sangatlah penting dalam mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera sesuai dengan pancasila dan UUD 1945. Pada masa perkembangan ekonomi yang berjalan demikian cepat, pertumbuhan koperasi selama ini belum menampakkan perannya sebagai mana dimaksud dalam UUD 1945. Keberadaan koperasi saat ini sudah banyak terlupakan. Masyarakat cenderung untuk meninggalkan usaha koperasi dan tidak ada ketertarikan untuk mengelola usaha ini. Sekarang ini banyak koperasi di Indonesia yang tidak aktif. Hal ini sesuai pernyataan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Dr. Syarief Hasan yang mengatakan, "Ya jumlahnya antara 20 sampai 25 persen, karena ada sekitar 48.081 koperasi yang tidak aktif. Ia mengatakan untuk jumlah total koperasi di Indonesia sekarang ini tercatat sebanyak 192.324 koperasi. Tetapi, total jumlah koperasi yang terdata itu masih fluktuatif. (www.republika.co.id) Di Jawa Barat sendiri berdasarkan data Dinas KUMKM Jabar per April 2012, jumlah koperasi di Jabar sebanyak 23.848 unit. Dari jumlah tersebut, 14.893 diantaranya adalah koperasi aktif dan 8.955 tidak aktif. Walaupun jumlah koperasi di Jawa Barat sangat besar, hanya separuhnya yang berada dalam kondisi aktif. Bahkan, jumlah koperasi sehat dinilai jauh lebih minim, hanya 22,22% atau sekitar 5.100 unit dari 23.848 koperasi yang terdata di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) Jabar. Wakil Gubernur Jabar pada saat itu, Dede Yusuf menyatakan bahwa, Pembinaan terhadap koperasi harus terus dilakukan oleh pemerintah, baik dari sisi kelembagaan, perkuatan permodalan, maupun pemasaran, ujarnya. Namun di sisi lain, seluruh masyarakat dan gerakan

3 koperasi juga harus ikut aktif dalam menggali potensi yang ada untuk menciptakan hasil yang maksimal. Ia meyakinkan bahwa koperasi merupakan jalan keluar dari semua permasalahan ekonomi di negara ini. (www.pikiranrakyat.com) Untuk meningkatkan kualitas koperasi, diperlukan keterkaitan timbal balik antara manajemen profesional dan dukungan kepercayaan dari anggota. Mengingat tantangan yang harus dihadapi koperasi pada waktu yang akan datang semakin besar, maka koperasi perlu dikelola dengan menerapkan manajemen yang profesional serta menetapkan kaidah efektivitas dan efisiensi (http://forum.upi.edu). Pengelolaan koperasi harus disesuaikan dengan kondisi kekinian mengikuti arus perubahan yang ada namun tetap dengan berpegang pada prinsip-prinsip dasar koperasi. Tujuan koperasi harus disesuaikan dengan realita dan kondisi yang ada sehingga keberadaan usaha koperasi dapat terus bertahan mengikuti perubahan kondisi ekonomi yang ada. Tujuan koperasi yang terdapat dalam pasal 3 Undangundang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945. Meskipun demikian koperasi sebagai badan usaha harus diusahakan agar tidak menderita kerugian. Sebagai salah satu badan usaha, koperasi membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan usahanya. Dana yang

4 digunakan oleh koperasi dalam kegiatan usahanya tersebut biasa disebut dengan modal kerja. Peranan modal didalam operasional koperasi mempunyai konstribusi yang sangat penting karena tanpa modal yang cukup maka usaha koperasi tidak akan berjalan lancar. Untuk permodalan koperasi, anggota perkumpulan memberikan uang simpanan yang digunakan sebagai modal sesuai kemampuannya masingmasing. Para anggota telah sepakat secara bersama-sama memikul tanggung jawab bila perkumpulan tersebut menderita kerugian demikian pula menikmati bersama-sama segala manfaat (keuntungan) yang diperoleh bila usaha perkumpulan tersebut maju. Pada hakikatnya, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadiwidajaja (2001 :7) yang menjelaskan bahwa dalam pembagiannya modal usaha koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggotanya, koperasi lain, bank dan lembaga keuangan lainya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainya. Menurut Munawir (2007:114), dalam menjalankan sebuah aktivitas perusahaan dengan adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi perusahaan karena memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak menghadapi bahaya-bahaya yang timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebih menunjukkan dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian.

5 Sebaliknya dengan adanya ketidakcukupan dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan. Modal yang dimiliki oleh koperasi harus dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya yang artinya dalam pengelolaan modal tersebut koperasi harus memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk pemenuhan kebutuhan anggotanya. Pemanfaatan modal dalam koperasi salah satunya yaitu pembiayaan operasional usaha untuk memperoleh profit (keuntungan). Dalam pengelolaan modal atau keuangan, pihak koperasi harus mampu mengalokasikan sumber daya keuangan yang dimilikinya secara efisien untuk meningkatkan laba atau yang sering disebut Sisa Hasil Usaha (SHU). Pengelolaan modal kerja yang baik akan memberikan kontribusi bagi peningkatan laba yang diperoleh dan secara tidak langsung akan meningkatkan tingkat rentabilitas yang diperoleh koperasi. Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Bambang Riyanto, 2010 :35). Rentabilitas yang dihitung dengan membandingkan antara laba usaha dengan total aktiva disebut dengan rentabilitas ekonomi, sedangkan rentabilitas yang dihitung dengan membandingkan antara laba dengan modal sendiri disebut dengan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas merupakan angka pengukur efesiensi penggunaan modal dalam menghasilkan profit. Hal ini cukup penting karena dengan mengetahui tingkat rentabilitas maka perusahaan dapat mengambil tindakan yang tepat sedangkan dari pihak ekstern dapat mengetahui keefisienan pemanfaatan modal kerja perusahaan dalam memperoleh laba berhubungan dengan penanaman modal perusahaan, pemberian kredit untuk meningkatkan

6 usaha pertimbanganya dapat pula diketahui dari rentabilitas sehingga modal yang ditanamkan dapat terjamin. Rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan, sedangkan keuntungan (laba) yang besar belum tentu sebagai jaminan bahwa perusahaan tersebut efisien. Meskipun koperasi dapat menghasilkan laba yang besar, namun hal ini tidak menjamin tercapainya efisiensi penggunaan laba koperasi. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Berhubungan dengan rasio rentabilitas, dibawah ini ditampilkan rasio standar produktifitas koperasi yang telah ditetapkan oleh dinas koperasi: Tabel 1.1 Daftar Rasio Standar Produktifitas Koperasi menurut Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi dan UKM (Dep.Kop.PK dan M, 1997). Indikator Standar Normal Asset Turn Over Minimal 4 kali Profit Margin to Sale 4% Rentabilitas Ekonomi 8% Rentabilitas Modal Sendiri 14% Sumber: Dinas Koperasi (dalam skripsi Roni Safiani 2009 :5) Daftar rasio diatas dapat dijadikan tolak ukur apakah suatu koperasi telah bekerja secara efisien atau tidak. Ketika hasil penghitungan dari indikatorindikator diatas berada di bawah standar normal berarti tingkat produktifitas suatu koperasi dinilai rendah. Dan ketika suatu produktifitas dikatakan rendah berarti dapat disimpulkan bahwa koperasi tersebut mengalami suatu masalah dalam pengelolaannya. Agar koperasi dapat terus bertahan secara berkelanjutan maka

7 koperasi harus berusaha untuk dapat mencapai standar normal dari indikatorindikator produktifitas tersebut. Pada setiap koperasi tingkat rentabilitas tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, kadangkala mengalami peningkatan dan kadang mengalami penurunan. Berikut ini ditampilkan data rentabilitas pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) yang berada di Kabupaten Majalengka. Rentabilitas yang diperhitungkan dalam skripsi ini adalah rentabilitas ekonomi. Rentabilitas ekonomi dipilih karena dalam rentabilitas ini yang diperhitungkan adalah laba usaha dengan keseluruhan modal yang ada didalam koperasi, baik itu modal sendiri dan juga modal asing. Tabel 1.2 Perbandingan Tingkat Rentabilitas Ekonomi pada KPRI di Majalengka (%) Nama Koperasi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 KPRI Motekar 0,77 3,21 2,39 2,24 1,98 2,23 KPRI KKP 11,21 11,70 11,74 10,80 11,17 11,43 KPRI Bina Atikan 7,09 6,58 6,42 5,67 4,42 4,41 KPRI PRT 11,06 10,31 10,57 10,99 10,56 11,65 KPRI Winaya Bakti 5,00 4,80 5,22 5,46 1,51 2,80 Sumber: Laporan Pelaksanaan RAT Koperasi Tahun Buku 2007-2012, terdapat di Dinas UKM dan Koperasi Majalengka (data diolah kembali) Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI yang ada di Majalengka sangat beragam. Pada KPRI Motekar dan KPRI Bina Atikan nilai rentabilitas ekonomi memiliki kecenderungan menurun, namun pada KPRI KKP, KPRI PRT dan KPRI Winaya Bakti nilai rentabilitas memiliki kecenderungan meningkat. Nilai rentabilitas ekonomi tertinggi dicapai oleh KPRI

8 KKP dengan nilai rentabilitas ekonomi sebesar 11,17% dan nilai rentabiltas ekonomi terendah dicapai oleh KPRI Motekar sebesar 0,77%. Apabila dibandingkan dengan standar produktifitas koperasi sperti yang tertera pada tabel 1.1 dimana nilai rentabilitas ekonomi standar yang ditetapkan sebesar 8%, maka KPRI Motekar, KPRI Bina Atikan dan KPRI Winaya Bakti berada dibawah standar produktifitas koperasi sedangkan KPRI KKP dan KPRI PRT telah memenuhi aturan standar rentabilitas ekonomi koperasi dimana nilainya berada diatas 8%. Untuk lebih jelasnya, kondisi ini digambarkan dalam grafik berikut ini: Perbandingan Tingkat Rentabilitas pada KPRI di Majalengka KPRI KKP KPRI PRT KPRI Bina Atikan KPRI Winaya Bakti KPRI Motekar Gambar 1.1 Grafik Perbandingan Tingkat Rentabilitas Ekonomi pada KPRI di Majalengka Tahun Buku 2007-2012 Berdasarkan grafik dan penjelasan sebelumnya dapat dilihat bahwa KPRI Motekar memiliki nilai rentabilitas paling rendah dibandingkan KPRI lainnya.

9 Nilai rentabilitas ekonomi KPRI Motekar dalam enam tahun terakhir memiliki kecenderungan menurun dimana KPRI Motekar mencapai titik terendah rentabilitas ekonomi pada titik 0,77% dan titik tertingginya hanya mencapai nilai 3,21% yang masih jauh berada dibawah standar rentabilitas ekonomi koperasi sebesar 8%. Meskipun pada satu tahun terakhir, 2012, KPRI Motekar mampu meningkatkan nilai rentabilitas ekonominya, namun peningkatan tersebut tidaklah begitu besar dibandingkan peningkatan pada tahun 2008. Dengan kondisi tersebut maka KPRI Motekar membutuhkan pengelolaan manajemen yang lebih baik dibandingkan KPRI lainnya. KPRI Motekar Majalengka merupakan bagian dari Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI). Pertama kali didirikan pada tahun 1970 koperasi ini bernama Koperasi Guru Karyawan Majalengka (KGKM). Kemudian pada tahun 1997 berganti nama menjadi Koperasi Karyawan dan Koperasi Guru Majalengka (KKGM). Dan pada tahun 1998 koperasi ini berganti nama menjadi KPRI Motekar Majalengka hingga saat ini. KPRI Motekar Majalengka bergerak pada unit niaga dan unit simpan pinjam. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi rentabilitas ekonomi pada KPRI Motekar berikut ini disajikan tingkat rentabilitas ekonomi yang dihitung berdasarkan perbandingan antara laba usaha (SHU) dengan keseluruhan modal, dimana modal yang dimaksud adalah keseluruhan total aktiva:

10 Tabel 1.3 Tingkat Rentabilitas Ekonomi KPRI Motekar Majalengka Periode 2007-2012 Tahun Total Aktiva Laba Usaha (SHU) Rentabilitas Ekonomi 2007 1.826.306.861,85 14.144.635,00 0,77 % 2008 2.122.611.538,85 68.117.132,00 3,21 % 2009 2.567.691.078,53 61.394.712,00 2,39 % 2010 2.933.218.678,45 65.621.940,30 2,24 % 2011 3.516.626.782,45 69.750.000,00 1,98 % 2012 3.813.399.358,45 88.806.931,00 2,33 % Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KPRI Motekar Majalengka Tahun Buku 2007-2012 (data diolah kembali) Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI Motekar Majalengka mengalami fluktuasi dengan kecenderungan mengalami trend menurun. Pada tahun 2008 rentabilitas mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2009 sampai tahun 2011 rentabilitas mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 2012, nilai rentabilitas kembali menglami peningkatan namun peningkatannya tidaklah sebesar ditahun 2008. Perkembangan rentabilitas ekonomi disajikan pula dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:

11 Tingkat Rentabilitas Ekonomi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Gambar 1.2 Grafik Tingkat Rentabilitas Ekonomi KPRI Motekar Majalengka Periode 2007-2012 Dalam enam periode terakhir rentabilitas ekonomi KPRI Motekar Majalengka terus mengalami trend penurunan dan nilainya berada dibawah standar normal profitabiltas koperasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa dalam koperasi tersebut terdapat suatu masalah dan apabila keadaan ini dibiarkan maka seluruh kegiatan ekonomi koperasi akan terganggu bahkan mungkin terhenti. Melihat kondisi tersebut, maka dibutuhkan suatu pengelolaan manajemen modal yang baik agar modal yang ada dapat terkelola secara efisien sehingga kegiatan operasional koperasi dapat terus berjalan. Pengelolaan modal kerja yang efisien artinya dalam penggunaan modal kerja tidak perlu berlebihan dan tidak pula kekurangan. Modal kerja yang terlalu besar memungkinkan terjadinya idle fund (dana yang menganggur). Ketika hal ini

12 terjadi maka akan mengakibatkan inefisiensi, demikian sebaliknya ketika modal kerja yang ada terlalu kecil maka kegiatan operasional koperasi akan terganggu. Efisiensi modal kerja dalam Roni Safiani (2009 :25) merupakan pemanfaatan modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan secara optimal sehingga mampu meningkatkan kemakmuran bagi perusahaan itu sendiri. Bambang Riyanto (2010 :4-5) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan dana secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut atau rentabilitas. Untuk dapat menentukan jumlah modal kerja yang efisien, dapat dilakukan melalui pengukuran elemen-elemen modal kerja. Elemen-elemen tersebut adalah kas, piutang dan persediaan. Selain menggunakan pengukuran elemen-elemen modal kerja tersebut, efisiensi modal kerja dapat pula diukur dengan rasio yang biasa disebut return on working capital. Rasio ini membandingkan antara laba operasi (operating income) dengan total aktiva lancar (current assets). Dari pengertian efisiensi yang diungkapkan oleh Horngren (2003 :503) bahwa efisiensi merupakan perbandingan yang optimum antara masukan dengan pengeluaran, maka modal kerja dikatakan efisien jika input lebih kecil daripada output. Input dalam rasio ini adalah aktiva lancar, sedangkan output adalah laba usaha (SHU). Rasio tersebut menggunakan modal kerja bruto dalam perhitungannya, dan bukan modal kerja neto. Modal kerja bruto itu sendiri menurut Munawir (2007 :114) adalah aktiva lancar. Berikut ini disajikan tingkat return on working capital dari KPRI Motekar periode 2007-2012:

13 Tabel 1.4 Tingkat Return on Working Capital KPRI Motekar Majalengka Periode 2007-2012 Tahun Total Aktiva Lancar Laba Usaha (SHU) Return on Working Capital 2007 1.647.001.311,85 14.144.635,00 0,009 2008 1.955.700.988,85 68.117.132,00 0,035 2009 2.392.539.528,53 61.394.712,00 0,026 2010 2.748.039.628,45 65.621.940,30 0,024 2011 3.324.265.432,45 69.750.000,00 0,021 2012 3.616.483.008,45 88.806.931,00 0,025 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan KPRI Motekar Majalengka Tahun Buku 2007-2012 (data diolah kembali). Dari data yang disajikan dapat dilihat bahwa tingkat return on working capital KPRI Motekar Majalengka setiap tahunnya terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008 tingkat return on working capital meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan dalam periode 2009-2011, tingkat return on working capital terus mengalami penurunan. Pada 2012 return on working capital kembali meningkat namun peningkatannya tidak sebesar ditahun 2008. Apabila disajikan dalam bentuk grafik maka tingkat return on working capital akan terlihat seperti gambar berikut:

14 Chart Title 2007 2008 2009 2010 Gambar 1.3 Grafik Tingkat Return on Working Capital KPRI Motekar Majalengka Periode 2007-2012 Tingkat return on working capital yang rendah ini mengindikasikan bahwa penggunaan modal kerja pada KPRI Motekar Majalengka tidak efisien. Dikatakan demikian karena setiap tahunnya total input yaitu aktiva lancar nilainya selalu lebih besar daripada laba usaha (SHU) sebagai output. Perusahaan yang mempunyai modal lebih besar lazimnya akan memperoleh laba yang besar pula daripada perusahaan yang mempunyai modal lebih sedikit. Meskipun demikian, ada kemungkinan perusahaan yang mempunyai modal lebih kecil adalah lebih efisien daripada perusahaan yang mempunyai modal lebih besar tersebut. Munawir (2007: 114) menyatakan bahwa modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang

15 telah disia-siakan. Sebaliknya, adanya ketidakcukupan maupun miss management dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi Modal Kerja terhadap Rentabilitas pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Motekar Majalengka. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Peranan modal didalam operasional koperasi mempunyai konstribusi yang sangat penting karena tanpa modal yang cukup maka usaha koperasi tidak akan berjalan lancar. Pengalokasian modal yang dimiliki koperasi harus dilakukan seefisien mungkin agar modal koperasi tersebut dapat meningkatkan laba usaha koperasi atau yang lebih dikenal dengan Sisa Hasil Usaha (SHU). Laba yang besar bukanlah suatu jaminan koperasi telah berhasil mencapai efisiensi laba. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir laba usaha (SHU) di KPRI Motekar Majalengka cenderung mengalami peningkatan namun tingkat rentabilitas yang dihasilkan mengalami kecenderungan penurunan. Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Bambang Riyanto, 2010 :35). Rentabilitas ekonomi

16 didalam koperasi digunakan untuk mengetahui kemampuan total aktiva dalam menghasilkan laba setelah dikurangi pajak dan bunga (Neti Budiwati & Lizza Susanti, 2010 :143). Menghitung tingkat rentabilitas adalah lebih penting daripada menghitung berapa laba yang didapat. Hal ini sesuai dengan pernyaataan Munawir (2007 :33) yang menyatakan bahwa rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. Modal kerja yang melebihi kebutuhan sebenarnya akan menimbulkan inefisiensi dalam koperasi karena adanya dana yang menganggur dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat rentabilitas koperasi. Dana yang ada menjadi tidak produktif karena peningkatan jumlah aktiva usaha tidak sebanding dengan peningkatan laba. Perolehan laba usaha (SHU) yang besar belum tentu dapat dikatakan bahwa modal kerja yang ada digunakan secara efisien. Oleh karenanya, maka koperasi harus mengusahakan agar modal kerja yang ada terkelola secara efisien sehingga tingkat rentabilitas dapat berada di nilai yang tinggi. Efisiensi modal kerja adalah pemanfaatan modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan secara optimal sehingga mampu meningkatkan kemakmuran bagi perusahaan itu sendiri. Bambang Riyanto (2010 :4-5) menyatakan bahwa efisiensi penggunaan dana secara langsung akan menentukan besar kecilnya tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut atau rentabilitas. Efisiensi modal kerja dapat diukur dengan rasio yang disebut return on working capital. Rasio ini membandingkan antara laba operasi (operating income) dengan total aktiva lancar (current assets). Modal kerja dikatakan efisien

17 jika input lebih kecil daripada output. Input dalam rasio ini adalah aktiva lancar, sedangkan output adalah laba usaha (SHU). Semakin tinggi tingkat rasio return on working capital maka semakin efisien modal kerja yang ada di dalam koperasi. Semakin efisien modal kerja yang ada maka diharapkan laba usaha koperasi pun akan meningkat dan sekaligus dapat meningkatkan tingkat rentabilitas ekonominya. Berdasarkan alasan yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian dengan berfokus pada pengaruh efisiensi modal kerja yang dihitung dengan rasio return on working capital terhadap tingkat rentabilitas yang dihitung dengan indikator rentabiltas ekonomi. 1.2.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dijabarkan, peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana gambaran tingkat efisiensi modal kerja pada KPRI Motekar Majalengka. 2. Bagaimana gambaran tingkat rentabilitas pada KPRI Motekar majalengka. 3. Bagaimana pengaruh efisiensi modal kerja terhadap rentabilitas pada KPRI Motekar Majalengka. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini mengacu kepada rumusan masalah yang telah diutarakan diatas, yaitu:

18 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat efisiensi modal kerja pada KPRI Motekar Majalengka. 2. Untuk mengetahui gambaran tingkat rentabilitas pada KPRI Motekar Majalengka. 3. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi modal kerja terhadap rentabilitas pada KPRI Motekar Majalengka. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Kegunaan Teoritis Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang dapat menambah pengetahuan di bidang manajemen, khususnya manajemen keuangan yang membahas mengenai pengelolaan koperasi terutama rentabilitas ekonomi koperasi. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menganalisis masalah di koperasi sebagai objek yang diteliti dan untuk menerapkan ilmu dan teoriteori yang telah didapatkan selama perkuliahan sehingga dapat memanambah wawasan, pengalaman, juga memperoleh gambaran yang jelas sejauh mana tercapai keselarasan antara pengetahuan secara teoritis dan praktiknya.

19 b. Bagi KPRI Memberikan sumbangan informasi mengenai kondisi rentabilitas koperasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat membantu dalam hal pengambilan keputusan dan sebagai bahan pertimbangan untuk dapat mengelola lebih baik modal koperasi yang ada sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja koperasi. c. Bagi Pembaca Menjadi bahan referensi dan memberikan tambahan informasi bagi penelitian selanjutnya dalan tema yang sama.