BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Resty Rachmawati, 2013

Bab 1. Pendahuluan. Kalau kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup, kita akan kalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan secara teratur, terus menerus, dan berkelanjutan. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan manusia dalam pergaulan sehari-hari dan dalam mencapai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Dengan demikian, pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

38. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang dapat disampaikan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Tarigan, 1994:4). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Alwasilah (2012:43)

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Usia anak-anak adalah salah satu periode yang tepat untuk belajar bahasa. Masa anakanak

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari yakni

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB 1 PENDAHULUAN. bahkan perasaan dari seseorang kepada orang lain. Dengan bahasa pula dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang profesional. Salah satu syarat untuk mencapainya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

42. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

: SMA NEGERI 1 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai penjuru dunia. Oleh karena itu bahasa asing selain bahasa Inggris

36. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. sosial, emosional peserta didik juga merupakan penunjang keberhasilan

I. PENDAHULUAN. mengungkapkan gagasan dan perasaan, dan memahami beragam nuansa makna.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional diarahkan (1) untuk mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK TUNARUNGU USIA 7-10 TAHUN ( STUDI KASUS PADA TINA DAN VIKI )

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia terus melakukan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional peserta didik dalam mempelajari semua bidang studi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk. ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan kegiatan integral antara pelajar dan guru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. item jawaban pertanyaan penelitian sebelumnya untuk mendapatkan hasil jawaban

BAB I PENDAHULUAN. dan global. Maka, untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. Untuk itu pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik untuk mampu mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam bab ini peneliti akan memberikan penjelasan tentang : tujuan. maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak

Peningkatan Penguasaan Vocabulary Teks Deskriptif melalui Pendekatan Scientific dengan Model Guide Inquiry pada Siswa SMPN 1 Besuki.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari adalah komunikasi.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

DAFTAR ISI. Purnama Sari Sirait, 2015 PENGGUNAAN METODE RESPON FISIK TOTAL DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BAHASA PERANCIS

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 33 Ayat 3 tentang Bahasa Pengantar, bahasa asing dapat

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : X s/d XII / 1-2

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Apabila menguasai keempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

INOVASI PEMANFAATAN MEDIA FILM UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN LISTENING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan siswa dalam membaca, merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Inggris yang dianggap sebagai bahasa dunia, dimana bahasa ini dipakai hampir di seluruh negara sebagai bahasa penghubung antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Tentu saja untuk mempermudah komunikasi antara dua bahasa yang berbeda. Oleh karena itu semua orang sangat antusias untuk bisa berbahasa inggris. Orang yang bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar akan diperlukan oleh perusahaan-perusahaan maupun lembaga-lembaga penting. Oleh karena itu, dalam era globalisasi seperti ini bahasa Inggris seakan-akan menjadi bahasa yang wajib dikuasai untuk mengikuti perkembangan zaman. Bahasa merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dan memiliki peran sentral, khususnya dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional seseorang dan dalam mempelajari semua bidang studi. Bahasa diharapkan bisa membantu seseorang, dalam hal ini adalah peserta didik untuk mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, menemukan serta menggunakan kemampuan-kemampuan analitis dan imaginative dalam dirinya. Tidak bisa dipungkiri bahwa penguasaan kosakata yang memadai dan dalam jumlah yang besar memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Begitu pula dengan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Jika perbendaharaan kata sedikit, kemampuan berbahasa juga akan terhambat. Anak tunarungu punya hak yang sama untuk melakukan berbagai kegiatan dalam hidupnya. Mereka mempunyai hak untuk bersaing bersama anak-anak lainnya. Jika tidak, mereka akan semakin terkucilkan.

Masyarakat sudah menilainya dengan anak yang mempunyai hambatan pendengaran, dan jangan sampai anak-anak ini tidak memiliki keahlian. Anak-anak ini harus mampu mengikuti perkembangan zaman agar hidup mereka bisa lebih baik. Anak tunarungu juga perlu menguasai bahasa asing. Salah satunya bahasa Inggris yang kini dianggap sebagai bahasa dunia. Dimana semua orang hampir mempelajari bahasa ini. Sudah suatu keharusan pula bagi mereka untuk bisa berbahasa Inggris. Supaya mereka mempunyai bekal kemampuan khusus untuk bisa bersaing dengan anak-anak lainnya. Kemampuan berbahasa Inggris dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penguasaan vocabulary atau kosa kata. Kosa kata mempuanyai peranan yang cukup penting dalam kemampuan berbahasa seseorang. Kemampuan berbahasa tidak luput dari penguasaan kosakata. Semakin banyak kosakata yang dikuasai, semakin mempermudah seseorang untuk berbahasa. Namun vocabulary bukan satu-satunya indikator kemampuan berbahasa inggris seseorang. Namun, banyak yang kurang tepat dalam pembelajaran bahasa Inggris saat ini terutama di sekolah-sekolah umum apalagi sekolah luar biasa. Seringkali guru atau pengajar tidak serius dalam mengajarkan bahasa Inggris. Dalam pemahaman bahasa Inggris, vocabulary menjadi hal yang sangat penting. Namun menjadi salah kaprah ketika guru hanya mengajarkan vocabulary saja. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah pun terkesan sangat monoton dan membosankan bagi anak. Anak hanya sering ditugaskan untuk menterjemahkan kata atau kalimat dari bahasa Inggris atau sebaliknya. Pengajaran seperti itu tidak terlalu membawa banyak perubahan pada kemampuan berbahasa Inggris anak, apalagi untuk anak tunarungu. Anak akan hanya mengetahui arti dari kata yang mereka terjemahkan namun tidak akan mengerti arti yang sebenarnya dari sebuah

kata, menggunakannya dalam sebuah tenses, ataupun akan kesulitan mengaplikasikannya dalam berkomunikasi bahasa Inggris. Terlebih lagi pembelajarannya yang tidak menarik menjadikan bahasa Inggris dianggap membosankan oleh siswa. Padahal begitu pentingnya bahasa Inggris untuk zaman sekarang ini. Kurikulum bahasa Inggris untuk anak tunarungupun khususnya kelas X, disamakan dengan anak-anak pada umumnya. Yaitu mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan dan tulis untuk mencapai tingkat literasi informational, memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang keterkaitan antara bahasa dengan budaya. Melihat tuntutan berbahasa inggris anak tunarungu berdasarkan kurikulum yang ada tentu menjadi sangat berat untuk mencapainya, mengingat untuk mempelajari bahasa ibu (bahasa Indonesia) saja masih sangat sulit. Bisa dibayangkan bagaimana anak tunarungu mengejar keterlambatannya untuk mencapai kurikulum yang seperti disebutkan tadi dengan kondisi pembelajaran yang tidak mendukung. Peneliti telah melakukan asesmen awal pada anak kelas X tingkat SMA di sekolah luar biasa dan hasilnya buruk. Rata-rata anak hanya mampu menyelesaikan tigapuluh soal dari lima puluh soal dalam waktu dua jam dan hanya sepuluh soal yang dijawab dengan benar. Soal asesmen disesuaikan dengan kurikulum dan SK KD yang berlaku. Anak sangat kebingungan dengan soal yang diberikan, padahal asesmen dirancang mengacu pada SK KD yang harusnya sesuai dengan kemampuan anak. Namun hasil asesmen ini semakin meyakinkan peneliti bahwa tekhnik pengajaran bahasa Inggris yang dilakukan di sekolah luar biasa saat ini, tidak membantu banyak pada kemampuan berbahasa Inggris anak.

Juga berdasarkan wawancara pada siswa, bahwa rata-rata siswa menyebutkan bahwa bahasa Inggris tidak terlalu menarik. Mengingat bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dan tatanan bahasa yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Siswa juga mengemukakan bahwa ketika pembelajaran berlangsung, guru seringkali memberikan tugas yang tidak dimengerti siswa, namun harus dikerjakan tanpa bimbingan guru. Dari hasil tes, wawancara dan observasi yang telah dilakukan peneliti mengemukakan bahwa ada kemungkinan dalam mengerjakan soal asesmen, siswa tidak mengerti sama sekali mengenai soal yang diberikan. Karena dari limapuluh soal anak mampu mengerjakan tigapuluh soal dan hanya rata-rata menjawab sepuluh soal yang betul dalam dua jam. Dalam proses menjawab pun, terlihat hampir seluruh siswa terlihat gelisah dan berusaha berkomunikasi dengan temannya untuk menanyakan jawabannya. Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena jika melihat SK KD yang harus dicapai siswa, hasil belajar siswa masih jauh dalam pencapaian SK KD tersebut. Sebenarnya, orangtua dahulu tidak mengajarkan bahasa Indonesia dengan mengenalkan kata dengan per satu kata. Namun dengan bahasa komunikasi, yang menyeluruh. Begitupula dengan bahasa Inggris. Banyak penelitian membuktikan bahwa mempelajari bahasa tidak bisa hanya dari satu aspek, misalkan belajar vocabulary dan tenses saja. Kita harus belajar bahasa Inggris seperti kita belajar berbahasa Indonesia sejak kecil. Story telling adalah kegiatan bercerita dengan menggunakan bahasa Inggris. Metode ini tidak hanya mengandalkan vocabulary baru namun mengenalkan tenses sekaligus. Dimana nantinya anak akan mengerti situasi dan kondisi suatu peristiwa dengan mengikuti jalan atau alur dari sebuah cerita, dengan menggunakan tenses dan tepat dan juga memperkaya vocabulary anak.

Menurut Richards J dalam bukunya Approaches and Methods in Language Teaching, TPR didefinisikan a language teaching method built around the coordination of speech and action: it attempts to teach language through physical (motor) activity. Jadi metode TPR (Total Physical Response) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action); dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor). Jika ditelaah lebih lanjut metode TPR Storytelling ini mempunyai kesamaan dengan KOMTAL (komunikasi total). Dimana komunikasi dibangun dengan mengoptimalkan seluruh kemampuan anak. Baik dengan mimik, gerakan, isyarat juga intonasi. Metode ini memungkinkan bagi siswa tunarungu untuk memakai metode pembelajaran ini. Karena metode ini tidak hanya mengandalkan kemampuan mendengar (listening) namun juga gerakan tubuh (gesture) juga bahasa ujaran. Disini siswa akan dilatih keterampilan menyimak cerita lewat bahasa ujaran dan dibantu dengan aktivitas gerak, mimik dan intonasi yang dihasilkan dari sebuah story. Dan tentu saja akan menambah kemampuan vocabulary siswa. Disini peneliti bermaksud mengajarkan tekhnik mempelajari bahasa inggris dengan metode TPR story telling yang tidak hanya mengajarkan vocabulary saja. Anak akan dibawa pada komunikasi seperti orang normal pada umumnya dengan menggunakan bahasa Inggris. Metode ini akan membawa anak pada komunikasi yang unik tanpa meninggalkan kebutuhan anak sebagai anak yang mempunyai hambatan dalam pendengaran. Disini body language digunakan untuk membaca komunikasi seseorang dalam awal percakapan. Dengan kemampuan awal yang dikuasai anak dikarenakan penguasaan bahasa mereka tidak sama

dengan anak-anak pada umumnya. Oleh karena itu metode ini akan disesuaikan dengan kemampuan awal anak. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan membaca ujaran, diantaranya: Perkembangan Intelegensi, sangat berpengaruh terhadap pembentukan konsep. Konsep merupakan kemampuan mental individu dalam menginterpretasikan objek atau pengalaman. Kurangnya mengekslporasi informasi dari luar yang berbentuk bahasa melalui reseptif auditory dikarenakan ketidakberfungsian organ-organ pendengaran menyebabkan kurang berkembangnya intelegensi pada anak tunarungu, terutama dengan yang berkaitan kemampuan berfikir abstrak. Kondisi dan motivasi belajar bahasa Inggris, bahasa asing sering dianggap sulit oleh anak tunarungu. Bahasa kedua sering mereka sepelekan karena menurut anak, bahasa pertama atau bahasa Indonesia saja sudah sangat sulit untuk dipelajari. Bahasa Sunda ataupun Bahasa Inggris akan sangat sulit mereka pelajari apabila tidak menggunakan pendekatan dan metode yang baik. Kemampuan bahasa inggris anak tunarungu rendah, rendahnya kemampuan berbahasa Inggris anak tunarungu tidak lepas dari berbagai faktor. Seperti pada faktor yang sebelumnya telah dijelaskan, bahwa motivasi belajar bahasa asing anak tunarungu sangat rendah. Karena mereka menganggap bahasa asing itu sangat sulit. Ditambah dengan pendekatan dan metode yang digunakan guru kurang mampu menunjang kemampuan belajar bahasa Inggris anak tunarungu. Metode pembelajaran, merupakan bagian dari strategi kegiatan, metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk

mencapai tujuan kegiatan secara efektif. Di sekolah luar biasa pembelajaran bahasa Inggris hampir disamakan dengan sekolah umum. Padahal pembelajaran bahasa asing apalagi untuk tunarungu seharusnya menyajikan metode yang secara khusus dapat mengakomodir kemampuan anak yaitu dengan metode TPR (Total Physical Response) Storytelling. C. Batasan Masalah Berdasarkan banyak faktor yang dapat mengurangi kurangnya kemampuan bahasa Inggris pada siswa tunarungu, maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh TPR Story Telling dalam upaya meningkatkan perbendaharaan kata kerja siswa. D. Rumusan Masalah Menurut Nazir rumusan masalah (1983:143) adalah sebagai titik tolak penelitian dalam rumusan hipotesis penelitian. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh metode Total Physical Rexponse Storytelling terhadap perbendaharaan kata kerja bahasa Inggris pada siswa tunarungu tingakat SMA kelas X? Pertanyaan penelitian diuraikan sebagai berikut : 1. Bagaimana perbendaharaan kata kerja bahasa Inggris anak tunarungu sebelum diberikan treatment melalui metode TPR Storytelling? 2. Bagaimana perbendaharaan kata kerja bahasa Inggris anak tunarungu sesudah diberikan treatment melalui metode TPR Storytelling?

3. Apakah kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode TPR Storytelling terhadap perbendaharaan kata kerja untuk siswa tunarungu dalam penelitian ini? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Secara Umum Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh metode TPR Storytelling dalam meningkatkan perbendaharaan kata kerja siswa tunarungu tingkat SMA kelas X. b. Secara Khusus Subjek penelitian dapat meningkatkan perbendaharaan kata kerja bahasa Inggris siswa. 2. Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru untuk meningkatkan perbendaharaan kata kerja bahasa Inggris anak tunarungu. b. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Pendidikan Khusus tentang pengaruh metode TPR Storytelling untuk meningkatkan perbendaharaan kata kerja bahasa Inggris pada anak tunarungu.