Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif kronik yang dilakukan mastoidektomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

POLA KUMAN DAN UJI KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA PENDERITA OTITIS EKSTERNA DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSU PROF. DR. R. D.

YASINTA DIAN PERMATANINGTYAS K

Keywords : P. aeruginosa, gentamicin, biofilm, Chronic Supurative Otitis Media

ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006

SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN SEPSIS DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

SENSITIVITAS BAKTERI Staphylococcus aureus HASIL ISOLASI SPUTUM PENDERITA ISPA DI PUSKESMAS KEMBARAN I KABUPATEN BANYUMAS TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah suatu. infeksi kronis pada telinga tengah yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012.

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan. suatu kondisi di mana terjadi peradangan pada mukosa

IDENTIFIKASI DAN UJI KEPEKAAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA SEKRET TELINGA PENDERITA OTITIS MEDIA DI POLIKLINIK THT RSUD

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

Hasil Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Sputum Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Di Poliklinik BP 4 Medan

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DI RSUP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009.

PERBANDINGAN SENSITIVITAS BAKTERI AEROB PENYEBAB OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK TIPE BENIGNA AKTIF TAHUN 2008 DAN 2012

GAMBARAN POPULASI BAKTERI PADA CHEST PIECE STETOSKOP DI RUANGAN ICU DAN HCU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP MEROPENEM

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

Perbedaan sensitivitas tetes telinga antibiotik terhadap Pseudomonas aeruginosa pada otitis media supuratif kronik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan. infeksi telinga tengah kronis berdurasi lebih dari tiga

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan jenis bakteri aerob dengan risiko tuli sensorineural penderita otitis media supuratif kronis

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA MADU IN VITRO TERHADAP ISOLASI BAKTERI DARI LUKA

POLA KUMAN DAN SENSITIVITAS ANTIMIKROBA PADA INFEKSI SALURAN KEMIH. SYAFADA, FENTY Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DI RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. 1. merupakan pneumonia yang didapat di masyarakat. 1 Mortalitas pada penderita

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA SEPSIS BAYI DI RUANG PICU DAN NICU RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013-AGUSTUS 2015

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PETA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

POLA KUMAN AEROB DAN UJI SENSITIFITAS PADA PENYAKIT OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK) DI RSUP. HAJI ADAM MALIK MEDAN TESIS

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

POLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT DI POLIKLINIK THT-KL RSUP. PROF. DR. R. D.

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015

Sepsis neonatorum merupakan penyebab

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan produksi telur. Faktor-faktor pendukung / penyebab gangguan produksi

Hubungan jenis bakteri aerob dengan risiko tuli sensorineural penderita otitis media supuratif kronis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

Pola Resistensi Bakteri Aerob pada Ulkus Diabetik Terhadap Beberapa Antibiotika di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA BULAN FEBRUARI-MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. subtropis terutama di negara berkembang dengan kualitas sumber air yang tidak

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

ABSTRAK. Pembimbing I : Widura, dr., MS. Pembimbing II : Yenni Limyati, dr., Sp.KFR., S.Sn., M.Kes. Selly Saiya, 2016;

ANGKA KEJADIAN KLEBSIELLA PNEUMONIAE PENYANDI KLEBSIELLA PNEUMONIAE CARBAPENEMASE PADA PASIEN INFEKSI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG SKRIPSI

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran Umum

POLA KUMAN DAN UJI SENSITIVITAS PASIEN INFEKSI LUKA OPERASI BEDAH DIGESTIF RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI-JUNI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Jaka Kurniawan 1, Erly 2, Rima Semiarty 3

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri.

Sensitivitas Salmonella typhi terhadap Kloramfenikol dan Seftriakson di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Tahun

HUBUNGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA TERAPI EMPIRIS DENGAN KEPEKAAN BAKTERI DI ICU RSUP FATMAWATI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

POLA KEPEKAAN ISOLAT BAKTERI AEROB PADA RHINOSINUSITIS KRONIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

Penggunaan antibiotik dengan justifikasi

Transkripsi:

Laporan Penelitian Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif kronik yang dilakukan mastoidektomi Edi Handoko, Melania Soedarmi, Hendro Dwi Purwanto Laboratorium Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya/ Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang - Indonesia ABSTRAK Latar belakang: Operasi mastoidektomi untuk terapi otitis media supuratif kronik (OMSK) di RS Dr. Saiful Anwar Malang masih belum memberi hasil yang memuaskan disebabkan berbagai hal, antara lain pengobatan yang kurang sesuai dengan infeksi bakterinya. Untuk itu dibutuhkan pemilihan antibiotik yang tepat berdasarkan pengetahuan pola bakteri dan kepekaannya terhadap antibiotik. Tujuan: Mengetahui pola bakteri dan kepekaan antibiotik penderita otitis media supuratif kronik (OMSK) di RS Dr. Saiful Anwar, Malang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel adalah semua penderita OMSK yang dilakukan operasi mastoidektomi di RS Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2007 31 Desember 2007, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan bakteriologi dan kepekaan antibiotik hanya dilakukan terhadap bakteri aerob. Semua data yang terkumpul dalam status penelitian diolah secara deskriptif dan disusun dalam bentuk diagram dan tabel. Hasil: P. aeruginosa adalah bakteri yang paling banyak didapatkan (30,43%), diikuti oleh P. mirabilis (13,04%), S. aureus, S. coagulase negative, dan A. baumannii masing-masing 8,70%, K. oxytoca dan Streptococcus sp masing-masing (4,35%). Uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang paling sensitif adalah siprofloksasin (52,63%), kemudian diikuti sefotaksim (47,37%), gentamisin (42,11%), dan fosfomisin (31,58%). Kesimpulan: Sebagian besar bakteri sensitif terhadap beberapa antibiotik, tetapi memiliki resistensi yang lebih kuat dan lebih luas. Kata kunci: Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK), bakteri aerob, antibiotik ABSTRACT Background: The outcome of mastoidectomy in management for cronic suppurative otitis media (CSOM) patients at Dr. Saiful Anwar hospital, Malang was still unsatisfied due to various reasons. Among others was in appropriate antibiotic therapy for the 1

bacterial infection. To overcome this antibiotic selection should be based on bacterial pattern in CSOM and their susceptibility to antibiotics. Purpose: To find out bacteria and antibiotic sensitivity pattern of chronic suppurative otitis media (CSOM) at Dr. Saiful Anwar hospital. Methods: Descriptive experimental with samples was all of CSOM patients underwent surgery on the period of January 1 st Desember 31 st, 2007 which fulfilled the inclusion and exclusion criteria. Bacterial and antibiotic sensitivity study was only performed to the aerob bacterial. The collected data were processed by descriptive method and shown as graphic and tables. Results: P. aeruginosa was the mostly found (30.43%), P. mirabilis (13.04%), S. aureus, S. coagulase negative, and A. baumannii (8.70% respectively), K. oxytoca and Streptococcus (4.35% respectively). The results of bacterial sensitivity test were ciprofloxacin (47.37%), gentamycin (42.11%), and fosfomycin (31.58%). Conclusion: The bacteria found was mostly sensitive to some antibiotics but had stronger and wider resistency. Key words: Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM), aerob bacteria, antibiotic Alamat korespondensi: Edi Handoko, Laboratorium Ilmu Penyakit THT FK Universitas Brawijaya, Malang. E-mail: krisdika2002@yahoo.com PENDAHULUAN Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik telinga tengah dengan perforasi gendang telinga dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otore) tersebut lebih dari dua bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. 1 Beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang dengan otore, 60% di antaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Prevalensi OMSK di Indonesia secara umum adalah 3,9%. 2 Di poliklinik THT RS Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun 2006 terdapat 461 kasus baru OMSK dari 14.349 pasien (3,212 %). 3 Terapi OMSK maligna adalah operasi. Pada umumnya di RS Dr. Saiful Anwar, jenis operasi mastoidektomi radikal yang paling banyak dilakukan dibandingkan dengan operasi mastoid jenis lain, hal ini karena kondisi patologis jaringan telinga penderita waktu datang sudah sedemikian parah. Sedangkan hasil yang baik dari 2

tindakan tersebut masih sukar dicapai karena berbagai macam sebab, antara lain adalah infeksi bakteri akibat pengobatan yang tidak tepat dan operasi yang tidak bersih. Untuk pengobatan infeksinya dibutuhkan antibiotik yang tepat, di samping daya tahan dari penderita sendiri. Ketepatan pemilihan antibiotik dapat dilakukan berdasarkan pengetahuan melalui pola bakteri sebagai penyebab penyakit, dan akan lebih baik lagi apabila disertai adanya hasil uji kepekaan pada pemeriksaan mikrobiologi. 2,4 Penelitian mengenai pola dan kepekaan bakteri terhadap antibiotik pada otitis media supuratif kronik telah banyak dilakukan. 2,4-7 Namun penelitian lebih banyak dilakukan pada kasus OMSK benigna aktif, sedangkan khusus pada kasus OMSK maligna belum banyak dilakukan. Losin, 5 melaporkan hasil penelitiannya pada penderita OMSK dengan atau tanpa jaringan patologis dengan urutan penemuan bakteri aerob sebagai berikut: Proteus sp. (34,39%), Bacillus sp. (29,44%), Pseudomonas sp. (15,90%), Staphylococcus patogen (11,36%) dan Klebsiella sp. (4,55%). Vartiainen, 6 melaporkan kultur sekret telinga OMSK dengan kolesteatoma dari 201 kasus didapatkan Staphylococcus aureus (23%), Pseudomonas aeruginosa (17%) dan Proteus sp. (8%). Pengetahuan mengenai pola bakteri dan kepekaan antibiotik dari penelitian ini, diharapkan dapat membantu memberikan modalitas terapi antibiotik yang tepat sambil menunggu hasil biakan bakteri dan uji kepekaan antibiotik. METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk mengetahui pola bakteri aerob pada penderita OMSK yang dilakukan mastoidektomi di RS Dr. Saiful Anwar Malang. Sampel adalah semua penderita OMSK yang dilakukan operasi mastoidektomi di RS Dr. Saiful Anwar Malang periode 1 Januari 2007 31 Desember 2007 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi sampel adalah semua penderita OMSK yang dilakukan operasi mastoidektomi di RS Dr. Saiful Anwar Malang periode 3

1 Januari 2007 31 Desember 2007. Sekret diambil dari rongga mastoid saat operasi untuk pemeriksaan bakteriologi dan uji kepekaan bakteri aerob terhadap antibiotik. Kriteria eksklusi sampel adalah status yang tidak lengkap. Variabel yang akan diteliti adalah pola bakteri dan kepekaan antibiotik. Semua data yang terkumpul dalam status penelitian diolah secara deskriptif dan disusun dalam bentuk tabel. Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang paling banyak didapatkan (30,43%), diikuti oleh Proteus mirabilis (13,04%), Staphylococcus aureus, Staphylococcus coagulase negative, dan A. baumannii masing-masing 8,70%, Klebsiella oxytoca %) dan Streptococcus sp masing-masing (4,35%) (Diagram 1). Diagram 1. Distribusi jenis bakteri aerob yang dapat diisolasi dari sekret OMSK HASIL Terdapat 35 penderita OMSK yang dirawat di bagian THT RS Dr. Saiful Anwar Malang, mulai 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2007 dan semuanya dilakukan operasi mastoidektomi. Dari 36 penderita tersebut terdapat 13 status yang tidak diikutkan pada penelitian (hasil kultur dan tes sensitivitas tidak ada), sehingga didapatkan 23 sampel (11 laki-laki dan 12 perempuan). Dari 23 sampel, 18 (78%) dilakukan mastoidektomi radikal, 4% dilakukan mastoidektomi radikal dengan rekonstruksi dan sisanya dilakukan timpano mastoidektomi. Umur penderita berkisar antara 7 55 tahun. Jaringan patologis yang ditemukan waktu operasi adalah kolesteatoma, granulasi dan campuran antara kolesteatoma dan granulasi. Kolesteatoma ditemukan pada infeksi telinga yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan A. baumannii. 4

Komplikasi paling banyak didapatkan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dan kerusakan tulang-tulang pendengaran didapatkan hampir sama pada semua jenis bakteri. Uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang paling sensitif adalah siprofloksasin (52,63%), kemudian diikuti sefotaksim (47,37%), gentamisin (42,11), dan fosfomisin (31,58%) (Tabel 1 dan 2). Tabel 1. Hasil uji kepekaan bakteri terhadap antibiotik (sensitif kuat) Jumlah No Antibiotik N % 1. Siprofloksasin 10 52,63 2. Sefotaksim 9 47,37 3. Gentamisin 8 42,11 4. Fosfomisin 6 31,58 5. Kloramfenikol 6 31,58 6. Amikasin 5 26,31 7. Meropenem 5 26,31 8. Seftriakson 4 21,05 9. Kotrimoksasol 4 21,05 10. Amox-Clav.acid Z 3 15,79 11. Erythromisin 2 10,53 12. Doksisiklin 2 10,53 13. Tetrasiklin 2 10,53 14. Kanamisin 2 10,53 15. Metilmicin 2 10,53 16. Amoksisilin 2 10,53 17. Linesolid 1 5,26 18. Sulfonamid 1 5,26 19. Ampisilin-sulbaktam 1 5,26 20. Norfloksasin 1 5,26 21. Sefuroksim 1 5,26 5

No Antibiotik Tabel 2. Hasil uji kepekaan jenis bakteri terhadap antibiotik P. aeruginosa P. mirabilis S. aureus S. Coagulase negative A. baumannii K. oxytoca Streptococc. Sp. S R S R S R S R S R S R S R n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) 1. Siprofloksasin 2 (29) 5 (71) 3 (100) 0 1 (50) 1 (50) 2 (100) 0 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 1 (100) 0 2. Sefotaksim 1 (14) 6 (86) 3 (100) 0 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 2 (100) 0 0 1 (100) 1 (100) 0 3. Gentamisin 2 (29) 5 (71) 1 (33) 2 (67) 1 (50) 1 (50) 2 (100) 0 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 1 (100) 0 4. Fosfomisin 3 (43) 4 (57) 1 (33) 2 (67) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (100) 0 0 1 (100) 5. Kloramfenikol 1 (14) 6 (86) 2 (67) 1 (33) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 0 1 (100) 1 (100) 0 6. Amikasin 2 (29) 5 (71) 0 3 (100) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 1 (100) 0 0 1 (100) 7. Meropenem 2 (29) 5 (71) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 1 (100) 0 8. Seftriakson 2 (29) 5 (71) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 2 (100) 0 0 1 (100) 0 1 (100) 9. Kotrimoksazole 1 (14) 6 (86) 1 (33) 2 (67) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 10. Amoksiklav. 0 7 (100) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 0 1 (100) 11. Erythromisin 0 7 (100) 0 3 (100) 0 2 (100) 2 (100) 0 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 12. Doksisiklin 0 7 (100) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 1 (100) 0 13. Tetrasiklin 0 7 (100) 0 3 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 0 1 (100) 14. Kanamisin 1 (14) 6 (86) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 15. Metilmicin 1 (14) 6 (86) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 0 1 (100) 16. Amoksisilin 0 7 (100) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 1 (100) 0 17. Linezolid 0 7 (100) 0 3 (100) 1 (50) 1 (50) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 18. Sulfonamid 0 7 (100) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 1 (50) 1 (50) 0 1 (100) 0 1 (100) 19. Ampisilinsulbaktam 0 7 (100) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 20. Norfloksasin 1 6 (86) 0 3 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 21. Sefuroksim 0 7 (100) 1 (33) 2 (67) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 2 (100) 0 1 (100) 0 1 (100) 6

DISKUSI Dalam penelitian ini, hanya dilakukan pemeriksaan bakteriologi dan uji kepekaan bakteri aerob terhadap antibiotik pada penderita OMSK yang dilakukan operasi mastoidektomi, sedangkan bakteri anaerob tidak dilakukan. Pada penelitian ini, dari 23 kasus OMSK didapatkan dominasi bakteri sebagai berikut: Pseudomonas aeruginosa (30,434%), Proteus mirabilis (13,043%), Staphylococcus aureus (8,696%), Staphylococcus coagulase negative (8,696%), A. baumannii (8,696%), Klebsiella oxytoca (4,348%) dan Streptococcus sp. (4,349%). Bakteri terbanyak yang didapatkan adalah Pseudomonas aeruginosa, sesuai dengan penelitian Indudharan 7 dan Helmi 2 (OMSK tanpa kolesteatoma). Bakteri ini juga selalu masuk dalam tiga besar bakteri yang ditemukan pada penelitian oleh Arjana, 4 Losin 5 dan Vartiainen. 6 Sedangkan Proteus mirabilis dan Staphylococcus aureus juga hampir selalu ditemukan dalam jumlah yang besar pada penelitian-penelitian lain, meskipun persentasenya berbedabeda. Pada penelitian ini didapatkan hasil uji kepekaan bakteri terhadap beberapa antibiotik, di mana sebagian besar bakteri sensitif kuat terhadap siprofloksasin (43,478%) kemudian diikuti oleh sefotaksim (39,130%) dan gentamisin (34,783%). Sedangkan pada penelitian Arjana, 4 dilaporkan hasil uji kepekaan dengan hasil sensitif sebagai berikut: amikasin (97%), gentamisin (39,28%) dan kanamisin (35,71%). Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada penelitian ini tidak bisa dikontrol pemberian antibiotik sebelumnya. Pada penelitian ini, diketahui Psedomonas aeruginosa sensitif terhadap fosfomisin (43%), siprofloksasin (29%), gentamisin (29%) dan seftriakson (29%), tetapi resisten 100% terhadap amoksiklav, eritromisin, doksisiklin, tetrasiklin, amoksisilin, ampisilin-sulbaktam dan sulfonamid. Sedangkan Helmi 2 melaporkan Psedomonas aeruginosa sensitif terhadap amikasin (93,1%) dan siprofloksasin (93,1%), tetapi hanya resisten 100% terhadap amoksisilin. Proteus mirabilis sensitif 100% terhadap siprofloksasin dan sefotaksim, resisten 100% 7

terhadap seftriakson, eritromisin, doksisiklin, tetrasiklin, metilmisin, sulfonamid dan norfloksasin. Staphylococcus aureus sensitif (50%) terhadap siprofloksasin, sefotaksim, gentamisin, resisten 100% terhadap meropenem, seftriakson, amoksiklav, eritromisin, doksisiklin, tetrasiklin, amoksisilin, sulfonamid, ampisilin-sulbaktam, norfloksasin dan sefuroksim. Pada penelitian Helmi, 2 proteus sp. sensitif 100% terhadap amikasin dan siprofloksasin, resisten 100% terhadap eritromisin. Sedangkan staphylococcus aureus sensitif 100% terhadap amoksiklav, seftriakson dan kotrimoksasol dan resisten 100% terhadap antibiotik tidak didapatkan. Bakteri-bakteri lain yang ditemukan dalam jumlah lebih sedikit seperti Staphylococcus. coagulase negative, A. baumannii, K. oxytoca dan streptococcus sp. diketahui mempunyai resistensi yang lebih kuat dan lebih luas terhadap antibiotik yang diujikan. Hal ini juga perlu mendapat perhatian, karena kemungkinan infeksi nosokomial bisa terjadi. Dari penelitian ini, didapati bahwa bakteri aerob yang hampir sama dengan jenis bakteri yang ditemukan oleh penelitian lain yang diambil dari kavum timpani. yaitu: Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus aureus, Staphylococcus coagulase negative, A. baumannii, Klebsiella oxytoca Streptococcus sp. Dari hasil uji kepekaan didapatkan sebagian besar bakteri sensitif kuat terhadap siprofloksasin, sefotaksim, gentamisin, fosfomisin, kloramfenikol dan amikasin, tetapi masih memiliki resistensi yang lebih kuat dan lebih luas dibanding hasil penelitian lain. Agar lebih tepatnya, pengobatan OMSK sebaiknya untuk tiap kasus dipilih antibiotik berdasarkan biakan dan uji kepekaan bakteri. DAFTAR PUSTAKA 1. Soemantri JB. Diagnosis dan penatalaksanaan otitis media supurativa kronis. Dalam: Soemantri JB dkk, eds. Kumpulan Makalah Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan-I THT-KL. Malang 14 Mei 2005. h. 31-44. 2. Helmi. Otitis media supuratif kronis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005. h. 1-178. 8

3. Soemantri. Laporan tahunan THT RS Dr. Saiful Anwar Malang, 2006. 4. Arjana IM, Atmohartono S, Adji IS. Pola kuman aerob pada otitis media supurativa kronik tipe maligna (OMSKM). Dalam: Soepardjo dkk, eds. Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS XII PERHATI. Semarang: Badan Penerbit UNDIP; 1999. h. 729-37. 5. Losin K. Jenis dan uji kuman anaerob dan kuman aerob pada penderita otitis media kronik di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Dalam: Kumpulan Naskah Ilmiah KONAS VII PERHATI. Surabaya: Balai Penerbit UNAIR; 1983. h. 85-108. 6. Vartiainen E, Vartiainen J. Effect of aerobic bacteriology on the clinical presentation and treatment results of chronic suppurative otitis media. J Laryngol Otol 1996; 110:315-8. 7. Indudharan R, Hag A, Alyar S. Antibiotics in chronic suppurative otitis media: a bacteriology study. Ann Otol Rhinol Laryngol 1999; 108:440-4. 9