BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Urutan : Survai Tanah

11. TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Manggis (Garcinia Mangosta Linn) Di Desa Wanayasa Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Kesesuian lahan untuk tanaman tebu dipolitani

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1.

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAH ENTISOL DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica)

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (602) :

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI GOGO, JAGUNG DAN TEMBAKAU DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

Kata kunci : Kesesuaian lahan, Padi gogo, Lahan kering.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BROKOLI (BRASSICA OLERACE VAR ITALICA)

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 2 SEPTEMBER 2009 ISSN EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI DESA BILAPORAH, BANGKALAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI DAN PADI LADANG DI DESA BILA TALANG KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Kajian Potensi Sumberdaya Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Hortikultura Di Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem

VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

Kesesuaian Lahan Pengembangan Ubi Jalar di Kota Ternate

PENATAAN KAWASAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN BERBASIS KESESUAIAN LAHAN DI KECAMATAN LABUHAN HAJI TIMUR KABUPATEN ACEH SELATAN

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Soilrens, Volume 15 No. 1, Januari Juni 2017

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tipe Pemanfaatan Lahan Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci Tipe Pemanfaatan Lahan (TPL). Secara rinci diuaraikan sebagai berikut: 1) Produksi ; selama umur ekonomis tanaman cabai variatas lokal dirata-ratakan mencapai 0,5 ton/ha/satu kali panen dan biaya harga rata-rata Rp 15.000/Kg. 2) Komersial ; Hasil produksi cabai dijual petani untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari yang dibagi atas dua cara, yaitu : dengan menjual hasil produksi cabai langsung kepasar dan menjual di areal pertanaman kepada tengkulak. Petani melakukan ini karena hasil panen lebih berkualitas dibandingkan harus menjual langsung ke pasar yang dinilai akan mengurangi biaya transportasi penjualan dan membutuhkan biaya dan perawatan hasil panen cabai yang cukup tinggi dengan ditambah harga dari komusitas tersebut akan lebih buruk. 3) Modal ; sebagian besar berasal dari petani itu sendiri. 4) Tingkat kepadatan tenaga kerja ; 5-8 tenaga kerja. 5) Sumber Tenaga ; saat ini petani masih menggunakan tenaga manual dengan peralatan seadanya. 6) Penguasaan Teknis ; masih rendah, sebagian petani belum mengikuti arahan dalam paraktek budidaya. 7) Masukan Teknologi, menggunakan benih lokal dan pengendalian hama penyakit tidak bijak sana. 8) Ketersediaan Infrastruktur ; yang tersedia adalah pemasaran pedagang pegumpul 9) Luas dan bentuk penguasaan lahan ; 0,25 1 Ha 10) Status lahan ; hak milik sendiri. 11) Manfaat bersih selama umur ekonomis ; mencapai 2 4 (Rp/ha/musim tanam).

Di Wilayah Penelitian pendapatan petani sangat rendah (net farm income) yang dihitung menggunakan analisis usahatani < 1, seperti yang terjadi di Kecamatan Suwawa (0,98) dengan pendapatan hanya Rp 4.200.000 dan di Kecamatan Kabila (0,89) yang memiliki pendapatan Rp 3.210.000 sedangkan nilai usahatani 1,0 yang menguntungkan terdapat pada kecamatan Tapa (1,2) dengan pendapatan mencapai Rp 4.800.000 dan juga terjadi pada kecamatan Tilongkabila (1,6) yang memiliki pendapatan sebesar Rp 7.500.00. rata-rata biaya produksi pada 4 kecamatan tersebut sebesar Rp 4,927.000 yang terbagi antara biaya tetap dan biaya tidak tetap (Lampiran 6). Pengelolaan lahan dataran rendah sebagian petani cabai di Daerah peneliian dilakukan dengan sistem budidaya tanaman cabai namun pengelolaan ini juga dijumpai pada sebagian dataran tinggi dengan kemiringan lereng >10% seperti di Kecamatan Tapa ditemukan tanpa mengikuti garis kontur maka mudah terjadi erosi tanah dan kehilangan unsure hara. Sementara Penanaman cabai dilakukan dengan jarak tanam 70 x 80 cm dengan populasinya sebesar mencapai 12.000 pohon / ha. Untuk Pemupukan menggunakan pupuk Urea, SP - 36 dan KCL yang diberikan 2 kali setiap pemupukan dan penyemprotan hama/penyakit tanaman cabai, sebagian besar petani menggunakan Basoka 1-2 Kg. Tabel 9. Deskripsi 11 Atribut Kunci Tipe Pemanfaatan Lahan (TPL) Cabai No Atribut TPL TPL Cabai 1 Produksi selama umur ekonomis 0.33 ton kali panen 2 Orientasi pasar Komersil 3 Tingkat Kepadatan Modal Berasal dari petani 4 Tingkat kepadatan tenaga kerja 5-8 Tenaga Kerja Tenaga manual dengan peralatan seadanya 5 Sumber Tenaga (tradisional) Rendah (belum mengikuti arahan dlm praktek 6 Penguasaan Teknis budidaya) 7 Masukan Teknologi Benih lokal, PHT tidak bijaksana

8 Ketersediaan Infrastuktur Pemasaran pedagang Pengumpul 9 Luas dan bentuk penguasaan lahan 0,25-1 Ha 10 Status lahan Hak Milik sendiri 11 Manfaat bersih selama umur ekonomis Rp 4.927.500, - /musim 5.2 Satuan Lahan Gambar 12. Peta Satuan Lahan Daerah Penelitian. Peta satuan lahan daerah penelitian di Kabupaten Bone Bolango, merupakan hasil digitasi dari peta rupa bumi Indonesia skala 1: 50.000 update tahun 2006 yang diterbitkan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL 2008), kemudian dilakukan digitasi sesuai peta unit lahan Bone Bolango 1 : 50.000, yang bersumber dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 2008. Penamaan setiap satuan peta lahan berdasarkan nomor urut 1-33 dan dilengkapi dengan lokasi yang

tertera pada peta tersebut. diantaranya nama desa, kecamatan, dan Ibukota Kabupaten untuk mempermudah melakukan evaluasi langsung ke lapangan. Data peta satuan lahan disajikan melalui Legenda Peta Daerah Kabupaten Bone Bolango (Lampiran 1) yang kemudian datanya digunakan, sebagai dasar untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan tanaman cabai di Daerah Kabupaten Bone Bolango. Peta satuan lahan ini ini memberikan informasi setiap satuan lahan memiliki karakteristik berbeda, masing masing satuan lahan ditunjukan dengan poligon yang berwana tertentu. 5.3 Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Cabai Kesesuaian lahan aktual disebut juga kesesuaian lahan saat ini (current suitability) atau kesesuaian lahan alami. Kesesuaian ini menunjukan kesesuaian pada kondisi saat dilakukan evaluasi lahan, tanpa perbaikan yang berarti dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas ada dalam suatu lahan (Nurdin, 2012). Berdasarkan tujuan penelitian analisis kesesuaian lahan aktual di Daerah Kabupaten Bone Bolango hanya terdapat tiga kelas, yaitu cukup sesuai (S 2 ), sesuai marjinal (S 3 ), tidak sesuai (N) masing - masing kelas memiliki faktor pembatas (Gambar 13). Gambar 13. Peta Kesesuaian Lahan Aktual

Kelas kesesuaian lahan aktual di Daerah Kabupaten Bone Bolango dibedakan sesuai sub ordo yang di uraikan sebagai berikut ; 5.3.1 Cukup Sesuai (S 2 ) Kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S 2 ) di daerah penelitian ini dibedakan menjadi 2 Sub kelas yang terdiri dari: 1) Sub kelas S 2 tc, tersebar pada satuan lahan 1 dan 2 yang memiliki luas luas terbesar 79,45 yang terdapat pada satuan lahan 2 dan terkecil seluas 25,09 terdapat pada satuan lahan 1 dengan faktor pembatas curah hujan temperatur rata rata 27,5 0 C 2) Sub kelas S 2 tcwa, terdapat pada satuan lahan 2 dengan luas terbesar 70,90 ha, dan memiliki faktor pembatas curah hujan 1274 mm/tahun dan temperatus 27,5 0 C 3) Sub Kelas S 2 tcnr terdapat pada satuan lahan 1 dan 6 dengan luas terbesar 581,10 ha yang terdapat pada satuan lahan 1 dan yang terkecil 8,59 juga terdapat pada satuan lahan 1 dengan retensi hara (C - organik dan KTK kurang tersedia). 4) Sub kelas S 2 tcwanr, terbesar pada satuan lahan 6, 8, yang memiliki luas terbesar 105,29 ha, terdapat pada satuan lahan 8 dan luas terkecil 13,63 ha, terdapat pada satuan lahan dengan faktor pembatas temperatur 27,5 0 C, curah huja rata rata dan curah hujan 1274 mm/pertahun, dan retensi hara (C - organik dan KTK kurang tersedia). 5) Sub kelas S 2 tcoaeh, memiliki luas 581.74 ha, terdapat pada satuan lahan 814 dengan faktor pembatas temperatur 27,5 0 C, retensi hara (C - organik dan KTK kurang tersedia) dan Drainase. 5.3.2 Kelas Sesuai Marjinal (S 3 ) Kelas kesesuaian lahan cabai sesuai marginal (S 3 ) di daerah penelitian ini dibedakan menjadi 3 Sub kategori yang terdiri sebagai berikut : 1) Sub kelas S 3 wa, tersebar pada satuan lahan 1, 2,, 6, 10, 13, 14, 16 yang memiliki luas luas terbesar 581,73 terdapat pada satuan lahan 1 dan terkecil terdapat pada

satuan lahan 13 seluas 4,99 ha dengan faktor pembatas curah hujan rata rata 1658 mm /pertahun 2) Sub klas S 3 warc, terbesar pada satuan lahan 1, 5, 8, 16, yang memiliki luas terbesar 1809,20 ha, terdapat pada satuan lahan 5 dan luas terkecil 3,07 ha terdapat pada satuan lahan 4 dengan faktor pembatas media perakaran tekstur dan hujan rata-rata 1658 mm/tahun 3) Sub kelas S 3 waoarceh tersebar pada satuan lahan 17 dan 18 yang memiliki luas terbesar 815,43 ha terdapat pada satuan lahan 17 dan terkecil seluas 3,94 terdapat pada satuan lahan 18 dengan faktor pembatas curah hujan > 1400 mm, ketersediaan oksigen (drainasi sangat cepat), media perakaran tekstur dan kemiringan lereng 15 25%. 4) Sub kelas S 3 rc tersebar pada satuan lahan 3, 4 dan 7 yang memiliki luas terbesar 1809,2 ha terdapat pada satuan lahan 4 dan terkecil seluas 0,0022 ha terdapat pada satuan lahan 4 dengan faktor pembatas media perakaran tekstur. 5.3.3 Lahan Tidak Sesuai (N) Kelas kesesuaian lahan cabai tidak sesuai (N) di daerah penelitian ini dibedakan menjadi 2 Sub kategori yang terdiri sebagai berikut : 1) Sub kelas Neh, tersebar pada satuan lahan 20 dengan luas terbesar 128,07 ha dan terkecil dengan luas 52,77 ha, degan faktor pembatas kemiringan lereng 25 40%. 2) Sub kelas Noaeh, tersebar pada satuan 21, 22, 23, 24, 25, 30, 31 yang memiliki luas terbesar 720,94 ha, terdapat pada satuan lahan 24 dan terkecil seluas 0,05 ha, terdapat pada satuan lahan 21 dengan faktor pembatas kemiringan lereng 25 40% dan drainase sangat cepat. Tabel 10. Penilaian Kesesuaian Lahan Aktual daerah Penelitian Kesesuaian lahan Kelas Sub Kelas Faktor Pembatas Satuan lahan Luas (ha) S 1 - - - -

S 2 S 2 tc Temperatur 1.2 486.27 S 2 tcw Temperatur dan curah hujan 2 70.91 S 2 tcnr Temperatur, dan Unsur hara 1.6 1470.58 S 2 tcwanr Temperatur, curah hujan dan 6.8 2626 unsur hara. S 2 tcoaeh Temperatur, drainase dan lereng 14 242.48 S 3 S 3 wa Curah hujan 1.2.6.10.13.14.16 5715.27 S 3 warc Curah hujan dan tekstur tanah 1.5.8.16. 10365.46 S 3 waoarceh Curah hujan, drainase, tekstur 17.18 2787.9 tanah dan lereng S 3 rc Tekstur tanah 3.4.7 16706.58 N Neh Tekstur tanah 20 321.2 Noaeh Tekstur tanah dan lereng 21, 22, 23, 24, 25, 30, 31 4179.85 5.4 Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Cabai Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha - usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Ritung et al, 2007). Dalam penentuan kesesuaian lahan ada beberapa cara yaitu: perkalian parameter, penjumlahan atau dengan menggunakan hokum minimum yaitu membandingkan (matching) antara kualitas dan karakteristik lahan sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh yang dievaluasi. Penilaian kesesuaian lahan terdiri dari 4 kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat menurun yaitu: Ordo (order) yang menunjukkan jenis/macam kesesuaian atau keadaan secara umum. Kelas (class): menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dalam ordo yang terdapat tiga kelas yaitu: S1 atau sangat sesuai (very suitable), S2 atau cukup sesuai (moderately

suitable), S3atau sesuai majinal (marginally suitable) dan N atau tidak sesuai (not suitable) FAO (1976). Kesesuaian lahan potensial tanaman cabai di Kabupaten Bone Bolango merupakan hasil analisis dengan upaya perbaikan terhadap faktor - faktor pembatas pada kesesuaian lahan aktual. Upaya analisis perbaikan kelas kesesuaian lahan aktual mengahsilkan Areal yang berpotensi cukup sesuai (S 2 ) untuk pengembangan tanaman cabai seluas 22.813,70 ha (12,08%) dan Sesuai Marjinal (S 3 ) memiliki luas 19.035,85 ha (10,08%). Sedangkan yang tidak sesuai (N) untuk ditanami cabai seluas 25.273,65 ha (13,38%) dari luas wilayah daerah Kabupaten Bone Bolango 1.889,05 Km 2. Tabel 11. Penilaian Lahan yang Potensial Tanaman Cabai di Daerah Penelitian dengan Tingkat Pengelolaan Sedang. Kesesuaian lahan Kelas Aktual Potensial Satuan lahan Luas (ha) S 1 - - - - S 2 S 2 tc S 2 1.2 486.27 S 2 tcw S 2 2 70.91 S 2 tcnr S 2 1.6 1470.58 S 2 tcwanr S 2 6.8 2626 S 2 tcoaeh S 2 14 242.48 S 3 S 3 wa S 3 1.2.6.10.13.14.16 5715.27 S 3 warc S 3 1.5.8.16. 10365.46 S 3 waoarceh S 3 17.18 2787.9 S 3 rc S 3 3.4.7 16706.58 N Neh S3 20 321.2 Noaeh N 21, 22, 23, 24, 25, 30, 31 4179.85 Setelah dilakukan analisis upaya perbaikan kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman cabai di Kabupaten Bone Bilango maka dihasilkan peta kesesuaian lahan aktual (Gambar 14)

Gambar 14. Peta Kesesuaian Lahan Potensial 5.5 Faktor - faktor Pembatas yang Membatasi Penggunaan Lahan Sebagian besar lahan - lahan penelitan memiliki kelas kesesuaian lahan dengan faktor pembatas berat (S3) sampai sangat berat (N). Faktor - faktor pembatas tersebut yaitu media perakaran, retensi hara, curah hujan dan kemeringan lereng. Namun setelah dilakukan perbandingan dengan keadaan petani melalui hasil wawancara, maka faktor yang masih membatasi penggunaan lahan adalah pengetahuan petani terhadap penggunaan lahan yang sesuai masih dinilai kurang. Sedangkan lahan yang memiliki kermiringan dan kekurangan unsure hara tidak sesuai (N) mempunyai faktor pembatas utama potensi mekanisasi yaitu kemiringan lereng di atas 15%. Tabel 12. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristik/Kualitas Lahan Aktual (saat ini) untuk Menjadi Potensial menurut Tingkat Pengelolaan (Djainudin et al 1994) Nurdin, (2012) Faktor Pembatas Upaya perbaikan Tingkat Pengelolaan Temperatur Tidak dapat diperbaiki - Curah hujan Tidak dapat diperbaiki - Media perakaran Tidak dapat diperbaiki - Unsur hara. Pemupukan Sedang, KTK Pengapuran atau penambahan bahan kimia Sedang, tinggi

Drainase Sistem irigasi Sedang, tinggi Lereng Tidak dapat diperbaiki 5.6 Potensi Mekanisasi Potensi mekanisasi, dalam hal ini kemiringan lereng ternyata membatasi TPL Hal ini disebabkan karena keadaan beberapa satuan lahan yang berlereng diatas 15% dan jika dikelaskan maka akan menghasilkan kelas Kesesuaian lahan Potensia N. Sedangkan petani di daerah penelitian telah memanfaatkan lahan - lahan tersebut untuk budidaya pertanian. Untuk mengatasinya dapat dilakukan penanaman menurut kontur, pengguludan dan penterasan atau tehnik - tehnik konservasi lain yang dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan seperti itu. Namun alangkah bijaksana jika lahan - lahan tersebut dimanfaatkan untuk kawasan fungsi lindung atau lainnya yang dapat menyangga sekaligus mendukung pemanfaatan lahan - lahan lain yang lebih potensial. 5.7 Kalender Tanaman (crop calendar) untuk TPL Kalender untuk tanaman cabai, musim tanam dapat dimulai pada juli November karena bulan tersebut memiliki curah hujan yang dinilai sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabai dengan rata-rata curah hujan efektif untuk tanaman 1980 mm/tahun. Ini ini didukung dengan kebutuhan tanaman cabai setiap tahun maksimal 1600 mm/tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10 dan Lampiran 7.