BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Depkes (2007) mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

Pokok bahasan. Kesehatan

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

Pelaksanaan Kegiatan UKS No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit Halaman :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien

Pengendalian infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara maksimal. Untuk mewujudkan pelayanan yang maksimal,

PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN RM

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RAHASIA KEDOKTERAN. Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

STERILISASI & DESINFEKSI

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sejak tahun 1960-an. Hal ini terjadi sebagai bentuk respon ketidakpuasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth: Bapak/Ibu / Saudara(i) Responden di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

BAB 1. Pendahuluan. Infeksi nosokomial yaitu setiap infeksi yang. didapat selama perawatan di rumah sakit, infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kelman (1958) dalam Sarwono (2007) dijelaskan bahwa

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter

LAMPIRAN 1 : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) Februar Oktober. No. Kegiatan Penelitian Septem

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

PPI dan Peran Laboratorium Mikrobiologi Klinik. dr. Inayati Habib M.Kes. Sp.M.K.

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan 2.1.1. Definisi Kepatuhan Kamus Umum Bahasa Indonesia mendeksripsikan bahwa patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Sedangkan menurut Ali (1999) dalam Slamet (2007), kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Kepatuhan petugas profesional (petugas kesehatan) adalah sejauh mana perilaku seorang petugas kesehatan sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan petugas kesehatan ataupun pihak rumah sakit (Niven, 2002). 2.2. Konsep Cuci Tangan 2.2.1. Definisi Cuci Tangan Menurut Depkes (2007) mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air

(Tietjen, dkk., 2004). Sementara itu menurut Larson seperti yang dikutip dalam Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas di bawah air. Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan dan lengan (Schaffer, dkk, 2000). Teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi adalah mencuci tangan (Potter & Perry, 2005). Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang dapat dilakukan oleh semua orang untuk mencegah penyebaran kuman. Mencuci tangan adalah tindakan aktif dan singkat menggosok tangan dengan sabun dibawah air hangat yang mengalir (Depkes, 2003). Jadi, cuci tangan adalah tindakan membersihkan kedua tangan dari mikoorganisme, debu, dan kotoran dengan cara menggosok kedua tangan dengan menggunakan air dan sabun secara bersamaan kemudian dibilas dengan air mengalir. 2.2.2 Tujuan Cuci Tangan Menurut Tietjen (2004) tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi mikroorganisme sementara. Sedangkan menurut Gould (2003) mengatakan bahwa tujuan dari cuci tangan adalah untuk membersihkan mikroorganisme transien sebelum berpindah

ke pasien yang rentan. Infeksi silang dapat terjadi sewaktu perawat berpindah dari satu pasien ke pasien yang lain atau memegang bagian yang berbeda pada satu pasien (Gould & Brooker, 2003). Tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Tangan yang terkontaminasi merupakan penyebab utama perpindahan infeksi (Potter & Perry, 2005). 2.2.3. Indikasi Cuci Tangan Menurut Tietjien (2004) cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum : a. Memeriksa (kontak langsung) dengan pasien; dan b. Memakai sarung tangan bedah steril atau DTT sebelum pembedahan atau sarung tangan pemerikasaan untuk tindakan rutin. Cuci tangan sebaiknya dilakukan setelah : a. Situasi tertentu dimana kedua tangan dapat terkontaminasi, seperti: memegang instrument yang kotor dan alat-alat lainnya; menyentuh selaput lendir, darah, atau duh tubuh lainnya (sekresi atau eksresi); kontak yang lama dan intensif dengan pasien b. Melepas sarung tangan.

WHO (2009) mengindikasikan cuci tangan sebagai berikut : a. Cuci tangan dengan air dan sabun ketika terlihat kotor atau terpapar dengan darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menggunakan toilet. b. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien c. Sebelum melakukan prosedur invasif dengan atau tanpa menggunakan sarung tangan d. Setelah bersentuhan dengan kulit yang tidak intact, membrane mukosa, atau balutan luka e. Bila berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh yang lainnya dalam satu perawatan pada pasien yang sama f. Setelah kontak dengan peralatan medis g. Setelah melepaskan sarung tangan steril dan non steril h. Sebelum pemberian medikasi atau mempersiapakan makanan cuci tangan menggunakan alcohol handrub atau cuci tangan dengan sabun anti bacterial dengan air mengalir 2.2.4. Teknik dan Prosedur Mencuci Tangan 2.2.4.1. Teknik Mencuci Tangan Tangan adalah vector utama infeksi di ruang rawat di rumah sakit, dimana strain yang mengkoloni pasien sama dengan mengoloni tangan perawat. Maka di perlukan teknik mencuci tangan yang benar bagi petugas kesehatan yang kontak dengan pasien.

Gould & Brooker (2003) mengatakan teknik mencuci tangan yang efektif mencakup hal berikut : a. Menggunakan keran yang dikendalikan dengan siku atau kaki untuk menghindari perpindahan organisme baik ke tangan yang bersih saat keran dimatikan atau ke orang berikutnya b. Meggunakan produk dari dispenser karena sabun batangan dapat tercemar berat oleh batang gram negative. Dispenser jangan di topped-up karena hal ini dapat menimbulkan resiko pencemaran c. Melembabkan tangan sebelum bahan pembersih ditambahkan. Hal ini dapat membantu mengurangi kontak dengan bahan kimia keras yang dapat merusak kulit d. Menggosok dengan kuat semua permukaan tangan punggung, telapak, dan sela jari) dengan busa paling sedikit 10 detik. e. Mengeringkan tangan dengan benar karena tangan yang lembab lebih mudah memindahkan bakteri daripada yang kering f. Pembuangan handuk kertas ke wadah tanpa menyentuhnya, untuk menghindari rekontaminasi. 2.2.4.2. Prosedur Mencuci Tangan Prosedur langkah-langkah mencuci tangan menurut Potter & Perry (2005) adalah sebagai berikut: 1. Gunakan wastafel yang mudah digapai dengan air mengalir, sabun biasa atau sabun antimikrobial, lap tangan kertas atau pengering.

2. Lepaskan jam tangan dan gulung lengan panjang ke atas pergelangan tangan. Hindari memakai cincin, lepaskan selama mencuci tangan. 3. Jaga supaya kuku tetap pendek dan datar 4. Inspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau sayatan pada kulit kutikula. 5. Berdiri di depan wastafel. Jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh wastafel 6. Alirkan air. Tekan pedal dengan kaki untuk mengatur aliran air atau dorong pedal lutut secara lateral 7. Hindari percikan air mengenai seragam 8. Atur aliran air 9. Basahi tangan dan lengan bawah dengan seksama. Pertahankan supaya lengan bawah lebih rendah daripada siku selama mencuci tangan 10. Taruh sedikit sabun biasa atau sabun antimicrobial cair pada tangan, sabuni dengan seksama. Dapat digunakan butran sabun siap pakai. 11. Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 10-15 detik. Jalin jari-jari tangan dan gosok telapak dan bagian punggung tangan dengan gerakan sirkulasi masing-masing 5 kali. Pertahankan supaya ujung jari berada di bawah untuk memungkinkan pemusnahan mikroorganisme. 12. Jika daerah di bawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang satunya dan tambahkan sabun 13. Bilas tangan dengan pergelangan tangan dengan seksama, pertahankan supaya letak tangan dibawah siku

14. Keringkan tangan dengan seksama dari jari tangan ke pergelangan tangan dan lengan bawah dengan handuk kertas atau pengering. 15. Jika menggunakan handuk kertas, buang pada tempat yang tepat. 16. Tutup air dengan kaki dan pedal lutut. Untuk menutup keran yang mengunakan tangan, pakai handuk kertas yang kering. Tietjen, dkk., (2004) mengklasifikasikan prosedur atau langkah-langkah mencuci tangan berdasarkan jenis cuci tangan, yaitu: a. Cuci tangan rutin Cuci tangan rutin adalah membersihkan tangan dari kotoran dan mikroorganisme dengan cara menggosok menggunakan air dan sabun biasa. Hal ini dilakukan pada kondisi pasien yang tidak terlalu rentan. Langkah-langkah untuk cuci tangan rutin adalah: 1. Basahi kedua belah tangan 2. Gunakan sabun biasa (bahan antiseptic tidak perlu) 3. Gosok dengan keras seluruh bidang permukaan tangan dan jari-jari bersama sekurang-kurangnya selama 10 hingga 15 detik, dengan memperhatikan bidang di bawah kuku tangan dan diantara jari 4. Bilas kedua tangan selurunya dengan air bersih 5. Keringkan tangan dengan lap kertas atau pengering dan gunakan lap untuk mematikan keran.

b. Penggosok Cuci tangan bedah Tujuan cuci tangan bedah adalah untuk menghilangkan kotoran, debu, dan organism sementara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan yang bertujuan untuk mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua tangan dan lengan dokter bedah dan asistennya. Langkah-langkah untuk cuci tangan bedah adalah sebagai berikut: 1. Lepaskan cincin, jam tangan, dan gelang. 2. Basahi kedua belah tangan dan lengan bawah hingga sikut dengan sabun dan air bersih 3. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku dengan pembersih kuku 4. Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air 5. Gunakan bahan antiseptic pada seluruh tangan dan lengan sampai bawah siku dan gosok tangan dan lengan bawah dengan kuat sekurangkurangnya 2 menit. 6. Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah seluruhnya dengan air bersih. 7. Tegakkan kedua tangan ke atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh permukaaan atau benda apapun dan keringkan kedua tangan dengan lap bersih dan kering atau keringkan dengan diangin-anginkan. 8. Pakailah sarung tangan bedah yang steril

2.2.5. Prinsip Cuci Tangan Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat berkurang. Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh perawat, dokter dan seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien. Salah satu komponen standar kewaspadaan dan usaha menurunkan infeksi nosokomial adalah menggunakan panduan kebersihan tangan yang benar dan mengimplementasikan secara efektif. Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk membersihkan tangan dari mikroorganisme dengan cara menggosok kedua tangan menggunakan air dan sabun antiseptic ataupun menggunakan alcohol handrub. WHO (2009) mencetuskan promosi global patient safety challenge dengan clean care is safecare, yang artinya adalah perawatan yang bersih maupun higienis adalah perawatan yang aman untuk keselamatan pasien (patient safety) dengan merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene atau kebersihan tangan untuk petugas kesehatan dengan five moments for hand hygiene atau 5 momen mencuci tangan, yaitu mencuci tangan di 5 momen krusial. 2.2.5.1. 5 Momen Cuci Tangan Menurut WHO (2006) 5 momen mencuci tangan adalah sebagai berikut: 1. Sebelum kontak dengan pasien Mencuci tangan sebelum menyentuh pasien ketika mendekati pasien dalam situasi seperti berjabat tangan, membantu pasien bergeser ataupun berpindah posisi, dan pemeriksaan klinis.

2. Sebelum melakukan tindakan aseptik Mencuci tangan segera sebelum tindakan aseptik dalam situasi seperti perawatan gigi dan mulut, aspirasi sekresi, pembalutan dan perawatan luka, insersi kateter, mempersiapkan makanan, dan pemberian obat. 3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi Mencuci tangan segera setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien yang beresiko tinggi atau setelah melepaskan sarung tangan dalam situasi seperti perawatan gigi dan mulut, aspirasi sekresi, pengambilan dan memeriksa darah, membersihkan urin, feses, dan penanganan limbah. 4. Setelah kontak dengan pasien Mencuci tangan setelah menyentuh pasien dan lingkungan sekitarnya dan ketika meninggalkan pasien dalam situasi seperti berjabat tangan, membantu pasien merubah posisi dan pemeriksaan klinik. 5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien Mencuci tangan setelah menyentuh benda atau peralatan pasien di lingkungan sekitarnya dan ketika meninggalkan ruangan pasien bahkan bila tidak menyentuh pasien dalam situasi mengganti linen tempat tidur pasien dan penyetelan kecepatan perfusi. 2.2.5.2. Enam Langkah Mencuci Tangan (Protap RSUP HAM) RSUP Haji Adam Malik membuat peraturan tetap enam langkah mencuci tangan yang berlaku bagi seluruh petugas kesehatan yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik. Enam langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama, menggosok tangan dengan mempertemukan telapak tangan dengan telapak tangan 2. Langkah kedua, menggosok telapak tangan ke punggung tangan 3. Langkah ketiga, kedua telapak tangan mengatup dan jari terjalin 4. Langkah keempat, letakkan bagian belakang jari ke telapak tangan dengan jari terkunci 5. Langkah kelima, gosok dan putar ibu jari tangan kanan dan sebaliknya 6. Langkah keenam, letakkan kelima jari tangan kiri di atas telapak tangan kanan putar maju dan mundur, dan lakukan sebaliknya 2.3. Petugas Kesehatan 2.3.1. Definisi Petugas Kesehatan Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan (Presiden RI, 1992). Tenaga kesehatan adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Tenaga kesehatan berdasarkan pekerjaannya adalah tenaga medis dan tenaga paramedis seperti: tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga penunjang medis lainnya (Azwar, 1996).

2.3.2. Jenis Profesi Petugas Kesehatan Tenaga kesehatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri dari : 1. Tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi; 2. Tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan; 3. Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker; 4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian; 5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien; 6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara; 7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis (Presiden RI, 1996). Dalam UU Praktik Kedokteran yang dimaksud dengan Petugas adalah dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien. Menurut PP No. 32 Tahun 1996, maka yang dimaksud petugas dalam kaitannya dengan tenaga kesehatan adalah dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan keteknisian medis (Sugengmedika, 2012).

Tenaga kesehatan yang disebutkan diatas harus memenuhi syarat sebagai pemberi layanan kesehatan seperti yang tercantum dalam PP Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 3 sampai pasal 5, sebagai tenaga kesehatan harus memenuhi syarat yaitu: 1. Tenaga kesehatan wajib memilki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. 2. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenega kesehatan yang bersangkutan memperoleh ijin dari Menteri. 3. Dikecualikan dari kepemilikan ijin sebagaimana yang dimaksud, bagi tenaga kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan diatur oleh Menteri. 4. Selain ijin sebagaimana yang dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan luar negeri hanya dapat melakuakn upaaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi diatur oleh Menteri (Presiden RI, 1996).