BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990

dokumen-dokumen yang mirip
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN ATURAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA TERHADAP PERJANJIAN SEWA RAHIM DAN KEDUDUKAN ANAK YANG LAHIR DARI SEWA RAHIM.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SURROGATE MOTHER. A. Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia

Febriani Rinta (I ) Surrogate mother (Ibu titipan)

KEDUDUKAN HUKUM ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI IBU PENGGANTI (SUBROGATE MOTHER) DITINJAU DARI HUKUM KEKELUARGAAN ISLAM

HAK WARIS ANAK HASIL PROSES BAYI TABUNG DITINJAU DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah

BAB IV ANALISIS MENGENAI HUKUM PENITIPAN JANIN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

1. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang masalah etik yang terjadi serta pemecahan masalah tersebut

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAYI TABUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA DAN HAK UNTUK MEWARIS

III. METODE PENELITIAN. serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian hukum merupakan

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

Surrogate Mother. Kelompok Kontra. Dibuat untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Metodologi. Oleh : Nilna Asyrofatul U.

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017. ASPEK HUKUM TERHADAP BAYI TABUNG DAN SEWA RAHIM DARI PERSPEKTIF HUKUM PERDATA 1 Oleh: David Lahia 2

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

ANAK SAH DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN KHI Oleh : Chaidir Nasution ABSTRAK

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai ibu rumah tangga, dan anak atau anak-anak sebagai anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bagian hidup yang sakral, karena harus

Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015. KEBERADAAN SEWA RAHIM DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA 1 Oleh : Khairatunnisa 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. mahligai rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, juga untuk mempersatukan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Status Anak yang Dilahirkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dia hasil bayi tabung. Apa si sebenarnya definisi atau pengertian bayi tabung

MENURUT HUKUM DI INDONESIA

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perkawinan (untuk selanjutnya dalam skripsi ini disebut

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

Bayi Tabung (Fertilisasi In Vitro) Dengan Menggunakan Sperma Donor dan Rahim Sewaan (Surrogate Mother) dalam Perspektif Hukum Perdata

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerukan manusia untuk mematuhi segala apa yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif dan erat sekali hubunganya dengan kerohanian seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup

ABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

Pandangan Aksiologi Terhadap Surrogate Mother

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. (Baron & Byrne, 2004). Harga diri (self esteem) merupakan salah satu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam diwahyukan dengan memuat aturan (syari'ah) yang. membatasi seminimal mungkin timbulnya mafsadah, meningkatkan seoptimal

Fertilisasi In Vitro. Hanya 7 Hari. Memahami

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

BAB III KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI PROSES KLONING. A. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Kloning

ANAK LAKI ATAU PEREMPUAN

2 Pemahaman kesehatan reproduksi tersebut termasuk pula adanya hak-hak setiap orang untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, efektif

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS NASAB ANAK HASIL KLONING. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Proses Kloning pada Manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

CONTOH IJTIHAD DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang bersifat sosial yang tidak dapat hidup

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia perkawinan merupakan salah satu hal. yang penting terutama dalam pergaulan hidup masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

Indonesia (Khoir Pamungkas, 2002: 44)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

KONSEP ANAK DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

Berdasarkan susunan selaput embrionya kembar identik dibedakan menjadi 3 yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kehadiran seorang anak dalam suatu perkawinan merupakan anugerah yang sangat istimewa, bahkan tidak ternilai harganya. Setiap pasangan suami istri selalu mendambakan akan hadirnya seorang anak di dalam perkawinan mereka. Karena sangat istimewanya kedudukan dan kehadiran anak dalam suatu keluarga, dalam Islam anak diibaratkan sebagai perhiasan dunia, sebagaimana ditegaskan dalam al-quran surah al-kahfi ayat 46, yang artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Q. al-kahfi: 46) 1 Hadirnya seorang anak merupakan tanda dari cinta kasih pasangan suami istri, tetapi tidak semua pasangan dapat memperoleh anugerah yang sangat istimewa tersebut. Sebagian kecil di antaranya memiliki berbagai kendala dalam melakukan reproduksi secara normal yang tidak memungkinkan mereka untuk memiliki keturunan. Berbagai macam cara banyak dilakukan oleh orang-orang untuk memperoleh keturunan, seperti: konsultasi ke dokter, melakukan terapi kesuburan, 1 Kementerian urusan agama Islam, Wakaf, Da wah, dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990 1

2 sampai pada hal yang berbau kepercayaan seperti mengangkat anak dengan harapan dapat memancing kehamilan. Kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keharmonisan keluarga tersebut. Ketidakharmonisan dalam sebuah keluarga sering kali disebabkan oleh ketidakhadiran anak di tengahtengah mereka. Ketidakharmonisan tersebut dapat berujung pada keretakan rumah tangga yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya poligami atau bahkan perceraian. Keretakan rumah tangga yang disebabkan karena infertilitas ini biasanya terjadi tanpa melihat siapa penyebab dari ketidaksuburan tersebut. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan ketidaksuburan tersebut dapat terjadi pada pihak suami maupun pihak istri. Infertilitas pada laki-laki biasanya disebabkan oleh rendahnya jumlah sel sperma yang terdapat dalam semen dan kualitas sel sperma yang di bawah standar. Berdasarkan jumlah dan kualitas sel sperma yang terkandung dalam satu mililiter semen, infertilitas pada laki-laki dapat dikelompokkan menjadi 2 : a. Oligozoospermia, yaitu suatu keadaan jumlah sel sperma hanya terdapat beberapa ratus sel saja; b. Kriptozoospermia, yaitu suatu keadaan jumlah sel sperma hanya dapat dijumpai beberapa puluh atau kurang; c. Asthenospermia, yaitu suatu keadaan sel sperma tidak memiliki kemampuan bergerak secara leluasa untuk mencari sel telur. Sel sperma yang ada memiliki kelainan pada ekor namun kondisi kepala sperma (pembawa gen) masih baik; d. Azoospermia, yaitu suatu keadaan tidak terdapatnya sel sperma yang matang. Infertilitas pada perempuan antara lain dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan saluran fallopi, tersumbatnya saluran fallopi akibat infeksi berulang pada alat kelamin dalam, ovulasi yang tidak normal, dan endometriosis. 2 Veronica Dwi Astuti et al., Fertilisasi In Vitro dan Transplantasi Embrio pada Manusia: Apa Kendala Etisnya? < http://ferrykarwur.i8.com/materi_bio/materi2. html >, 19 September 2007.

3 Dalam menyikapi hal tersebut di atas, perkembangan teknologi dunia kedokteraan saat ini telah memungkinkan para pasangan yang mengalami kemandulan dan tidak dapat memiliki keturunan melalui proses pembuahan secara alamiah memperoleh keturunan melalui cara lain selain cara alamiah. Teknologi pembuahan tersebut dikenal dengan sistem Assisted Reproductive Technology (ART) 3. ART merupakan istilah untuk sejumlah prosedur medis yang digunakan dalam menyatukan sel telur dan sel sperma sehingga dapat membantu pasangan suami istri yang infertil dalam memperoleh keturunan. Berdasarkan teknik yang digunakan, ART dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) metode, yaitu In Vitro Fertilization (IVF), Zygote IntraFallopian Transfer (ZIFT), Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) dan Gamete IntraFallopian Transfer (GIFT) 4. Dari keempat metode ART tersebut, IVF merupakan metode yang paling banyak diaplikasikan untuk membantu pasangan suami-istri yang mengalami infertilitas. In Vitro Fertilization (IVF), atau yang dalam bahasa sehari-hari lebih dikenal dengan bayi tabung, diperkenalkan untuk menjawab tuntutan manusia ketika suami isteri memutuskan untuk memiliki keturunan yang terhalang oleh suatu keadaan salah satu atau keduanya tidak subur sehingga tidak memungkinkan dilakukan pembuahan secara alami. Dalam perkembangannya, teknologi bayi tabung dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a. Benihnya berasal dari pasangan suami istri yang ditanamkan kembali ke rahim si istri; b. Salah satu benihnya berasal dari donor (baik sperma maupun sel telurnya) yang kemudian dikembalikan ke rahim si istri; c. Benihnya berasal dari pasangan suami istri namun karena suatu hal rahim si istri tidak mungkin untuk mengandungnya, maka ditanamkan pada rahim wanita lain atau yang lebih dikenal dengan istilah ibu pengganti atau surrogate mother. 3 Ibid. 4 Ibid.

4 Proses penanaman embrio ke dalam rahim si istri ada kalanya tidak berjalan mulus atau bahkan tidak dapat dilakukan karena suatu hal sehingga rahim si istri tidak dapat menerimanya. Hal-hal yang menjadi penyebabnya antara lain: si istri mempunyai penyakit yang membahayakan jiwanya jika mengandung, rahim si istri yang tidak mungkin lagi memproduksi sel telur, rahim si istri telah diangkat, si istri takut hamil, atau si istri tidak mau dibebani oleh beban kehamilan. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas yaitu dengan menggunakan rahim ibu pengganti atau surrogate mother untuk dapat membesarkan zigot atau embrio tersebut sampai si bayi lahir. Pada dasarnya teknologi bayi tabung yang dilakukan dengan meminjam rahim orang lain dapat diterima di dunia medis, namun jika praktek tersebut dilakukan di Indonesia dapat menimbulkan banyak permasalahan. Selain permasalahan etika dan moral, penerapan teknologi bayi tabung dengan meminjam rahim orang lain juga dapat menyebabkan permasalahan hukum. Permasalahan yang timbul dari aspek hukum, khususnya hukum Islam, antara lain mengenai pandangan hukum Islam terhadap perbuatan penitipan janin dan kedudukan hukum anak yang dilahirkan dari perbuatan penitipan janin tersebut. Salah satu tujuan hukum Islam yang dirumuskan oleh Abu Ishaq al Shatibi adalah memelihara keturunan 5. Abu Ishaq al Shatibi merumuskan lima tujuan hukum islam, yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Kelima tujuan hukum Islam tersebut di dalam kepustakaan disebut dengan almaqasid al-khamsah atau al-maqasid al-shari ah. 1.2. Pokok Permasalahan Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa pokok permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah ketentuan penitipan janin menurut Hukum Islam? 2. Bagaimanakah status hukum anak yang lahir dari rahim ibu pengganti menurut Hukum Islam? 5 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, cet. X, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 54

5 3. Bagaimanakah hubungan hukum anak yang lahir dari rahim ibu pengganti terhadap ibu pengganti dan orang tua pendonor menurut Hukum Islam? 1.3. Tujuan Penelitian dan Penulisan Adapun Penulisan skripsi ini mempunyai tujuan sebagai berikut, yaitu: 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kedudukan hukum anak yang dilahirkan melalui ibu pengganti (Surrogate Mother) ditinjau dari hukum kekeluargaan Islam yang didasarkan pada keputusan Ijtima ulama Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). 2. Tujuan Khusus Penulisan ini dibuat untuk membahas lebih lanjut mengenai: 1) Pengaturan mengenai penitipan janin menurut Hukum Islam; 2) Status Hukum Anak yang lahir dari rahim ibu pengganti menurut Hukum Islam; 3) Hubungan hukum anak yang lahir dari rahim ibu pengganti terhadap ibu pengganti dan orang tua pendonor menurut Hukum Islam. 1.4. Definisi Operasional Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini terdapat beberapa istilah yang dipergunakan untuk membatasi pengertian, istilah ataupun konsep. Untuk menghindari perbedaan pengertian terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian dan penulisan hukum ini, berikut ini diberikan definisi dari istilahistilah tersebut: 1. Surrogate Mother adalah seorang wanita yang mengandung dan kemudian melahirkan seorang anak untuk orang lain, dengan niatan sepenuhnya menyerahkan anak yang dikandungnya kepada orang lain tersebut pada saat dilahirkan 6. 6 Surrogacy the issues, <http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/ pages/surrogacy_the_issues?opendocument,>, 19 September 2007.

6 2. Inseminasi buatan (In Vitro Fertilization) adalah memasukkan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami 7. 3. Bayi Tabung Uji adalah bayi yang dilahirkan oleh seorang perempuan hasil daripada persenyawaan ovumnya dengan sperma suaminya di luar tubuh perempuan itu 8. 1.5. Metode Penelitian Penulisan skripsi ini termasuk bentuk penelitian hukum. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. 9 Penelitian hukum dapat dibedakan menjadi penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosioempiris. 10 Penulisan skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif. Dalam penelitian hukum normatif yang diteliti adalah bahan pustaka atau data sekunder, yang mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, dan wawancara. 11 Data sekunder atau bahan pustaka yang dipergunakan antara lain: 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat 12 yang berhubungan dengan penulisan ini yaitu setiap peraturan 7 Evi Puspita Sari et al., Inseminasi Buatan. <http://ferrykarwur.i8.com/materi_bio/ materi4. html >, 19 September 2007 8 Ahmad Shuib Yahaya. Bayi Tabung Uji Menurut Perspektif Sains. <www.papisma.org/ nota/fekah/ testtube.pdf>, 19 September 2007. 43. 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3, (Jakarta: UI-Press, 2005), hal 10 Ibid., hal 52. 11 Ibid. 12 Ibid.

7 perundangan-undangan yang berkaitan dengan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi sumber primer serta implementasinya. 13 Terdiri dari Rancangan Undang-undang, laporan penelitian, artikel ilmiah, buku, makalah, penelusuran internet, skripsi dan tesis. 3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap sumber hukum primer dan sumber hukum sekunder, 14. Terdiri dari abstraksi, buku pegangan, penerbitan pemerintah dan kamus. Data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan sebagai data sekunder dan wawancara selanjutnya dipadukan dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bertujuan menggambarkan secara tepat sifat suatu keadaan tertentu. 15 1.6. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang pembahasannya dimulai dari bagian-bagian yang bersifat umum menuju kepada bagian-bagian yang lebih bersifat khusus. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN. Gambaran umum mengenai latar belakang masalah yang menjadi dasar penulisan, pokok permasalahan, tujuan, definisi operasional, serta metode penelitian. 13 Sri Mamudji et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum, 2005), hal. 31. 14 Ibid. 15 Ibid. hal. 4.

8 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERKAWINAN DAN HUKUM KELUARGA ISLAM. Penjelasan mengenai Hukum Perkawinan Islam, pengertian perkawinan, dasar hukum perkawinan Islam, asas-asas perkawinan Islam, tujuan perkawinan, hukum melakukan perkawinan, larangan melakukan perkawinan, rukun dan syarat perkawinan, keluarga dalam Islam, kewarisan Islam, dan kedudukan Ayah, Ibu, serta Anak dalam Islam. BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BAYI TABUNG DENGAN MENGGUNAKAN RAHIM IBU PENGGANTI (SURROGATE MOTHER) Penjelasan mengenai tekhnologi pembuahan dalam tabung, dasar hukum konsepsi dalam Islam, sejarah singkat bayi tabung, tujuan bayi tabung, syarat-syarat mengikuti program bayi tabung, proses dan jenisjenis bayi tabung, pengertian penitipan janin pada ibu pengganti, macam-macam penitipan janin, motivasi dilakukannya penitipan janin pada rahim ibu pengganti, ijtihad mengenai penitipan janin, dan beberapa kasus-kasus penitipan janin pada rahim ibu pengganti. BAB IV ANALISIS MENGENAI HUKUM PENITIPAN JANIN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis mengenai kedudukan bayi tabung dalam hukum perkawinan Islam dan akibat hukum yang timbul dari perbuatan bayi tabung dengan menggunakan rahim ibu pengganti menurut Hukum Islam. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari analisis permasalahan dalam bab-bab sebelumnya dan saran yang dapat diberikan penulis berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.