BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang bersifat sosial yang tidak dapat hidup

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang bersifat sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, masing-masing berpendampingan satu dengan yang lainnya. Manusia juga adalah makhluk berakal, memiliki jasmani dan rohani serta sejak lahir adalah sebagai suatu pribadi. Akan tetapi untuk mencapai perkembangan pribadiya yang wajar dan mewujudkan kesejahteraan insaninya yang penuh (volmenselijk welzijn), manusia tidak mencukupi dirinya sendiri melainkan memerlukan sesamanya. 1 Telah menjadi kodrat bagi manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Aristoteles dalam teorinya manusia sebagai makhluk sosial (zoon Politicon). Oleh sebab itu manusia wajib dan juga berhak untuk hidup dalam hubugan, pergaulan dan kerja sama dengan sesamanya, baik secara lepas maupun secara tetap dalam ikatan-ikatan yang permanen. 2 Salah satu bukti bahwa manusia adalah makhluk sosial dan perlu hidup bersama dengan manusia lainnya adalah dalam bentuk keluarga. Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang terbentuk dari akibat terjadinya perkawinan. 1 Victor Situmorang, Kedudukan Wanita di Mata Hukum, Bina Aksara, Jakarta,1998, hal 33 2 ibid 1

2 2 Dalam masyarakat, kehidupan berkeluarga merupakan inti dalam hubungan anatara manusia, sehingga dasar dari kehidupan bermasyarakat yang akhirnya membentuk suatu bangsa dan negara. 3 Perkawinan adalah suatu dimensi dalam kehidupan manusia yang sifatnya penting, karena merupakan suatu ikatan yang mendalam dan kuat yang menghubungkan antara pria dan wanita lam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia. Dalam kehidupan bermasyarakat, perkawinan di refleksikan sebagai suatu pilihan hidup yang secara umum dijalani demi melanjutkan keturunan di dalam suatu keluarga. Perkawinan dapat dibahas baik dalam terjadinya, yaitu sebagai pelangsungnya, maupun dalam eksistensinya, yaitu sebagai ikatan kebersamaan hidup yang menetap antara pria dan wanita. 4 Dalam ketentuan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita seabagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal dan bahagia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Terjalinnya ikatan lahir dan batin tersebut merupakan fondasi dalam membentuk dan membina keluarga yang bahagia dan kekal merupakan tujuan ideal yang tinggi dan mencakup perngertian jasmani dan rohani yang melahirkan keturunan 5, sehingga dapat diartikan bahwa perkawinan haruslah berlangsung seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja, akan tetapi dalam kenyataan, banyak pasangan suami isteri yang terpaksa harus putus ikatan 3 Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2003, hal 5 4 Victor Situmorang, Op.cit., hal 34 5 Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional, CV. Rajawali, Medan, 1986, hal 3

3 3 perkawinannya di tengah jalan. Secara umum mengenai putusnya hubungan perkawinan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan membagi sebab-sebab putusnya perkawinan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu seperti yang tercantum dalam Pasal 38 yaitu Kematian, Perceraian, dan Putusan Pengadilan. Putusnya perkawinan dapat pula disebabkan karena kematian suami atau isteri. Dengan kematian salah satu pihak, maka pihak lain berhak waris atas harta peninggalan yang meninggal. Menentukan status kepemilikan harta selama perkawinan,begitu penting untuk memperoleh kejelasan bagaimana kedudukan harta itu jika terjadi kematian salah satu suami atau isteri, mana merupakan harta peninggalan yang akan diwaris oleh masing-masing ahli waris. Demikian pula apabila terjadi percerian karena adanya kematian harus ada kejelasan mana yang menjadi hak isteri atau suami dan mana yang menjadi hak anak. Jangan sampai isteri atau suami mengambil hak anak atau sebaliknya. Gono-gini atau harta bersama adalah harta yang diperoleh pasangan suami isteri secara bersama-sama selama masa dalam ikatan perkawinan. Harta gonogini dan perjanjian perkawinan sering luput dari perhatian masyarakat karena sering menganggap perkawinan adalah suatu ikatan yang suci sehingga tidak etis jika membicarakan masalah harta benda apalagi pembagian harta bersama selama perkawinan jika suatu saat terjadi perceraian. Sedangkan harta bawaan adalah harta yang diperoleh oleh suami atau isteri dari waris, hadiah atau hibah yang tidak bisa dimasukan kedalam harta bersama.

4 4 Pada umumya di Indonesia, apabila pewaris wafat meninggalkan isteri dan anak-anaknya, maka harta warisan terutama harta bersama suami isteri yang di dapat sebagai hasil pencarian selama perkawinan dapat dikuasai oleh janda almarhum pewaris untuk kepentingan kelanjutan hidup anak-anak dan janda itu sendiri. Penguasaan terhadap harta warisan oleh janda yang ditinggal mati suami tersebut berakhir apabila anaknya sudah dewasa atau berumah tangga. Berakhir disini bukan berarti janda tidak dapat lagi bagian atau tidak berhak menikmati lagi tetapi berarti bahwa harta warisan tersebut dapat dibagi rata antara anak-anaknya dan ibunya (janda). Pada umumnya, janda yang telah ditinggal mati suaminya dalam memenuhi kehidupannya dan anak-anaknya sering sekali mengalami kendala ekonomi pasca meninggalnya suami, atas hal tesebut banyak sekali janda-janda yang ditinggal mati suaminya melakukan perbuatan hukum seperti penjualan dan gadai atas waris alhmarhum suaminya, akan tetapi terdapat kendala-kendala dalam melakukan perbuatan hukum tersebut dalam pelaksanaanya yang memiliki proses dan prosedur yang harus dijalani dengan benar. Selain dari hal tersebut banyak juga waris yang ditinggal mati suami merupakan harta bawaan yang salah satu contohnya merupakan warisan suami akan tetapi dalam masa perkawinan berlangsung harta yang ada merupakan harta warisan suami tersebut hingga suami mati, dalam hal ini untuk memenuhi kehidupan janda yang ditinggal mati suami dengan waris suami yang merupakan warisan suami, dalam kata lain dalam memenuhi kehidupan janda yang hanya memiliki harta bawaan dan akan melakukan perbuatan hukum seperti penjualan

5 5 atau gadai sudah pasti memiliki kendala-kendala karena didalam melakukan perbuatan hukum tersebut memiliki prosedur. Lantas, apa yang dibicarakan dalam ranah teori tidak selamanya akan berjalan dengan sempurna dalam kehidupan bermasyarakat. Ada banyak sebab disana sini yang mengakibatkan pergeseran nilai-nilai yang seharusnya terjadi, untuk melihat masalah secara jelas dan terperinci, untuk itulah diperlukan kajian dan analisis untuk menjawab berbagai permasalahan yang ada. Oleh karena itu maka Penulis tertarik untuk meninjau lebih jauh melalui penulisan skripsi dengan judul KEWENANGAN BERTINDAK DALAM MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM MENGENAI HARTA BAWAAN DAN HARTA BERSAMA BAGI JANDA YANG DITINGGAL MATI SUAMI (STUDI PADA KANTOR NOTARIS SUPRAYITNO S.H., M.Kn. DI KOTA MEDAN) B. Permasalahan Adapun permaslahan yang akan diangkat didalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimanakah kedudukan hukum harta-harta dalam perkawinan menurut peraturan Perundang-undangan? 2. Bagaimana permbagian harta bawaan dan harta bersama ( pasca perceraian )? 3. Apa saja kewenangan bertindak dalam melakukan perbuatan hukum bagi janda yang ditinggal mati suami atas harta bawan suami (penjualan dan gadai)

6 6 C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat untuk mendapat gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas,,maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui seperti apa harta bawaan dan harta bersama menurut perundang-undangan. 2. Untuk mengetahui seperti apa pembagian harta diluar dan didalam perkawinan pasca perpisahan. 3. Untuk mengetahui apa saja kewenangan bertindak di dalam perbuatan hukum bagi janda yang ditinggal mati suami atas harta suami diluar perkawinan berupa penjualan ataupun gadai. D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penuisan yang dapat dikutip dari skripsi ini antara lain : 1. Secara Teoritis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian untuk menambah pengetahuan bagi perkembangan Hukum Perdata dalam masalah kewenangan bertindak seorang janda mengenai harta bawaan dan harta bersama setelah kematian suami. 2. Secara Praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan suatu pedoman mengenai pembagian harta bagi seorang janda yang di tinggal mati suami, juga dapat menjadi masukan bagi rekan-rekan mahasiswa.

7 7 E. Metode Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian, metode penelitia harus ditetapkan secara tepat karena dengan metode penelitan ini akan membantu dan menetapkan arah dan tujuan peneliti sehingga akan mampu menggungkapkan penelitian secara sistematis. Maka penulis menggunakan sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum Normatif dan Studi Kasus. Penelitian Normatif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, penelitian hukum normative atau kepustakaan tersebut mencangkup penelitian hukum normative dengan cara mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari bukubuku perpustakaan maupun perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan di dalam skripsi ini. 6 Sedangkan studi kasus adalah metode penelitian dengan memeriksa kasus dengan melalakukan wawancara pada kantor Notaris, dan pengumpulan data. 2. Sumber Data Adapun data merupakan bahan yang sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah skripsi, data yang digunakan dalam sebuah skripsi meliputi data sekunder dan data primer. a. Data sekunder adalah yang diperoleh secara tidak langsung yang berasal dari buku-buku dan dokumen yang disediakan di perpustakaan atau milik 6 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hal 13-14

8 8 pribadi dan bahan-bahan sekunder seperti kamus besar bahasa Indonesia dan Black s Law Dictionary 7. Data sekunder yang diperoleh untuk skripsi ini adalah berasal dari KUHPerdata, buku-buku tentang perkawinan, dan pendapat para ahli tentang perkawinan dan pembagian harta. b. Data primer dari penulisan skripsi inimerupakan wawancara langsung pada Kantor Notaris Suprayitno S.H.,M.Kn di Kota Medan. Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini digunakan teknik library research yang merupakan kegiatan mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan bantuan perpustakaan, seperti buku-buku, tulisan-tulisan serta perundangundangan yang hubungannya dengan pembahasan skripsi ini. Selain itu juga menggunakan fasilitas teknologi yang memalui media internet (online) dengan mencari situs yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini. F. Keaslian Penulisan Judul yang dipilih adalah KEWENANGAN BERTINDAK DALAM MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM MENGENAI HARTA BAWAAN DAN HARTA BERSAMA BAGI JANDA YANG DITINGGAL MATI SUAMI (STUDI PADA KANTOR NOTARIS SUPRAYITNO S.H., M.Kn. DI KOTA MEDAN) Penulis mengakui bahwa topik yang diusung ini memang telah banyak dibicarakan oleh beberapa penulis sebelumnya. Namun berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan dan hasil peneliti dari penelusuran elektronik yang 7 ibid

9 9 dilakukan melalui media internet, ada beberapa yang mengangkat wacana tentang hukum perkawinanyang berkaitan dengan harta akan tetapi berbeda maksud dan tujuan yang diajukan. Skripsi ini mengkhususkan pembahasan terhadap kewenangan bertindak seorang janda yang ditinggal mati suami dalam melakukan perbuatan hukum atas harta baik harta yang di dapat selama perkawinan ( harta bersama ) maupun harta bawaan. Apakah janda tersebut dapat melakukan penjualan atau gadai terhadap harta yang ditinggalkan. Rumusan permasalahan serta pendekatan metode penelitian yang dipergunakan dalam skripsi ini berbeda dengan penulisan terdahulu. Jadi, secara akademis penulisan skripsi ini belum pernah dibuat sebelumnya, sehingga keaslian penulisan ini dapat dipertanggung jawabkan. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan, maka dibuat sistematika secara teratur dalam bagian-bagian yang semuanya saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistematika atau gambaran isi tersebut dibagi dalam beberapa bab, dimana pada masing-masing bab menggunakan beberapa masalah-masalah. Adapun gambaran isi atau sistematika tersebut adalah sebagi berikut ; Bab I : PENDAHULUAN Pada bab ini disajikan atau dibicarakan uraian pengantar untuk dimengerti sejauh mana ruang lingkup pembahasan penulisan. Pokokpokok penjelasan pada bab ini yang terdiri dari : Latar Belakang,

10 10 Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penulisan, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan. Bab II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERBUATAN HUKUM Bab ini berisikan tentang perbuatan hukum secara umum, dimana pada bab ini menguraikan tentang pengertian hukum dan tujuannya, sumbersumber hukum itu sendiri, perbuatan hukum yang lebih khusus dimata Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, serta jenis-jenis perbuatan hukum. Bab III : TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN Bab ini menjelaskan secara umum tentang harta dalam perkawinan mengenai akibat hukum dari suatu perkawinan, jenis-jenis harta yang ada dalam sebuah perkawinan, pengertian tentang harta yang timbul di luar perkawinan dan harta yang timbul di dalam perkawinan serta kedudukan janda terhadap harta suaminya yang telah mati. Bab IV : KEWENANGAN BERTINDAK DALAM MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM MENGENAI HARTA BAWAAN DAN HARTA BERSAMA BAGI JANDA YANG DITINGGAL MATI SUAMI (STUDI PADA KANTOR NOTARIS SUPRAYITNI S.H., M.kn. DI KOTA MEDAN) Bab ini berisikan tentang suatu kajian mangenai kewenangan bertindak secara hukum dalam harta peninggalan suami yang telah

11 11 mati, yang terdiri dari beberapa sub, yakni : Harta Bersama atau Harta yang Timbul Dalam Perkawinan Menurut Peraturan Perundang- Undangan, Pembagian Harta Bawaan dan Harta Bersama ( Pasca Perceraian ), Kewenangan Bertindak Dalam Melakukan Perbuatan Hukum Seorang Janda yang Ditinggal Mati Suami atas Harta bawaan Suam i(penjualan atau Gadai)