BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. dewasa madya, dan dewasa akhir. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari permainan (game). Manusia

BABI PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia diciptakan sebagai makhluk sosia1. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus bunuh diri atau dalam psikologi disebut suicide di Indonesia semakin mewabah. Pada tahun 2000, Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan sekitar 1 juta orang melakukan bunuh diri setiap tahunnya (www.osun.org). Pada tahun 2009 peningkatan kasus bunuh diri yang terjadi di dunia kian hari kian meningkat, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir jumlah bunuh diri di dunia meningkat hingga 1 juta kasus bunuh diri, mirisnya lagi 65% dari angka itu terjadi di Asia. Prihatin dengan kondisi tersebut, maka Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) bergandengan tangan menyukseskan Simposium Nasional Pencegahan Bunuh Diri Dirangkai Dengan Gangguan Bipolar yang berlangsung di Hotel Sheraton, hari Sabtu (18/4) (www.surabaya-ehealth.org). Di propinsi DKI Jakarta, kasus bunuh diri mencapai 5,8% dari jumlah penduduk. Di kabupaten Gunung Kidul, propinsi DIY terdapat lebih dari 30 kasus setiap tahunnya (http://psikologi.ums.ac.id). Bagian humas POLDA Jawa Timur, mengungkapkan bahwa hampir semua daerah di provinsi Indonesia sudah ditemukan kasus bunuh diri. Bunuh diri berada di antara 10 besar penyebab kematian. Kematian dengan bunuh diri memiliki dampak psikologis dan sosial yang luas pada keluarga dan masyarakat (http://psikologi-online.com). Pada semester pertama 2009, jumlah kasus bunuh diri di Sragen mencapai 10 kasus dan hingga akhir 2009 mencapai 18 kasus. Hingga semester pertama 2010 ini, sudah ada 13 kasus bunuh diri di Sragen atau meningkat 30 persen dibanding periode yang sama tahun 2009, kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolimas) Sragen, Wangsit Sungkono di Sragen, Jumat,30/7/2010 (www.surya.co.id). Bunuh diri merujuk pada perbuatan memusnahkan diri karena enggan berhadapan dengan sesuatu perkara yang dianggap tidak bisa ditangani. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan dan merupakan keadaan darurat psikiatri karena individu berada dalam keadaan stress yang tinggi dan menggunakan coping yang maladaptif. Lebih lanjut lagi, bunuh diri merupakan tindakan merusak integrasi diri atau mengakhiri kehidupan, 1

2 dimana keadaan ini didahului oleh respon maladaptif dan kemungkinan keputusan terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat, 1994). Terdapat tiga faktor pemicu kasus bunuh diri yakni tekanan ekonomi, kesepian dan kehilangan makna Hidup. Saat ini kasus bunuh diri dimasyarakat yang paling banyak disebabkan oleh tekanan ekonomi. Oleh karena itu kasus bunuh diri sering kali dilakukan oleh masyarakat ekonomi rendah. Namun untuk kalangan ekonomi atas bunuh diri dilakukan karena faktor kesepian dan kehilangan makna hidup. Lebih lanjut dikatakan bahwa orang-orang itu tidak banyak mempunyai waktu untuk bergaul dengan teman, kerabat, sahabat dan saudara. Hanya mempunyai beberapa teman setia yang ia miliki, akibatnya mereka kesepian dan kehilangan makna hidup. Ketika ia tak lagi sibuk dan didera masalah, maka mereka merasa sendirian dan tidak memiliki tempat untuk mengadu dan berbagi. Perasaan kesepian dan tidak memiliki teman bisa menjadi pintu awal setiap manusia untuk kehilangan makna hidup, hal ini kadang berakhir dengan jalan pintas bunuh diri (www.surabayaehealth.org). Perilaku bunuh diri tidak hanya terjadi pada usia-usia tertentu. keinginan mengakhiri hidup dengan bunuh diri bisa melanda anak-anak, remaja, dewasa bahkan lansia (http://psikologi.ums.ac.id). Etiologi dari perilaku percobaan bunuh diri ini berbagai macam diantaranya faktor moodeling pada anak, sedangkan pada lansia terjadinya perilaku percobaan bunuh diri mencakup 2 hal yaitu menurunnya aktivitas fisik dan suasana hati. Remaja yang melatar belakangi perilaku percobaan bunuh diri karena kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stess, kegagalan menjalani hubungan interpersonal, perasaan marah yang tidak bisa tersalurkan (www.osun.org). Pada masa dewasa, harapan dapat memainkan perannya bersama dengan individu-individu lain dalam masyarakat. ciri-ciri yang menonjol dalam masa dewasa yang membedakan dengan masa kehidupan lain, nampak pada melonjaknya persoalan hidup yang dihadapi dibandingkan dengan remaja dan terdapatnya ketegangan emosi (Santrock, 1995). Dewasa merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru. manusia dewasa diharapkan memainkan peran barunya dalam hal-hal sebagai orangtua serta mengembangkan sikap-sikap, minat-minat dan nilai-nilai dalam memelihara peran-peran tersebut. Arti

3 tugas-tugas perkembangan bagi orang dewasa pada intuinya mengandung isi harapan pemenuhan kebutuhan dan tuntutan dari sosiokultur yang hidup di lingkungan sekitar. Dewasa bisa dikatakan sebagai individu-individu yang telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal dan diharapkan telah memiliki kesiapan kognitif, afektif dan psokimotor. Masa dewasa merupakan usia banyak masalah, dikatakan seperti itu karena banyak persoalan yang baru dialami. Persoalan-persoalan itu berbeda dengan masa kanak-kanak mereka. Beberapa di antaranya persoalan tersebut merupakan kelanjutan atau pengembangan persoalan yang dialami dalam masa remaja akhir. Penyesuaian diri terhadap masalah-masalah masa dewasa menjadi lebih intensif dengan diperpendeknya masa remaja, sebab masa transisi untuk menjadi sangat pendek sehingga anak-anak muda hampir tidak mempunyai waktu untuk membuat peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 1999). Harapan-harapan yang belum terwujud pada masa remaja akhir akan terbawa sampai usia dewasa dan untuk memenuhi harapan tersebut, individu akan berusaha serkuat tenaga untuk mencapainya. Bahayanya, jika harapan-harapan yang tinggi tidak selaras dengan kemampuan individu yang bersangkutan, akan menyebabkan sesuatu yang sangat mengecewakan (Hurlock, 1999). Ada tiga pilihan tindakan menghadapi kekecewaan yang dialami individu yaitu melawan, melarikan diri atau kompromi. Melawan dengan cara terus berusaha melawan hambatan. Melarikan diri yaitu dengan cara mencari alternatif lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sedangkan untuk kompromi mencari cara pemenuhan kebutuhan dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Ahli personologi Henry Murray mengatakan bahwa semua kebutuhan saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam berbagai cara. Ada kebutuhan yang membutuhkan kepuasan sebelum kebutuhan lainnya. Contohnya orang harus terbebas dari rasa sakit, haus dan lapar sebelum memuaskan kebutuhan memahami dan bermain. Ada kebutuhan yang konflik atau berlawanan dengan kebutuhan lainnya, Misalnya kebutuhan otonomi konflik dengan kebutuhan afiliasi. Ada juga kebutuhan yang cenderung yang bergabung dengan kebutuhan lainnya. Contohnya agresi memiliki kemungkinan bergabung dengan domonan.kebutuhan juga mungkin menjadi bagian dari kebutuhan lainnya, misalnya kebutuhan merendah mungkin

4 untuk melayani kebutuhan afiliasi. Kebutuhan merupakan penentu tingkah laku yang berasal dari dalam individu. Di dalam memenuhi kebutuhan, akan terdapat bentuk tingkah laku yang berasal dari lingkungan yaitu sebuah tekanan (Alwisol, 2009). Dari 20 macam kebutuhan Murray, kebutuhan intraggesion merupakan kebuhuhan memperbaiki atau merendahkan diri sendiri karena melakukan sesuatu yang salah, merasa bodoh dan gagal. Individu ini memiliki perasaan inferioritas, bersalah dan menyesal. keadaan tersebut membuat individu menghukum diri secara fisik hingga melakukan percobaaan bunuh diri. Press luck merupakan tekanan yang dirasakan pelaku percobaan bunuh diri karena tekanan yang dihadapkan bisa membuat frustasi (Defend Mechanism Need&Press TAT, 2005). Perilaku percobaan bunuh diri juga dapat ditimbulkan karena tidak bisanya seseorang memenuhi kebutuhan yang ada di dalam diri individu itu sendiri. Jika individu dapat terpenuhi kebutuhannya, maka tidak akan muncul masalah pada diri individu tersebut. Tetapi akan sebaliknya jika kebutuhan tidak terpenuhi dan ditambah dengan tekanan dari lingkungan sekitar, maka akan memperparah kondisi individu (Alwisol, 2009). Kebutuhan yang tidak terpenuhi tersebut akan menimbulkan kekhawatiran dan mengakibatkan stress pada diri individu itu. Jika individu tidak mampu bertahan dari situasi stress yang dihadapinya, maka akan berdampak lebih buruk bagi individu tersebut. Dampak yang terjadi, individu tersebut bisa mengalami depresi. Para ahli dari berbagai bidang telah menyampaikan, antara lain dari pakar psikologi dan dokter (dalam Keliat, 1994), menyatakan bahwa bunuh diri diakibatkan oleh depresi karena individu tidak kuat menghadapi kenyataan antara banyaknya tuntutan dari lingkungan. Hampir 90 % individu yang yang melakukan bunuh diri dan usaha bunuh diri mempunyai kemungkinan mengalami gangguan mental. Gangguan mental yang paling sering dialami oleh orang yang melakukan bunuh diri adalah depresi. Paling kurang, 15 % individu dengan depresi, sukses melakukan bunuh diri (Mental Health.Net). Banyak teori yang menjelaskan tentang depresi, dan semua sepakat keadaan depresi merupakan indikasi terjadinya bunuh diri. Pandangan lain tentang depresi diungkap juga oleh ahli psikoanalisis Freud, Freud juga menyatakan jika depresi adalah kemarahan seseorang yang ditujukan

5 kepada dirinya sendiri. Secara spesifik, ego yang terdapat pada seseorang yang berada pada kondisi seperti hal tersebut, dihadirkan kepada orang yang telah meninggalkannya. Kemarahan akan menjadi lebih besar jika orang yang depresi berharap untuk menghapus kesan atau sosok dari orang yang meninggalkannya. Penghapusan atau penghilangan kesan atau gambar tersebut dilakukan kepada dirinya sendiri dengan jalan bunuh diri (Maltsberger, dalam Hoeksema, 2001). Penelitian ini dipergunakan untuk mengetahui kebutuhan dan tekanan pelaku percobaan bunuh diri yang di khususkan pada usia dewasa. Diharapkan dengan penelitian ini, dapat memberikan bantuan yang sesuai dengan keadaan pelaku percobaan bunuh diri sehingga dapat di adakannya pencegahan dan penanganan oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Dan berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang bunuh diri dengan judul '' Kebutuhan (need) dan Tekanan (press) Pelakukan Percobaan Bunuh Diri (suicide) Pada Usia Dewasa''. Di sini peneliti ingin mengetahui kebutuhan dan tekanan yang dialami oleh pelaku percobaan bunuh diri khususnya pada usia dewasa. B. Rumusan Masalah Dari gambaran umum yang telah disampaikan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah ini adalah Kebutuhan (need) dan tekanan (press) pelakukan percobaan bunuh diri (suicide) pada usia dewasa. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah apa saja kebutuhan (need) dan tekanan (press) yang dialami pelaku percobaan bunuh diri (suicide) pada usia dewasa. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis Manfaat teoritis yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain adalah diharapkan dapat memperkaya informasi ilmiah yang berarti bagi pengembangan ilmu psikologi di bidang klinis dan sosial.

6 2. Secara praktis Dari penelitian yang penulis lakukan, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pihak-pihak terkait dengan memberikan gambaran tentang kebutuhan (need) dan tekanan (press) pelaku percobaan bunuh diri (suicide) pada usia dewasa. Diharapkan pula pada penelitian ini, dapat memberikan informasi-informasi yang berkenaan dengan keadaan psikologis pelaku percobaan bunuh diri. Dari informasi yang didapat diharapkan seluruh masyarakat dapat melakukan pencegahan dan penanganan pada korban percobaan bunuh diri.