BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini disajikan uraian tentang: latar belakang masalah, perumusan

BAB III METODE PENELITIAN

NILAI PREDIKSI IEKAD UNTUK KEBERHASILAN STUDI SISWA PADA JURUSAN STUDI TERTENTU

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. LEMBAR PERNYATAAN... i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. saat tertentu juga seseorang bisa menyelesaikan masalahnya berdasarkan

I. PENDAHULUAN. media globe (bumi yang bulat) yang akan terlihat seluruh daratan, lautan, karier untuk menuju masa depan yang lebih cerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang bimbingan belajar berbasis teknik mind map untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

PENILAIAN KINERJA BIMBINGAN DAN KONSELING AMIN BUDIAMIN. Oleh JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. PERNYATAAN i LEMBAR PENGESAHAN.. ii ABSTRAK. iii. KATA PENGANTAR.. v UCAPAN TERIMAKASIH.. vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ix

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PERNYATAAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR UNGKAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI. A. Latar Belakang Penelitian... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Kegunaan Penelitian... E. Definisi Operasional...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK...

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

Penelitian 6 BK Model-model Effective problem-solving model Dalam Bimbingan Karir Mahasiswa PLB Oleh Drs. Dudi Gunawan, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

PENGGUNAAN IEKAD DALAM KONSELING KARIR UNTUK MEMBANTU SISWA MEMAHAMI PREFERENSI VOKASIONALNYA (Studi Pada Siswa SMA Negeri 1 Krui Tahun 2012)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bimbingan Konseling dan Pengembangan Karier (PBKPK) tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian dan analisis

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Karier merupakan salah satu komponen paling penting dalam kehidupan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan pada Bab IV maka dapat

PENGEMBANGAN MATERI BIMBINGAN KLASIKAL BERBASIS KEBUTUHAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAGI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DAFTAR ISI... HALAMAN PERSETUJUAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat

BAB III METODE PENELITIAN. biasa dipakai dalam penelitian untuk menghasilkan produk atau model pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan antara siswa satu dengan lain, memiliki potensi untuk tumbuh

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR PHOTO... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

THE PROFILE OF CAREER INTEREST TEDENCY ELECTION BASED ON THE TYPE OF STUDENTS PERSONALITY AT CLASS OF XI SENIOR HIGH SCHOOL OF BENGKULU CITY

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini disajikan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian, sedangkan rekomendasi berkenaan dengan implementasi dan implikasi temuan penelitian. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapatlah disimpulkan bahwa model konseling karier alternatif yang dikembangkan berdasarkan Teori Pilihan Karier Holland ini efektif untuk membantu konseli memantapkan pilihan kariernya. Secara khusus kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Penyelengaraan konseling karier pada beberapa SMA di Bandarlampung bervariasi, baik bentuk kegiatan maupun intensitas layanannya. Pada umumnya pelayanan yang diberikan para konselor untuk memantapkan pilihan karier siswa belum optimal dan baru terbatas pada upaya membantu siswa memilih jurusan studi. Kegiatan tersebut umumnya dilakukan dengan pemberian angket jurusan dan informasi nama-nama jurusan studi kepada para siswa tertentu. Bagi beberapa sekolah, informasi diri diperoleh oleh siswa dari hasil pengetesan psikologis yang dilakukan oleh seorang tester (psikolog atau konselor). 206

207 2. Kemantapan pilihan karier siswa SMA beragam. Profil yang ditunjukkan oleh siswa pada setiap sekolah berbeda. Secara umum, sebahagian besar (56,17%) siswa tersebut menyatakan bahwa mereka masih merasa sedikit ragu dan kadang-kadang bertanya dalam hati apakah pilihannya sudah merupakan sesuatu yang tepat. Sedikit sekali jumlahnya, hanya ada sekitar 3,77% siswa yang telah menunjukkan pilihan kariernya secara mantap. Sisanya, dalam jumlah yang cukup banyak, ada sekitar 40,06%, masih dikategorikan dalam kelompok yang belum mantap pilihan kariernya. 3. Pengembangan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli ini dilakukan mengikuti tahapan berikut: perancangan model hipotetik, uji kelayakan model hipotetik, perumusan model operasional, uji lapangan untuk mengetahui keterlaksanaan dan keefektifan model, dan perumusan model akhir, serta diseminasi model. 4. Rumusan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli yang efektif terdiri atas konsep dasar model, buku panduan pelaksanaan, dan lembaran kerja konseli. Pada konsep dasar dimuat: rasional, tujuan, prinsip pelaksanaan, khalayak sasaran, peran dan kualifikasi konselor media yang digunakan, dan prosedur kerja konseling, serta evaluasi keberhasilan. Dalam buku panduan disajikan pedoman pelaksanaan konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli. Lembaran kerja konseli berupa Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri (IEKAD). Pada inventori tersebut dimuat arahan kerja, tahapan kegiatan dan tugas konseli dalam proses konseling karier.

208 5. Kemantapan pilihan karier konseli sebelum dan setelah menggunakan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli berbeda secara signifikan; Skor rerata kemantapan pilihan karier konseli sesudah menggunakan model konseling karier alternatif tersebut ternyata jauh lebih tinggi daripada skor yang ditunjukkan oleh konseli sebelumnya. 6. Kemantapan pilihan karier konseli yang menggunakan model konseling karier alternatif (kelompok eksprimen) berbeda secara signifikan dengan konseli yang tidak menggunakan model konseling karier alternatif (kelompok kontrol). Skor rerata kemantapan pilihan karier konseli pada kelompok eksprimen ditemukan lebih tinggi daripada konseli pada kelompok kontrol. 7. Penggunaan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli tidak bergantung kepada jenis kelamin siswa; Kemantapan pilihan karier konseli laki-laki dan perempuan setelah menggunakan model konseling karier alternatif meningkat sama tinggi, tetapi skor rerata yang ditunjukkan oleh kedua kelompok konseli tersebut tidak berbeda secara signifikan. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya serta kesimpulan yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, diajukanlah beberapa rekomendasi berikut ini. 1. Rekomendasi bagi Praktik Penyelenggaraan Konseling Karier a. Studi ini membuktikan bahwa secara empiris model konseling karier alternatif efektif untuk memantapkan pilihan karier konseli. Diduga, keefektifan model

209 tersebut tidak terlepas dari sumbangan karakteristik yang melekat pada subyek penelitian seperti: demokratis dalam pengambilan keputusan, berorientasi prestasi dalam bekerja dan berusaha, dan memiliki pilihan karier yang beragam. Karakteristik tersebut mungkin telah memupuk perkembangan kemandirian siswa dalam pengambilan keputusan pilihan kariernya. Berdasarkan temuan dan dugaan tersebut, sebaiknya model konseling karier alternatif ini digunakan oleh konselor untuk memantapkan pilihan karier para siswa yang memiliki karakteristik sama dengan subyek penelitian. b. Penyelenggaraan pelayanan dan penggunaan model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli ini menuntut aplikasi kompetensi konselor profesional dan keterampilan khusus tentang model. Berkenaan dengan kualifikasi yang dimaksudkan tersebut, sebaiknya setiap konselor yang berminat untuk menggunakan model konseling karier ini terlebih dahulu harus mengikuti pelatihan singkat tentang konsepsi model dan teknik operasionalnya, seperti pemahaman Teori Pilihan Karier Holland, penggunaan Buku Panduan Pelaksanaan Model dan penggunaan Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri (IEKAD) sebagai piranti dan sekaligus intervensi dalam pelayanan. Untuk keperluan ini perlu perencanaan dan persiapan yang khusus oleh konselor sekolah penyedia pelayanan yang dapat bekerja sama dengan pihak pengadaan piranti yang diperlukan. c. Ciri khas model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli adalah penggunaan Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri (IEKAD) sebagai piranti dan sekaligus intervensi dalam pelayanan. Oleh sebab itu direkomendasikan agar (IEKAD) dan instrumen kelengkapannya, seperti

210 Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) dan Kamus Jabatan Nasional (KJN), selalu tersedia bagi masing-masing siswa pada setiap kali menjalani proses konseling karier model ini. d. Model konseling karier ini dirancang untuk membantu konseli memantapkan pilihan kariernya. Oleh sebab itu, direkomendasikan agar model digunakan oleh konselor, terutama, untuk memberikan pelayanan konseling kepada para konseli yang tengah mengalami kebingungan, atau bimbang, atau ragu-ragu dalam menentukan pilihan kariernya. Serangkaian kegiatan konseling untuk tujuan tersebut dapat dilaksanakan secara individual atau secara kelompok tergantung pada pertimbangan, seperti jumlah konseli, ketersediaan waktu, dan/atau faktor pendukung lainnya. Jika jumlah konseli berbilang dan untuk efisiensi waktu disarankan agar konselor melaksanakan pelayanan secara kelompok. Sebaliknya, jika jumlah konseli terbatas dan waktu tersedia luas, mungkin bantuan secara individual lebih pas sebagai pilihan konselor. 2. Rekomendasi bagi Penelitian Lanjutan a. Model konseling karier untuk memantapkan pilihan karier konseli ini diharapkan padan untuk semua populasi. Namun bukti empiris yang menjelaskan keterkaitan berbagai variabel karakteristik demografis konseli, seperti: ras, suku bangsa, usia, status sosial, dan lain-lain dengan model tidak banyak ditemukan pada studi ini. Satu-satunya karakteristik demografis siswa yang telah diperiksa terkait dengan keefektifan model konseling karier yang sedang dikembangkan ini adalah jenis kelamin konseli. Untuk variabel ini temuan menunjukkan bahwa jenis kelamin siswa tidak menentukan

211 keefektifan penggunaan model konseling karier dalam memantapkan pilihan karier konseli. Oleh sebab itu, direkomendasikan kepada para peneliti lanjutan agar temuan ini dijadikan data awal bagi penelitian lanjutan yang serupa, terutama untuk memeriksa pengaruh berbagai karaktersitik demografis konseli tersebut terhadap keefektifan penggunaan model. Selain itu, variabel tempat tinggal (perkotaan-pinggiran kota), status sosial-ekonomi keluarga (tinggi, menengah, dan miskin), motivasi berprestasi, prestasi akademik, jurusan/ program studi, dan aspirasi siswa ke perguruan tinggi nampaknya relevan juga untuk diperiksa dalam penelitian serupa lanjutan tersebut. b. Uji keefektifan model konseling karier hasil pengembangan pada studi ini dikenakan kepada siswa kelas XII SMA. Melalui pemahaman pola kepribadian dan pengenalan lingkungan kerja yang diarahkan oleh kode ringkasan diri hasil konseling ternyata para siswa yang bersangkutan terbantu dalam menemukan pilihan bidang karier dan jenis jabatan (okupasi) yang dia kehendaki. Dengan demikian, model konseling ini pun mungkin dapat juga digunakan untuk membantu konseli dalam memilih jurusan studi yang dia kehendaki. Terkait dengan kemungkinan tersebut, direkomendasikan agar penelitian lanjutan dapat pula dikenakan kepada siswa yang sedang memilih jurusan studi, seperti siswa kelas X SMA, kelas IX SMP. Atau, diperluas kepada para pencari kerja yang sedang mempertimbangkan tawaran kerja untuk membantunya menemukan alternatif pilihan yang paling tepat baginya, baik bidang pekerjaan, kelompok jabatan, maupun jenis jabatan. c. Kode klasifikasi jabatan yang digunakan untuk menafsirkan kode ringkasan siswa merupakan adopsi model kelasifikasi Holland dan penggunaannya

212 hanya sebatas media dalam memahami ciri tipe kepribadian dan mengenal lingkungan okupasi. Untuk sampai kepada kelasifikasi kode yang berfungsi sebagai kriteria seleksi pilihan jabatan versi Indonesia masih perlu pengkajian lanjutan yang lebih luas dan mendalam. Studi ini merekomendasikan agar piranti yang telah digunakan pada penelitian ini dijadikan informasi awal bagi penelitian lanjutan dalam menemukan kode klasifikasi jabatan yang dikehendaki, kode kelasifikasi jabatan versi Indonesia. Penelitian untuk keperluan tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan sampel yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada siswa, akan tetapi juga hendaknya para pekerja dari berbagai latar profesi. 3. Rekomendasi bagi Pengembangan Keilmuan Bimbingan dan Konseling Karier Ada dua asumsi yang menjadi dasar pokok pengembangan model konseling untuk memantapkan pilihan karier konseli. Pertama, pilihan karier seseorang akan lebih mantap bila diputuskan berdasarkan atas pertimbangan pengalamanya sendiri daripada dipengaruhi pihak lain. Kedua, konseli akan lebih meyakini informasi tentang potensi dirinya yang diperoleh sendiri daripada informasi yang diperolehnya dari orang lain (konselor atau tester). Berdasarkan dua asumsi pokok tersebut diyakini bahwa pelibatan siswa secara aktif dalam merencanakan dan membuat keputusan pilihan kariernya dapat mengantarkan dia pada suatu pilihan karier yang tepat dan mantap. Rumusan model konseling karier hasil pengembangan ini telah menyediakan pelayanan yang memperkenankan konseli untuk melakukan asessmen dirinya sendiri, mengadministrasikan, dan

213 menafsirkan hasilnya sendiri dengan menggunakan piranti yang dinamakan Inventori Eksplorasi Karier Arahan Diri (IEKAD). Piranti tersebut berfungsi ganda, yakni sebagai instrumen dan sekaligus intervensi konseling karier. Pada IEKAD itu arahan-arahan pelayanan, baik berkenaan dengan materi, kegiatan konseli, maupun kerja konselor, telah disederhanakan ke dalam enam kelasifikasi, yang meliputi: Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Wirausaha dan Konvensional. Pada inventori inilah sesungguhnya kekuatan model pelayanan ditumpukan. Dengan kata lain, melalui model konseling karier yang menggunakan IEKAD ini konseli dibawa untuk berpartisipasi aktif dengan suasana yang menyenangkan sehingga memungkinkan dia banyak belajar tentang ciri diri dan lingkungannya. Pada gilirannya, kondisi yang demikian akan menumbuhkan kesadaran tentang resiko dan tanggung jawab atas suatu keputusan pilihan yang dibuatnya. Bagaimanapun juga, pelayanan bantuan pemilihan karier bukanlah suatu hal yang sederhana seperti menemukan kecocokkan pasak dan lubang, dan bukan pula suatu pristiwa yang dilakukan secara kebetulan. Pemilihan karier itu, sesungguhnya, suatu kegiatan yang menuntut perencanaan secara matang. Oleh karena itu siswa sendirilah yang seharusnya banyak terlibat dalam menentukan rencana dan keputusan pilihan kariernya. Konselor perlu membantu konseli untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya secara akurat, terutama untuk memahami diri dan pengenalan lingkungannya dengan baik. Prinsip-prinsip yang mendasari temuan tersebut sebaiknya dijadikan sebagai informasi tambahan dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang bimbingan dan konseling karier, khususnya dalam upaya membantu konseli memantapkan pilihan kariernya. Pengajian lebih jauh tentang kemampuan model konseling karier hasil

214 pengembangan dalam menumbuhkan dan memupuk perkembangan kemandirian seseorang dalam merencanakan dan membuat keputusan pilihan karier masih dibutuhkan pembahasan khusus, terutama dalam perkuliahan perluasan bimbingan dan konseling karier. Keefektifan suatu model konseling karier tidak terlepas dari pengaruh budaya lingkungan, baik yang melekat pada diri konseli maupun yang dibawa oleh konselor. Konseli yang hidup dalam masyarakat dengan latar budaya yang heterogin dimungkinkan memiliki sikap mental yang achivement oriented. Sikap ini diduga akan mampu memupuk perkembangan kemandirian pada diri siswa dalam membuat keputusan pilihan kariernya. Sebaliknya, konseli yang hidup dalam masyarakat dengan latar budaya homogin mungkin kurang memiliki sikap mental yang achivement oriented. Kondisi ini diyakini akan menghambat perkembangan kemandirian dalam pengambilan keputusan pilihan karier siswa. Pengkajian hubungan faktor budaya, khususnya sikap mental konseli secara mendalam perlu dilakukan terus menerus dan itu akan lebih menarik jika hal ini disertakan dalam pembahasan materi konseling lintas budaya pada program pendidikan penyiapan konselor. Studi ini mengkategorikan tipe kepribadian dan kelompok lingkungan menurut teori Holland (1985; 1973). Demikian juga acuan penafsiran Kode Ringkasan (KR) menggunakan model heksagonal yang diusulkannya. Uji validitas model tesebut, sepanjang yang penulis ketahui, belum pernah dilakukan pada masyarakat kita. Oleh sebab itu, sebaiknya pada waktu mendatang perlu dilakukan pengajian untuk menemukan bukti empiris tentang keberlakuan model heksagonal dari Holland ini pada masyarakat kita, Indonesia.