BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari,

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. faktor eksternal maupun faktor internal. Beberapa alasan yang diberikan sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung. Gede Merta Mertana

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok menjadi sesuatu yang sangat umum dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

HUBUNGAN ANTARA KEANGGOTAAN ASURANSI KESEHATAN DAN KEBIASAAN MEROKOK

I. PENDAHULUAN. perempuan menopause (Rachmawati, 2006). usia. Seorang wanita yang sudah menopause akan mengalami berhentinya

Transkripsi:

20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh karena itu maka setiap individu harus memperjuangkan kesehatannya semaksimal mungkin. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, perilaku dan faktor lingkungan menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Keadaan lingkungan dan perilaku yang buruk dapat menimbulkan berbagai macam penyakit dan dapat menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997). Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kualitas kehidupan, usia harapan hidup, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat (GBHN 1993). Salah satu masalah yang perlu ditanggulangi yang erat kaitannya dengan upaya mewujudkan pembangunan yaitu gaya hidup masyarakat yang nampaknya terlihat bertolak belakang dengan pola hidup sehat yang antara lain merupakan masalah perilaku merokok. Bank Dunia memperkirakan kurang lebih 1,1 milyar penduduk dunia adalah perokok dan 800 juta diantaranya terdapat di Negara berkembang. Konsumsi rokok di Negara maju cenderung menurun sementara di Negara berkembang semakin

21 meningkat. Konsumsi rokok di Indonesia sekitar 6,6 persen dari seluruh konsumsi di dunia (Pusat Promkes Depkes RI, 2004). Menurut hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2001 menyebutkan bahwa 27,7% penduduk berusia diatas 10 tahun merokok dalam satu bulan terakhir. 54,5% penduduk laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,2% perempuan yan merokok. Terdapat 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya (desa: 93,4%, kota 89,3%), dengan demikian sebagian anggota rumah tangga merupakan perokok pasif. Selain itu, 68,5% penduduk mulai merokok pada usia 20 tahun meningkat 8% dari Susenas 1995 yaitu 60,0%. Peningkatan usia muda yang merokok, kelompok umur 20-24 tahun (84,0%) dan kelompok umur 25-29 tahun (75,0%). Merokok merupakan masalah dan tantangan bagi dunia kesehatan, terutama pada upaya pencegahan penyakit akibat merokok. Meskipun perhatian dunia kedokteran maupun pengetahuan masyarakat pada umumnya tentang pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh kebiasaan kesehatan semakin meningkat namun apa yang dapat disaksikan bersama ialah suatu kenyataan yang ironis yaitu meningkatnya produksi rokok setiap tahun yang berarti meningkatnya pula konsumsi rokok tiap tahun (Hoepoedio,1980) Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut Departemen Kesehatan RI diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang per tahunnya. Sejauh ini, wabah merokok telah terjadi di negara-negara maju, dan pada tahun 2030

22 diperkirakan tidak kurang dari 70 persen kematian yang disebabkan oleh rokok akan terjadi di negara-negara berkembang (Pusat Promkes Depkes RI, 2004). Menurut Khanas (1992) merokok merupakan ancaman atau faktor resiko bagi kesehatan karena merokok merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner, stroke, kanker paru, radang menahun saluran pernafasan dan emfisema (Khana,S.1992). Penemuan Royal College Of Physicians yang dijelaskan dalam laporan United States Surgeon General on Smoking and Health tahun 1979 menyimpulkan bahwa angka kematian keseluruhan perokok kira-kira 70% lebih tinggi dari yang bukan perokok umur harapan hidup bagi yang berusia 30 tahun. Bila merokok dua bungkus per hari akan mengalami kerugian hidup selama 8 tahun dari orang yang bukan perokok pada usia yang sama. Demikian pula angka kematian lebih tinggi pada mereka yang merokok sejak lama atau memulai sejak usia muda, dan mereka yang merokok cigarette dengan kandungan tar dan nikotin tinggi Menurut Conrad and Miller (1986) seseorang akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual, menunjukkan kejantanan, mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan, sedangkan dorongan fisiologis karena adanya nikotin yang dapat mengakibatkan ketagihan sebagai seseorang ingin terus merokok. Kenyataan yang dihadapi bahwa semua dan hampir tidak ada yang tidak tahu tentang bahaya merokok tapi hal tersebut tidak menyusutkan niat orang untuk merokok selama faktor budaya juga akibat ilusi tentang kegagahan, kecantikan atau kemodernan yang disodorkan iklan rokok (Pujiati, Erni, 2003)

23 Kebanyakan dari perokok meninggal akibat kebiasaannya merokok dan separuh dari kematian ini terjadi pada usia produktif. Adanya selang waktu 20-25 tahun antara merokok dan timbulnya penyakit yang disebabkan oleh rokok, membuat dampak tersebut tidak disadari oleh mereka yang merokok. (www.gizi.net/cgibin/fullnews.cgi?newsid1086667350,88135) Menurut Sarafino dalam bukunya Health Physicology disebutkan bahwa dengan berperilaku merokok berarti orang tersebut telah mengurangi tingkat harapan hidupnya beberapa tahun dan menyebabkan meningkatnya resiko terkena banyaknya penyakit. Semakin banyak seseorang merokok, maka semakin buruklah tingkat kesehatan mereka dikemudian hari (Sarafino, 1994). Departemen Kesehatan telah melakukan upaya-upaya untuk mendukung program kesehatan dalam mengurangi akibat dari perilaku merokok tersebut dengan mengeluarkan peraturan dalam Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.161/MenKes/Inst/III/1990, tanggal 28 Maret 1990 mengenai Lingkungan Kerja Bebas Rokok yang ditujukan kepada seluruh jajarannya mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, yang berisi antara lain : 1. Menjadikan lingkungan/tempat pada unit masing-masing untuk bebas dari asap rokok. 2. Melaksanakan larangan merokok baik bagi pejabat dan karyawan maupun tamu/ pengunjung pada lingkungan tempat kerjadi unit masing-masing. 3. Menyediakan tempat atau ruangan khusus bagi mereka yang ingin merokok yang penempatannya sedemikian rupa tidak mengganggu lingkungan kerja.

24 4. Larangan merokok pada lingkungan tempat kerja bagi para pejabat/karyawan kesehatan agar dilaksanakan secara konsekuen dan bertanggung jawab sehingga menjadi panutan bagi masyarakat. Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Bekasi karena menurut hasil Susenas tahun 2001 mengenai Prevalensi merokok penduduk umur 15 tahun ke atas menurut propinsi dan jenis kelamin tahun 1995 dan 2001, Jawa Barat merupakan propinsi ketiga yang tertinggi setelah Lampung dan Gorontalo sebesar 35,0%. Survei sosial dan ekonomi nasional (Susenas) 1995 dan 2001 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang merokok di pedesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Propinsi dengan presentase penduduk pedesaan yang merokok paling tinggi berturut-turut adalah Lampung (32%), Jawa Barat (31%), Kalimantan Barat (31%), dan Bengkulu (30%). Propinsi dengan persentase penduduk perkotaan yang merokok paling tinggi adalah Jawa Barat, NTB, dan Lampung. Lampung dan Jawa Barat juga menjadi propinsi dengan persentase penduduk yang merokok paling tinggi secara nasional, sedangkan paling rendah adalah Bali. Dalam kaitan dengan penyuluhan anti rokok, kedua propinsi itu perlu mendapat perhatian yang lebih. Kota Bekasi dipilih sebagai daerah penelitian karena Kota Bekasi merupakan daerah perkotaan yang berada dalam propinsi Jawa Barat dan Dinas Kesehatan dipilih sebagai lokasi penelitian karena peneliti ingin mengetahui apakah pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi sebagai panutan masyarakat untuk berperilaku sehat sudah menerapkan Kawasan Tanpa Rokok di institusinya. Petugas kesehatan juga merupakan ujung tombak dalam menurunkan angka konsumsi rokok pada perokok. Oleh karena itu Penelitian

25 dilakukan untuk melihat gambaran Perilaku dan faktor-faktor yang mendorong dan menghambat pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi 1.8 Rumusan Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali melihat kebiasaan merokok pada masyarakat baik ditempat tinggal, tempat umum, maupun ditempat kerja yang tidak mengenal batas usia dan golongan. Mulai dari tingkat atas sampai dengan tingkat bawah. Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang merupakan salah satu institusi kesehatan masih dapat dijumpai pegawai yang merokok, padahal mereka merupakan salah satu panutan bagi masyarakat untuk berperilaku sehat. Di latar belakangi hal tersebut maka penulis ingin memperoleh gambaran mengenai perilaku merokok serta faktorfaktor yang mendorong dan menghambat perilaku merokok pegawai di Dinas Kesehatan Kota Bekasi 1.9 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dibuatlah pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimanakah gambaran perilaku merokok pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi tahun 2008? b. Faktor apakah yang melatarbelakangi perilaku merokok pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi tahun 2008?

26 1.10 Tujuan Penelitian 1.10.1 Tujuan Umum Diketahuinya gambaran perilaku merokok dan faktor penyebab merokok pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi tahun 2008. 1.10.2 Tujuan Khusus a. Diperolehnya informasi yang mendalam mengenai perilaku merokok pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi tahun 2008. b. Diperolehnya informasi mendalam mengenai factor predisposisi (faktor pemudah) perilaku merokok pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi tahun 2008. c. Diperolehnya informasi mendalam mengenai factor enabling (pemungkin) perilaku merokok pada pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi tahun 2008. d. Diperolehnya informasi mendalam mengenai factor reinforcing atau faktor yang mendorong dan menghambat perilaku merokok Dinas Kesehatan Kota Bekasi. 1.11 Manfaat Penelitian 1.11.1 Manfaat Untuk Program Promosi Kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Bekasi a. Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan program promosi kesehatan dalam upaya menanggulangi perilaku merokok di Dinas Kesehatan Kota Bekasi

27 b. Dinas Kesehatan dapat menggunakan hasil penelitian untuk membuat suatu program kesehatan atau intervensi yang berkaitan dengan perilaku merokok. 1.11.2 Manfaat Untuk Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai ilmu promosi kesehatan di bidang kesehatan masyarakat mengenai perilaku merokok dan faktor-faktor yang dapat mendorong ataupun menghambat untuk merokok. 1.11.3 Manfaat Untuk Penelitian Sebagai bahan bagi peneliti lain untuk menindaklanjuti penelitian ini, khususnya dalam mengidentifikasi perilaku merokok seseorang. 1.12 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku merokok pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan faktor apa saja yang mendorong dan menghambat mereka untuk merokok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan informan perokok dan bukan perokok. Selain itu, Peneliti juga menggunakan informan kunci untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku merokok di Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Penelitian dilakukan selama dua bulan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2008, dengan menggunakan teknik pengumpulan data, wawancara mendalam,

28 dan observasi langsung dilapangan. Informan yang digunakan yaitu pegawai Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang berusia antara 19 tahun sampai dengan 55 tahun. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok Merokok merupakan suatu kebiasaan tanpa tujuan yang positif bagi kesehatan manusia. Pada hakekatnya berwujud suatu proses pembakaran massal yang menimbulkan polusi udara yang padat dan terkonsentrasi langsung secara sadar dihirup dan diserap tubuh manusia yang dapat menyebabkan cidera bagian tubuh manusia itu sendiri (Hoepoedio, 1980).