BAB I PENDAHULUAN. dan penyediaan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan (living fluid) yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU YANG BEKERJA DI POSYANDU MELATI SEMPU BUMIREJO LENDAH KULON PROGO KARYA TULIS ILMIAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Fund, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes. No. 450/MENKES/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

MENYUSUI SAAT IBU BEKERJA. Dinas Kesehatan Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

Melindungi kesehatan ibu :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi


BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

Pemberian ASI Eksklusif Pada Wanita Pekerja Pabrik Lebih Sedikit Daripada Ibu Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan perhatian lebih dibandingkan permasalahan kesehatan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya terpenuhi (Depkes RI dalam Pratiwi, 2009).

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. Air susu ibu (ASI) merupakan air susu yang berasal dari payudara ibu. Di

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi pada awal kehidupan. ASI mengandung semua zat gizi (nutrient) yang dibutuhkan untuk membangun dan penyediaan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya bayi diberikan ASI selama paling sedikit 6 bulan dan makanan pendamping ASI seharusnya diberikan sesudah bayi berumur 6 bulan dan ASI tetap dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun (WHO, 2012). Pemberian ASI mempunyai peranan penting untuk pertumbuhan, kesehatan dan kelangsungan hidup bayi, karena ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, imunoglobulin, laktoferin, komplemen, lisozim, oligosakarida, sitokin, dan makrofag (American Academy of Pediatrics, 2012; Ballard and Morrow, 2013). Selain zat-zat yang terkandung didalamnya, pada ASI juga ditemukan bakteri probiotik yang mengatur fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan resistensi terhadap bakteri patogen pada usus (Lara-villosda et al., 2007). Menurut Syukur dan Purwati (2013), bakteri probiotik yang banyak dikenal termasuk kelompok bakteri asam laktat (BAL) dan termasuk mikroorganisme yang aman dan dapat membantu kesehatan total. Melihat keuntungan-keuntungan diatas membuat sebagian orang perlu berpikir ulang untuk memberikan makanan pada bayi mereka selain ASI. Namun pada kenyataannya, pemberian ASI eksklusif belum maksimal. Dilihat dari cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif. Berdasarkan

2 data dari Departemen Kesehatan pada pekan ASI pada tahun 2013 cakupan ASI eksklusif di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2010 yang pencapaian awal 61,3% menjadi 30,2 %. Penggalakan ASI memang bukan hal yang baru namun berbagai upaya untuk meningkatkannya terus dilakukan dengan baik oleh Pemerintah maupun swasta dan juga masyarakat peduli ASI, karena hasil cakupan ASI eksklusif belum mencapai target yang diinginkan secara nasional yaitu sebanyak 80% (SDKI, 2012; Kemenkes RI, 2013; Riskesdas, 2013). Hal tersebut diatas disebabkan karena beberapa faktor salah satunya isu yang paling utama adalah perubahan tatanan sosial yang membuat wanita banyak yang bekerja sehingga mereka beranggapan tidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Oktora, 2013). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hikmawati (2008), mengatakan bahwa ibu yang bekerja merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kegagalan pemberian ASI. Beberapa faktor yang mempengaruhi kendala tersebut diantaranya adalah kondisi sosial ekonomi yang mengharuskan ibu untuk bekerja, jarak lokasi kerja dengan rumah, kondisi fisik ibu, bahkan dikarenakan cuti pegawai terbatas maksimal 3 bulan, sehingga pelaksanaan program ASI eksklusif tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Saat ini ibu yang bekerja mengalami peningkatan, di Indonesia jumlah angkatan kerja wanita menunjukan kecenderungan meningkat dengan pertambahan yang lebih cepat daripada angkatan laki-laki. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukan bahwa 57% tenaga kerja di Indonesia adalah wanita (Hikmawati, 2008).

3 Faktor-faktor yang menjadi penghambat diatas bagi ibu yang bekerja dalam pemberian ASI bukanlah suatu alasan yang tepat untuk tidak memberikan ASI. Hal ini dikarenakan dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja tetap memberikan ASI secara ekslusif karena menyusui sebenarnya adalah proses alamiah bagi setiap ibu yang seharusnya diberikan kepada anaknya. Oleh karena itu bagi ibu bekerja yang mempunyai masalah dengan menyusui karena tidak ada waktu untuk memberikan ASI secara langsung maka ibu dapat menyimpan ASI yang telah diperah sebelumnya untuk diberikan kepada bayi (Gibney et al., 2008). Penyimpanan ASI untuk jangka waktu tertentu tidak dapat dihindari, dimana terjadi peningkatan jumlah ibu yang kembali bekerja segera setelah melahirkan. Banyak ibu, mengetahui akan pentingnya ASI eksklusif sehingga menyimpan ASI yang telah diperah untuk digunakan selama ibu meninggalkan bayinya. Menurut Medela (2011), ketakutan terbesar yang menghalangi prospek Bank ASI untuk jangka waktu yang cukup lama adalah kemungkinan kontaminasi bakteri dan pertumbuhan bakteri patogen dari ASI yang disimpan, sehingga membuat ASI tidak aman untuk dikonsumsi. Selain itu penurunan ph ASI selama penyimpanan mungkin menunjukkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan dan kebanyakan terjadinya kontaminasi pada ASI yang disimpan dan kemungkinan terjadi pada ibu yang tidak mengikuti metode yang sesuai dan dianjurkan. Kondisi penyimpanan ASI yang dilakukan oleh ibu selama bekerja yang kemudian diberikan kepada bayinya terkadang kurang optimal. Kondisi penyimpanan yang optimal diperlukan karena ASI merupakan produk/bahan

4 pangan dari manusia yang dalam hal ini dikategorikan sebagai hewan mamalia. Bahan pangan nabati relatif lebih tahan lama waktu simpannya daripada hewani. Hal ini berarti ASI sebagai produk hewani mamalia relatif pendek waktu simpannya sehingga untuk penyimpanan ASI perlu kondisi yang optimal dan metode yang paling sesuai dari berbagai macam metode penyimpanan yang ada (Iqbal, 2010). Kota Padang memiliki 8 kelurahan yang menyediakan Tempat Penitipan Anak (TPA). Jumlah Tempat Penitipan Anak (TPA) terbanyak adalah Kelurahan Koto Tangah sebanyak 7 Tempat Penitipan Anak (TPA) dengan total 24 bayi yang dititipkan dan tetap mendapatkan ASI dari ibunya (Dinas Pendidikan Kota Padang, 2015). Berdasarkan survey awal dengan ibu yang menitipkan anaknya di TPA yang ada di Kelurahan Koto Tangah pada bulan Maret 2016, ibu-ibu bekerja yang masa cutinya telah habis dan memiliki bayi dapat tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dengan cara memerah ASI dan menyimpan ASI di dalam lemari es untuk diberikan kepada petugas penitipan tersebut. Survey awal juga dilakukan di salah satu Universitas Kota Padang ditemukan bahwa dari sekitar 6 orang ibu yang menyusui, 5 diantaranya mengatakan tetap memberikan ASI eksklusif dengan cara memerah ASI nya selama bekerja, kuliah maupun dirumah, lalu menyimpan ASI tersebut di dalam cooling bag sebelum ke lemari pendingin. Satu diantaranya tidak memberikan ASI kepada bayinya karena selain faktor yang sedang bekerja sambil kuliah dan dengan alasan mengatakan bahwa bayinya tidak mau minum ASI yang telah disimpan di kulkas karena ibunya merasa ada perubahan rasa. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Aminah dan Isworo (2006), hasil penelitian yang

5 didapat mengatakan bahwa keasaman pada ASI yang telah disimpan selama lima hari dengan suhu -5ºC mengalami perubahan. Perubahan keasaman ini dapat disebabkan oleh bakteri yang terdapat pada ASI selama penyimpanan. Bakteri tersebut marnpu memecah laktosa menjadi asam laktat, sehingga kondisi tersebut menyebabkan penurunan keasaman ASI pada hari kelima. Adapun jenis bakteri yang ditemukan adalah non patogen yaitu Staphylococcus epidermis. Bakteri ini merupakan flora normal yang biasa pada kulit. Hal ini sesuai dengan Marin et al. (2009), mengatakan bahwa ASI segar yang dikumpulkan biasanya mengandung bakteri yang berasal dari kulit dan puting saluran mikroflora ibu dan bakteri tersebut tidak menghasilkan efek buruk pada ibu menyusui. Iqbal (2010), pada dasarnya ASI adalah steril, tetapi dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme selama pemerasan dan juga terpapar oleh udara. Selama penyimpanan dalam suhu kamar, jumlah bakteri dapat meningkat dan menurunkan kualitas ASI. Cara penyimpanan yang tidak benar dilemari pendingin pun bisa menurunkan kualitas ASI. Meletakkan botol ASI di pintu kulkas akan lebih cepat rusak, karena perubahan suhu yang tidak teratur. Cara menyimpan ASI harus mengikuti cara yang tepat supaya ASI tidak rusak dan aman untuk dikonsumsi bayi. Menurut IDAI (2014), petunjuk penyimpanan ASI perlu diperhatikan oleh ibu menyusui. Hal ini karena ASI banyak mengandung zat gizi, zat anti bakteri dan anti virus. Adapun rekomendasi lama penyimpanan yang diberikan yaitu pada suhu ruangan 25ºC selama 6-8 jam, suhu ruangan 25ºC tahan 2-4 jam, di dalam cooling bag pada suhu 15ºC selama 24 jam, di dalam lemari es 4ºC sampai

6 5 hari, disimpan di dalam freezer -15ºC selama 2 minggu, freezer -18ºC selam 3-6 bulan. Proses penyimpanan di lemari pendingin bermanfaat untuk mempertahankan kualitas ASI, akan tetapi lama penyimpanan yang tidak sesuai anjuran juga akan mempengaruhi kualitas ASI. Hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mikroba pada bahan pangan dapat bersifat diinginkan atau tidak diinginkan. Pertumbuhan mikroba pada bahan pangan yang tidak diinginkan dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan atau menurunkan kualitas dari ASI yang telah disimpan dan dapat juga menyebabkan penyakit bagi manusia yang mengkonsumsinya apabila ditemukan bakteri non patogen. Dilain pihak, beberapa jenis pertumbuhan mikroba pada bahan pangan justru diinginkan karena membawa keuntungan (Rahayu dan Nurwitri, 2012). Berdasarkan latar belakang dan beberapa hasil penelitian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap total koloni bakteri asam laktat (BAL), total koloni bakteri aerob dan keasaman di dalam ASI setelah dilakukannya penyimpanan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Jenis Bakteri Asam Laktat (BAL) apakah yang terdapat dalam ASI segar? 2. Apakah ada pengaruh lama penyimpanan antara 0 hari dengan 1 hari, 5 hari dan 14 hari terhadap total koloni Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam ASI?

7 3. Apakah ada pengaruh lama penyimpanan antara 0 hari dengan 1 hari, 5 hari dan 14 hari terhadap total koloni bakteri aerob dalam ASI? 4. Apakah ada pengaruh lama penyimpanan antara 0 hari dengan 1 hari, 5 hari dan 14 hari terhadap keasaman dalam ASI? 5. Apakah ada pengaruh suhu penyimpanan terhadap total koloni Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam ASI? 6. Apakah ada pengaruh suhu penyimpanan terhadap total koloni bakteri aerob dalam ASI? 7. Apakah ada pengaruh suhu penyimpanan terhadap keasaman dalam ASI? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh lama dan suhu penyimpanan terhadap total koloni Bakteri Asam Laktat (BAL), total koloni bakteri aerob dan keasaman dalam ASI. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui jenis Bakteri Asam Laktat (BAL) yang terdapat dalam ASI yang masih segar. 2. Mengetahui pengaruh lama penyimpanan ASI terhadap total koloni bakteri asam laktat (BAL) dalam ASI. 3. Mengetahui pengaruh lama penyimpanan ASI terhadap total koloni bakteri aerob dalam ASI. 4. Mengetahui pengaruh lama penyimpanan ASI terhadap keasaman dalam ASI.

8 5. Mengetahui pengaruh suhu penyimpanan ASI terhadap total koloni Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam ASI. 6. Mengetahui pengaruh suhu penyimpanan ASI terhadap total koloni bakteri aerob dalam ASI. 7. Mengetahui pengaruh suhu penyimpanan ASI terhadap keasaman dalam ASI 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat untuk Akademik Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan bahan informasi ilmiah tentang lama dan suhu penyimpanan ASI yang dapat mempengaruhi total koloni Bakteri Asam Laktat (BAL), total koloni bakteri aerob dan keasaman dalam Air Susu Ibu (ASI) yang telah disimpan. 1.4.2 Manfaat bagi Terapan Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para klinisi untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mendukung, memberi saran dan memberdayakan ibu-ibu menyusui sewaktu melakukan kunjungan antenatal care (ANC) sehingga dapat memasuki masa laktasi dengan persiapan yang lebih baik khususnya bagi ibu-ibu yang bekerja. Terutama mengenai bagaimana cara penyimpanan ASI yang benar serta memberikan informasi mengenai waktu yang paling baik dalam penyimpanan ASI sehingga tetap mempertahankan kualitas ASI dengan baik.