BAB I PENDAHULUAN. kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BAB II KEDUDUKAN HUKUM PEKERJA RUMAH TANGGA (PRT) DALAM HUKUM KERJA DI INDONESIA. A. Sejarah perkembangan pekerja rumah tangga (PRT) di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hubungan Kerja Antara Majikan Dengan Pembantu Rumah Tangga

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

Rancangan Undang-undang Perlindungan..Nurjannah S 116

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting

di segala bidang.banyak sektor yang dibuka untuk para pekerja, salah satunya bidang

A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT

HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 / HUK / 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. di kota-kota maupun di desa-desa. Banyak keluarga mempunyai Pembantu Rumah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dampak negatif bagi generasi penerus bangsa. terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. mengeruk perbendaharaannya, sekaligus sarana utama untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam masa pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini setiap

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH. Mengenal Konvensi-konvensi. Oleh: M. Syafi ie, S.H., M.H.

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm., 1

Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 182 dengan UU No. 1 Tahun 2000 sebagai Politik Hukum Nasional untuk Mewujudkan Perlindungan Anak

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang giat-giatnya. membangun untuk meningkatkan pembangunan disegala sektor dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

BAB I PENDAHULUAN. saing ketat sehingga membuat perusahaan-perusahaan berusaha untuk

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG


BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN BUPATI MALANG NOMOR: 180/ 291 /KEP/421

"PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUANSEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LUWU TIMUR" BAB I PENDAHULUAN

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BERKAITAN DENGAN HAK PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kemampuannya sedangkan pengusaha memberikan kompensasi lewat

BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

BAB I PENDAHULUAN. melanjutkan kehidupan yang baik pula.

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak: Kasus Hak Buruh

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak, terutama yang

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

KEDUDUKAN SBKRI (SURAT BUKTI KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA) TERHADAP HAK WNI KETURUNAN TIONGHOA DITINJAU DARI HUKUM HAM INTERNASIONAL

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Pergeseran dimaksud tidak jarang melanggar peraturan perundangundangan

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia merupakan salah satu permasalahan hukum yang paling sering terangkat di permukaan.aspek hukum ketenagakerjaan 1,harus selaras dengan perkembangan ketenagakerjaan saat ini sehingga substansi kajian hukum ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan kerja semata, akan tetapi telah bergeser menjadi hubungan hukum antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah yang substansi kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment), tetapi setelah hubungan kerja (post employment). Konsepsi ketenagakerjaan inilah yang dijadikan acuan untuk mengkaji perangkat hukum yang ada sekarang. Bidang hukum ketenagakerjaan sebelum hubungan kerja adalah bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga kerja sehingga memiliki keterampilan yang cukup untuk memasuki dunia kerja, termasuk upaya untuk memperoleh lowongan pekerjaan baik di dalam maupun di luar negeri dan mekanisme yang harus dilalui oleh Tenaga Kerja sebelum mendapatkan pekerjaan. 2 Permasalahan ketenagakerjaan yang masih sering dikesampingkan adalah perlindungan Pembantu Rumah Tangga (PRT). Kendati semakin 1 Pasal 1 Butir 1 Undang Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 2 Husni. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta

2 banyak Peraturan Pemerintah yang mengatur masalah pekerja perempuan dan laki-laki sebagai pekerja rumah tangga (PRT) masih berada di luar sistem perundangan formal. Sebagai gantinya, hubungan kerja antara para PRT dan pemberi kerja umumnya hanya diatur berdasarkan kepercayaan saja. 3 Bagi sejumlah pekerja ini, kepercayaan merupakan pengganti yang buruk untuk perlindungannya dan tidak adanya peraturan,berujung pada pelecehan dan eksploitasi fisik, mental, emosional atau seksual, selain itu juga belum adanya undang-undang untuk melindungi pekerja pembantu rumah tangga. Oleh karena itu beberapa PRT juga harus memiliki keberanian untuk menuntut pemenuhan hak mereka karena pada dasarnya hubungan antara majikan dengan PRT bersifat hubungan kerja professional. PRT merupakan orang yang memberikan jasanya untuk orang lain dalam sebuah ikatan kerja. Meskipun ikatan kerja yang dilakukan antara PRT dengan majikannya rata-rata dilakukan secara lisan, tetapi hal ini tidak merubah statusnya sebagai pekerja bagi majikan yang memberi pekerjaan dan membayar jasanya. Oleh karena itu PRT juga harus mendapatkan perlindungan atas statusnya sebagai seorang pekerja. Melihat alasan pemilihan judul di atas penulis memilih judul Keberlakuan Undang-Undang Ketenagakerjaan Bagi Pekerja Pembantu Rumah Tangga (PRT). 3 Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), 2006. Peraturan tentang Pekerja Rumah Tangga di Indonesia

3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 4, Keberlakuan diartikan sebagai perihal berlaku. Sehingga Keberlakuan Undang undang Ketenagakerjaan Bagi Pekerja Pembantu Rumah Tangga (PRT) dalam skripsi ini diartikan sebagai perihal berlakunya Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dalam melindungi hak dan melaksanakan kewajiban PRT sebagai pekerja. B. Latar Belakang Masalah Pekerjaan sebagai PRT merupakan pekerjaan yang didominasi oleh perempuan berlatar belakang pendidikan rendah dan status sosial ekonomi rendah. Peluang pekerjaan ini lebih terbuka lebar di daerah perkotaan seiring berubahnya fungsi peran ibu dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah. Sebagaimana terdapat di lingkungan Perumahan Argamulya, beberapa wanita bekerja sebagai PRT. Hasil pra penelitian menunjukan bahwa PRT bekerja tanpa adanya substansi perjanjian yang jelas, akan tetapi perjanjian yang dibuat secara lisan tersebut hanya memuat kewajiban melakukan pekerjaan kerumahtanggan dan besarnya gaji yang menjadi hak PRT setiap bulanya 5. Semua perlindungan hak-hak pokok pekerja yang ada dalam Undang- Undang Ketenagakerjaan, diperinci hanya berlaku bagi para pekerja untuk para pengusaha. Itu sebabnya, PRT dan pekerja lain yang cara kerjanya tidak masuk dalam definisi dipekerjakan oleh 'pengusaha' tidak dimasukkan dalam perlindungan hak-hak dasar para pekerja yang meliputi semua pekerja lain di Indonesia. Akibatnya PRT dibiarkan tanpa perlindungan hukum atas hak-hak 4 Hal. 627. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005 5 Wawancara dengan Rumiyati, PRT, tanggal 5 Juli 2012

4 kerja mereka. Padahal berdasarkan hasil penelitian Pudjiwati diketahui bahwa rata-rata jam kerja per rumah tangga dalam satu tahun untuk pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan yang langsung menghasilkan adalah 19,24 jam dalam setiap harinya. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan rumahtangga lebih berat dibandingkan dengan rata-rata jam kerja pada pabrik ataupun jenis usaha lain 6. Dari data pengamatan di lapangan diketahui bahwa upah yang diterima oleh PRT di perumahan Argamulya Salatiga 7 rata-rata belum sesuai dengan besarnya UMR Kota Salatiga, yakni Rp 974.000,00 8. Di samping standar ILO, Indonesia mengakui beberapa norma hukum internasional lain yangberkaitan dengan PRT, antara lain: 1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 2. Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Politi-cal Rights/ICCPR) 3. Kovenan Internasional tentang Dampak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights/ICESCR) 4. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women/CEDAW) 5. Konvensi tentang Hak-hak Anak (The Convention on the Rights of the Child) 6 Pekerja Anak: Beberapa Permasalahan Dasar. Irwanto. Warta Demografi. No. 4. Jakarta: Lembaga Demografo FE UI. 1994. Hal.20 7 Hasil Penelitian, 5 Juli 2012 8 http://si-ghe.blogspot.com/2012/11/daftar-ump-jateng-2013-umr-jawa-tengah.html (diakses pada 8 februari 2013)

5 6. Konvensi untuk Penekanan Perdagangan Orang dan Eksploitasi Prostitusi lainnya (Convention for the Suppression of the Traffic in Persons and of the Exploitation of the Prostitution of Others). Undang-undang sebagaimana kaedah pada umumnya adalah untuk melindungi kepentingan manusia. Oleh karena itu harus dilaksanakan atau ditegakkan. Untuk dilaksanakan undang-undang harus diketahui semua orang, agar dapat memenuhi asas tersebut, maka undang-undang harus tersebar luas serta harus jelas pula. Kejelasan undang-undang ini sangat penting, oleh karena itu setiap undang-undang selalu dilengkapi dengan penjelasan yang dimuat dalam Lembaran Negara. Sekalipun nama serta maksudnya sebagai penjelasan tetapi tidak jarang juga tidak memberi kejelasan, karena hanya diterangkan cukup jelas padahal teks undangundangnya tidak jelas dan masih memerlukan penjelasan. Kalaupun jelas, undang-undang tidak mungkin lengkap dan tuntas. Akan tetapi, meskipun besarnya niat yang dicantumkan di mukadimahnya, hak-hak yang dituliskan dalam undang-undang ini tidaklah berlaku luas bagi semua pekerja di Indonesia, dan para PRT termasuk mereka yang tidak dilindungi undangundang ini. 9 Tenaga Kerja adalah orang yang bekerja atau melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain di dalam suatu hubungan kerja yang tujuannya untuk menghasilkan suatu barang ataupun memberikan jasa guna memenuhi kebutuhan orang lain atau masyarakat, namun perbedanya terdapat pada 9 Hal 20. Pekerja Anak: Beberapa Permasalahan Dasar. Irwanto.Warta Demografi No.4. Jakarta: Lembaga Demografi FEUI,. 1994

6 sektor formal dan informalnya. Dengan melihat rumusan tersebut, PRT termasuk pekerja dalam sektor informal karena pekerjaan PRT tidak ada klasifikasinya hanya mengerjakan segala hal menurut perintah pemberi kerja. Jadi peranan PRT tersebut ditentukan oleh pemberi kerja. Berkaitan dengan pengaturan ketenagakerjaan di Indonesia telah dituangkan dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Permasalahan yang ada, apakah UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tersebut menjangkau tenaga kerja PRT? Pertama, pemerintah menyatakan, majikan pekerja rumah tangga tidak bisa tergolong Pemberi Kerja, ia bukan badan usaha dan dengan demikian bukan pengusaha di dalam artian UU tersebut. Hal ini sebagai imbalan atas kontribusi ekonomi yang diberikan para PRT terhadap para majikannya dengan memberikan mereka kebebasan untuk terlibat di dalam kegiatankegiatan yang lebih menguntungkan. Karena PRT dianggap tidak dipekerjakan oleh pengusaha, mereka tidak diberikan perlindungan yang diberikan oleh Undang-undang terhadap pekerja lainnya. Pemerintah tidak memasukan PRT sebagai pekerja sebagaimana dalam UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan karena pemberi kerja dalam hubungan antara PRT dengan majikan, bukan pengusaha sementara pemerintah memuat bahwa pemberi kerja haruslah pengusaha. 10 Kedua, PRT adalah pekerja sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dasar pemikiran hal ini termuat 10 Pasal 1 Butir 4 UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

7 Pasal 1 Butir 4 UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan secara hukum, PRT seharusnya diakui sebagai pekerja berdasarkan definisi Pasal 1 Butir 4 di atas, sebab PRT dipekerjakan oleh pemberi kerja perseorangan. Berdasarkan definisi Tenaga Kerja dalam Undang-undang Ketenagakerjaan, PRT adalah pekerja, dan hubungan PRT dengan majikan mereka adalah hubungan kerja, dengan melihat pendapat di atas maka PRT mestinya tunduk pada UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 11. Sedangkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan tidak memasukkan PRT sebagai pekerja, dalam hal ini bagian dari buruh. Kondisi kerja yang wajar akan diterima oleh PRT jika kebetulan majikan yang ditemui memperlakukannya dengan baik. Kalaupun tidak, ketika akan memperkarakan PRT yang bermasalah pun mengalami kesulitan karena tidak adanya acuan dalam memutuskan perkara sehingga dari waktu ke waktu kasus PRT hanya berhenti ditengah jalan, tanpa ada penyelesaian hukum secara adil. 12 Maka dari itu sama halnya dengan UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, hendaknya harus jelas dan tuntas sebagaimana penjelasan di atas khususnya bagi pekerja rumah tangga ( PRT ). 11 Hal 153. Edriana Noerdin. Perlindungan Buruh Perempuan dan Kebijakan Ketenagakerjaan Indonesia: Situasi Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Indonesia. 12 hal 14. Muryanti, Upaya Perlindungan PRT, Jurnal Perempuan No. 39 (Januari 2005)

8 C. Rumusan Masalah Atas dasar uaian di atas, maka dirumuskan masalah apakah UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan secara normatif berlaku bagi PRT? D. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengetahui keberlakuan Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 dalam hubungan kerja antara PRT dengan Pemberi Kerja. E. Metode Penelitian Penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Oleh karena itu dibutuhkan metode penelitian yang tepat agar hasil penelitian sesuai dengan masalah dan tujuan dilakukannya penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis gramatikal. 1. Jenis penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan normatif. Pendekatan normatif digunakan untuk mengungkapkan asas-asas yang yang ada dalam Undang Undang Ketenagakerjaan, sehingga dengan demikian dapat menjawab permasalahan apakah Undang Undang Ketenagakerjaan dapat diberlakukan pada perjanjian antara PRT dengan pemberi kerja.

9 Pendekatan normatif yang dilakukan yakni : a) Pendekatan undang-undang (statute approach). Pendekatan undangundang (statute approach) dilakukan untuk menelaah semua undangundang dan regulasi yang berhubungan dengan ketenagakerjaan di Indonesia. Hasil dari telaah tersebut selanjutnya digunakan sebagai simpulan mengenai masalah dalam penelitian ini. b) Pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan konseptual dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mengkaitkan antara pendapat para ahli untuk menjawab masalah yang diteliti dalam skripsi ini. 2. Jenis Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. a) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan data yang dikumpulkan dari bahan hukum primer yakni UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. b) Bahan Hukum Sekuder Bahan hukum sekunder merupakan bahan pendukung yang erat kaitannya dengan bahan-bahan hukum primer. Data yang digunakan sebagai bahan hukum sekunder dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Peraturan Pemerintah Daerah. 2) Peraturan Menteri.

10 3) Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 4) Peraturan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). 5) Draft III RUU P PRT Depnakertrans. c) Bahan Hukum tersier Bahan Hukum tersier merupakan bahan-bahan yang memberikan informasi terkait dengan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yakni terdiri dari buku-buku yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti yang memuat materi tentang: 1) Regulasi peraturan pemerintah. 2) Perlindungan anak dan perempuan. 3) Hermeneutika Hukum. 4) Perjanjian Kerja. 5) Metode Penemuan Hukum. 6) Jurnal Perempuan Perlindungan PRT. 7) Perspektif Hubungan Industrial. 8) Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan, penulis melakukan wawancara, baik dengan PRT maupun Pemberi Kerja di Lingkungan Perumahan Argamulya Kota Salatiga.