AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN PUHAWANG UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA SISTEM KARAMBA JARING APUNG

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

ANALISIS EKOLOGI TELUK CIKUNYINYI UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG

PEMETAAN SEBARAN SPASIAL KUALITAS AIR UNSUR HARA PERAIRAN TELUK LAMPUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

METODE PENELITIAN. Gambar 7 Lokasi penelitian di perairan dangkal Semak Daun.

ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI PERAIRAN PULAU TEGAL TELUK LAMPUNG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sejarah Desa Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN MARIKULTUR BATAM ESTET (BME) BATAM

ABSTRAK. Kata Kunci :Kesesuaian Perairan, Sistem Informasi Geografis (SIG), Keramba Jaring Apung KJA), Ikan Kerapu

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Sejarah Pulau Pahawang berawal dari datangnya Ki Nokoda tahun an yang

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MASPARI JOURNAL Juli 2017, 9(2):85-94

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

Journal Of Aquaculture Management and Technology Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman

MONITORING DAYA DUKUNG DAN STATUS MUTU AIR KEGIATAN BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK RIAM KANAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

Suitability analysis of culture area using floating cages in Ambon Bay

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN ABSTRAK

Bab V Hasil dan Pembahasan

FORMASI SPASIAL PERAIRAN PULAU 3S (SALEMO, SAGARA, SABANGKO) KABUPATEN PANGKEP UNTUK BUDIDAYA LAUT Fathuddin dan Fadly Angriawan ABSTRAK

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kesesuaian Lokasi dan Data Spasial Budidaya Laut berdasarkan Parameter Kualitas Perairan di Teluk Lasongko Kabupaten Buton Tengah

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

KATA PENGANTAR. Jatinangor, 22 Juli Haris Pramana. iii

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

Kondisi perairan keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah

3. METODE PENELITIAN

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN KERAMBA JARING APUNG, DI PERAIRAN PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUALITAS NUTRIEN PERAIRAN TELUK HURUN, LAMPUNG

ANALISIS KANDUNGAN FOSFOR TERHADAP DAYA DUKUNG PERAIRAN DANAU LUT TAWAR UNTUK BUDIDAYA SISTEM KERAMBA JARING APUNG

ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BERDASARKAN KUALITAS AIR TERHADAP PELUANG BUDIDAYA ABALON (Haliotis sp.) DI PERAIRAN KUTUH, BALI

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA BEBAN PENCEMARAN KEGIATAN BUDIDAYA TAMBAK BANDENG DI SUNGAI PASAR BANGGI KABUPATEN REMBANG

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB III METODE PENELITIAN

ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN KERAMBA JARING APUNG, DI PERAIRAN PULAU SEMAK DAUN KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

3. METODE PENELITIAN

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SENTRAL OUTLET TAMBAK UDANG SISTEM TERPADU TULANG BAWANG, LAMPUNG

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISA KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK BUDIDAYA LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN SITUBONDO DAN BANYUWANGI

PERBANDINGAN MAKROZOOBENTHOS DI LOKASI KERAMBA JARING APUNG DENGAN LOKASI YANG TIDAK MEMILIKI KERAMBA JARING APUNG SKRIPSI MUHAMMAD FADLY AGUSTIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata kunci: Danau Buyan, Keramba Jaring Apung, Fitoplankton.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

KESESUAIAN KUALITAS AIR KERAMBA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI DANAU SENTANI DISTRIK SENTANI TIMUR KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA

Transkripsi:

AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN PUHAWANG UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA SISTEM KARAMBA JARING APUNG Herman Yulianto 1 Nikky Atiastari 2 Abdullah Aman Damai 1 Ringkasan Puhawang Island have a potency to developed for aquaculture especially cage system. Aquaculture with cage system will be an optimum production if the environment still support for fish to growth. Environment faktor that support the growth of fish and production of cage system called carrying capacity. The aim of this research was to determined the ability of waters around Puhawang Island to support cage system especially for cultivated grouper with floating net cages. This research was conducted using descriptive method in August to September 2014. The result shown that water quality in Puhawang Island still suitable for cage system. Holding capacity could be optimized to 53.550 tons ( with carrying density is 107.100.000 of fish). This production could be reach if used 39.600 units with 6x6x3m in volume dimension, and maksimum density is 25 fish each unit cage Keywords cages, carrying capacity, puhawang, grouper, holding capacity Received: 5 Januari 2015 Accepted: 27 Februari 2015 1 ) Dosen Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung Alamat: Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl.Prof.S.Brodjonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145. 2 )Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Unila. E-mail: hnurman@gmail.com PENDAHULUAN Keberhasilan perikanan budidaya sangat tergantung pada kondisi kualitas air, sedangkan air merupakan media yang sangat dinamis dan mudah terpengaruh dampak pencemaran dari lingkungan di sekitarnya, baik eksternal maupun internal (Effendi, 2004). Oleh karena itu pembuatan zonasi wilayah perikanan budidaya dalam penataan ruang diharapkan dapat menghindarkan sektor budidaya dari sektor lain yang tidak berkesesuaian, sehingga pengembangan budidaya dapat menguntungkan dan berkelanjutan. Salah satu kegiatan budidaya perikanan laut yang menguntungkan yaitu budidaya ikan kerapu. Ikan kerapu merupakan salah satu ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan kerapu dalam KJA adalah relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau. Puhawang merupakan salah satu wilayah yang berada di dalam Teluk Lampung yang memiliki potensi perairan yang bisa dikembangkan untuk kegiatan budidaya laut sistem KJA. Letaknya yang strategis dalam pengelolaan wilayah perairan Teluk Lampung memerlukan analisis daya dukung untuk mendukung optimalisasi produksi dan juga keberlanjutan kegiatan budidaya laut sistem KJA. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan perairan di sekitar Pulau

260 Herman Yulianto et al Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Puhawang dalam mendukung kegiatan budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung (KJA) dan mengetahui daya tampung yang dimiliki perairan untuk KJA. MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan data. Pengambilan data primer dan sekunder dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2014. Proses pengolahan data sampel dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Air, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL), Lampung. Lokasi penelitian ini berada di sebelah utara Pulau Puhawang. Adapun peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Lokasi pengambilan dilakukan pada koordinat 105 o 21 89.89 E dan 5 o 65 84.00 S (stasiun I); 105 o 2307.47 E dan 5 o 65 93.38 S (stasiun II); 105 o 23 67.56 E dan 5 o 64 24.25 S (stasiun III); serta stasiun IV pada koordinat 105 o 21 60.63 E dan 5 o 63 78.08 S. Ruang lingkup pengkajian penelitian ini meliputi : a. Pengumpulan data primer dan sekunder fisika dan kimia terutama nitrogen terlarut (amoniak, nitrat dan nitrit). b. Analisis dan interpretasi data. c. Penentuan daya dukung lingkungan, kapasitas produksi dan jumlah jaring apung optimum. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data sekunder meliputi peta rupa bumi, data citra, dan data sekunder lainnya. Penentuan titik pengamatan dirancang dengan menggunakan metode purposive sampling. Lokasi pengambilan sampel sebanyak 4 stasiun yang mewakili semua kondisi perairan lokasi penelitian (budidaya, fresh water run off). Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan bantuan Global Positioning Sistem (GPS) dengan format (latitude ; longitude). Secara umum, analisis daya dukung lingkungan perairan kawasan budidaya laut difokuskan kepada pengembangan model keseimbangan bahan (material) dalam suatu ekosistem perairan yang diskenariokan sebagai kawasan budidaya perairan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui daya dukung lingkungan dan kapasitas produksi optimum dari kegiatan budidaya perikanan yaitu dengan menganalisis pasokan nutrien (nutrient load) dalam hal ini adalah nitrogen yang berasal dari pakan dari kegiatan budidaya ikan dalam karamba jaring apung (KJA) yang masuk kedalam perairan dan selanjutnya dikenal dengan terminologi nitrogen budget. Untuk mengetahui berapa nutrient (N) yang dikonsumsi dan yang terbuang ke dalam perairan digunakan rumus berikut (Leung et al., 1999): C = P + M + E + F (1) dimana C = Jumlah N yang dikonsumsi ikan per individu, P = N yang dipergunakan untuk pertumbuhan ikan, M = N yang hilang akibat kematian ikan (dalam kasus individu ikan, M= 0), E = N yang masuk ke dalam perairan melalui ekskresi ikan dari insang dan F = N yang masuk kedalam perairan melalui kotoran ikan. Nitrogen budget dalam budidaya perikanan secara keseluruhan dapat dirumuskan sebagai berikut : C = I W (2) dimana I = Total N yang masuk kedalam sistem budidaya, W = N yang hilang mela-

anallisis daya dukung keramba jaring apung 261 lui pakan yang terbuang ke perairan dan C = Jumlah N yang dikonsumsi oleh stok ikan dalam KJA. Secara teoritis nitrogen budget dalam persamaan (1) harus seimbang dan jumlah nitrogen yang dikonsumsi dapat diduga dari penjumlahan P, M, E dan F. Keseimbangan bahan dalam persamaan tersebut dapat juga di kontrol dengan membandingkan konsumsi nitrogen hasil penjumlahan tersebut (C s ) dengan jumlah actual konsumsi nitrogen di lapangan (C f ) dengan menggunakan persamaan berikut : % balance = ( Cs /C f ) X 100% (3) Selain itu diperlukan data flushing rate (waktu pembilasan) yang dilakukan oleh perairan dalam melakukan perbaikan diri. Penghitungan laju pembilasan air di peraian dapat disederhanakan dengan perhitungan mengacu pada Beveridge (1996), waktu bilas (T) dapat ditaksir sebagai: T = V /F (4) dimana V adalah Volume air teluk (m 3 ) dan F adalah Volume rata-rata air yang masuk ke perairan teluk setiap jamnya (m 3 ), kondisi ini dipengaruhi oleh tipe pasang apakah diurnal atau semidiurnal. F dapat dihitung dengan persamaan: F = A.H /F aktor periode pasang (5) dimana H adalah tinggi air rata-rata pasang, A adalah luas teluk (m 2 ); Faktor periode pasang = 12,5 untuk pasang tipe semidiurnal, 25 untuk pasang tipe diurnal, sehingga: T = D /H.F aktor periode pasang (6) dimana D adalah rata-rata keadalaman teluk (m). Selanjutnya dilakukan perhitungan daya dukung perairan untuk budidaya system KJA sebagai berikut : 1. Mengukur konsentrasi total N (N i ) dalam badan air. 2. Menentukan N maksimum yang dapat diterima badan air akibat adanya KJA (N t ). 3. Menentukan kapasitas badan air untuk budidaya secara intensif ( N). Yakni selisih antara N maksimum yang dapat diterima dan N yang ada sebelum KJA. 4. Menghitung ikan yg dapat diproduksi (ton/tahun) berdasarkan nilai N yang dapat diterima oleh badan air. HASIL DAN PEMBAHASAN Puhawang merupakan pulau yang terletak di kawasan Teluk Lampung yang berada di Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran. Berdasarkan data statistik 2012 luas Pulau Puhawang adalah sebesar 10,20 km 2 atau 1020 ha. Secara geografis berada pada 5 o 40,2-5 o 43,2 LS dan 105 o 12,2-105 o 15,2 BT. Pulau Puhawang merupakan kawasan pesisir, terdiri dari laut, pantai, rawa, daratan dan daerah perbukitan, serta termasuk bagian pulau-pulau kecil yang ada di kawasan Teluk Lampung. Desa ini terbagi menjadi 6 dusun yaitu, Suak Buah, Penggetahan, Jaralangan, Kalangan, Cukuhnyai dan Dusun Puhawang. Pulau Puhawang terletak pada ketinggian 10 m dari permukaan laut. Topografi daerahnya adalah landai dan berbukit, dengan suhu udara rata-rata 28,5 32,0 o C. Pulau Puhawang memiliki potensi geografis yang terdapat di wilayah darat maupun lautnya. Sebagian besar ekosistem daratan merupakan hutan, di daerah pantai terdapat hutan mangrove yang relatif masih baik. Di beberapa kawasan terdapat pantai landai, berpasir ataupun berlumpur. Perbedaan ketinggian permukaan air saat pasang dan surut relatif rendah. Secara umum kualitas perairan Puhawang relatif tenang dan stabil. Hal ini mendukung untuk dilakukannya kegiatan budidaya laut. Hasil penelitian diperoleh data parameter kualitas perairan Puhawang yang tersaji dalam Tabel 1. Analisa keseimbangan nutrien perairan diperlukan untuk mengetahui daya dukung

262 Herman Yulianto et al Tabel 1 Kisaran Parameter Kualitas Perairan di Perairan Puhawang Selama Penelitian Variable Kisaran Rata-rata Suhu ( o C) 29,8-33 30,375 Kedalaman (m) 17-27 21,558 Kecerahan (m) 8 14 10,208 Kecepatan Arus (m/dtk) 0,1 0,3 0,204 Substrat dasar - Karang berpasir Oksigen terlarut (mg/l) 5,26 6,65 5,788 ph 8,01-8,14 8,11 Salinitas (ppt) 31-32 31,75 Nitrat (NO 3 -N) (mg/l) 0,015-0,365 0,236 Fosfat (PO 4 -P) (mg/l) 0,03-0,11 0,052 Amoniak (NH 3 -N) (mg/l) 0,001-0,360 0,171 suatu perairan dalam mendukung kegiatan budidaya. Dalam penelitian ini perhitungan pasokan jumlah nutrient yang dihitung adalah kapasitas nitrogen (nitrogen budget) dari kegiatan budidaya ikan system karamba jaring apung (KJA). Perhitungan nitrogen budget dalam penelitian ini adalah N yang dihasilkan dari proses budidaya ikan kerapu (Epinephelus areolatus di KJA yang mengacu pada penelitian Leung et al. (1999) yang menyatakan bahwa dalam 1 kg ikan kerapu N yang masuk melalui ikan rucah (I) adalah 365g, dan N yang terbuang melalui limbah (W) 138 g, Ekskresi (E) 268,2 g dan Faeces (F) 14,4 g. N yang diproduksi (P) sebanyak 31,5 dan dari mortalitas (M) 13,5 g. Hasil penelitian Leung et al. (1999) tersebut dijadikan acuan dalam perhitungan nilai amoniak yang dihasilkan setelah adanya kegiatan KJA. Sehingga beberapa asumsi yang digunakan adalah kedalaman ratarata pada lokasi penelitian di perairan puhawang adalah 21 m, luas wilayah yang dikaji 2.000 m x 1.700 mm = 3.400.000 m 2, sehingga volume air adalah 71.400.000 m 3 dengan kecepatan arus rata-rata adalah 0,204 m/dt. Tipe pasang surut perairan teluk lampung adalah semi diurnal dengan ketinggian rata-rata 1 m. Kepadatan maksimal untuk kerapu adalah 25 ekor/m 3 dengan ukuran panen 500gr) selama 6 bulan). Ukuran petak karamba yang digunakan adalah 6m x6m x3 m. Jumlah ikan tiap petak = (6x6x3) x 25 ekor = 2700 ekor Sehingga diperoleh petak KJA maksimal sebanyak 94.444 petak. Produksi maksimal = Jumlah ikan tiap petak x Jumlah Petak = 2700 x 94.444 = 254.998.800 ekor = 127.449.400 kg Mengacu hasil penelitian yang dilakukan oleh Leung et al. (1999), bahwa Total N yang masuk ke perairan adalah 32% dari bobot produksi ikan. Sehingga dari bobot ikan sebanyak 127.499.400 kg, N yang masuk adalah 40.799.800 kg N. Dengan volume 71.400.000 m 3, maka kalau dihitung dengan mengabaikan arus konsentrasi N di perairan Puhawang akibat aktivitas budidaya ikan diperkirakan sebesar 0,57 kg/m 3 per produksi atau 0,5714 mg/l per produksi. Kadar Amoniak sekitar 0,30 mg/l per produksi. Kadar amoniak sebesar ini adalah sesuai dengan baku mutu untuk biota laut sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 51 tahun 2004. Data amoniak saat penelitian menunjukkan kisaran 0,001 sampai dengan 0,360 mg/l, dengan nilai rata-rata 0,17 mg/l. sedangkan dari perhitungan diperoleh nilai amoniak maksimal yang bisa dihasilkan saat ada kegiatan KJA adalah 0,30 mg/l. Sehingga terdapat selisih sebesar 0,13 mg/ l N amoniak. Perhitungan daya tampung KJA di perairan Puhawang dilakukan dengan berdasarkan pada selisih nilai amoniak yakni 0,13 mg/l. Sesuai dengan hasil penelitian Leung et al. (1999), nilai amoniak 53% dari total N keseluruhan. Oleh Karena itu N yang diperoleh adalah 0,24 mg/l atau 0,24 kg/m 3. Total N yang masuk ke perairan Puhawang adalah 17.136.000 kg N, jika N total yang masuk ke perairan setara dengan 32% berat 1 kg ikan, maka berat ikan keseluruhan sekitar 53.550.000 kg ikan atau 53.550 ton ikan. Asumsi berat 0,5 kg per ikan maka diperoleh jumlah ikan 107.100.000 ekor ikan. Sehingga dengan kepadatan maksimal 25 ekor pada karamba dengan ukuran 6x6x3 m diperoleh jumlah petak yang dipakai sebanyak 39.600 petak. Berdasarkan kecepatan arus rata-rata adalah 0,204 m/dtk dan luas penampang 3.400.000 m 2 maka setiap detik sebanyak 693.600 m 3

anallisis daya dukung keramba jaring apung 263 massa air berpindah atau sebanyak 71.400.000 m 3 hanya memerlukan waktu 103 detik dapat terbilas dan membersihkan diri dari bahanbahan pencemar dengan cepat. Meski demikian tentunya pertimbangan perhitungan ini tidak menjadi satu-satunya tolak ukur daya dukung perairan Puhawang. Nitrogen bukan hanya berasal dari limbah pakan saja melainkan bisa dihasilkan dari limbah buangan yang lain maupun dari proses penyerapan dari udara maupun dari proses alam. Pertimbangan dari sisi sosial ekonomi, fungsi perairan utuk kepentingan yang lain sampai dengan pertimbangan estetika perlu di kaji dalam menata dan merencanakan kapasitas produksi guna mencapai keseimbangan ekosistem dan terintegrasi dalam perencanaan pembangunan secara menyeluruh. Keberadaan terumbu karang yang terdapat di beberapa wilayah perairan Puhawang semestinya juga menjadi pertimbangan dalam penempatan KJA untuk budidaya ikan. Tentunya penempatan KJA harus mempertimbangkan keberadaan dan keberlangsungan bagi ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu penyangga bagi produktivitas perairan laut. SIMPULAN Leung, K. M. Y., Chu, J. C. W., and Wuu, R. S. S. (1999). Nitrogen budgets for the areolated grouper epinephelus areolatus cultured under laboratory condition and in open-sea cages. Marine Ecology Progress Series, 186:271 281. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas air yang dimiliki oleh perairan Puhawang sangat mendukung untuk dilakukan budidaya ikan system KJA. Daya tampung perairan Puhawang yang bisa dimaksimalkan untuk kegiatan budidaya system KJA adalah sebanyak 53.550 ton ikan dengan jumlah ikan 107.100.000 ekor dan berat 0,5 kg. Jumlah petak yang dipakai sebanyak 39.600 petak dengan ukuran 6x6x3 m dan kepadatan maksimal 25 ekor. Pustaka Beveridge, M. C. M. (1996). Carryng capasity models and environment impact. Technical report, FAO Fish. Effendi, H. (2004). Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya Jakarta.

264 Herman Yulianto et al