ABSTRAK TASAWUF DAN PERUPAAN PADA WAYANG KULIT PURWA CIREBON DAN SURAKARTA. Moh. Isa Pramana NIM :

dokumen-dokumen yang mirip
Bab VI Simpulan & Saran

Unsur Tasawuf dalam Perupaan Wayang Kulit Purwa Cirebon dan Surakarta

IDENTIFIKASI PADA PAMERAN SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 & II 1995 TESIS SM 70Z6

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

ABSTRAK. Fitriani Dewi Pramesti, 2012 Wayang Rumput (Wayang Suket) Universitas Pendidikan Indonesia Repository.Upi.Edu i

BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

REPRESENTASI KEKUATAN PADA HERO PEREMPUAN DALAM DOTA2

KAJIAN DESAIN PRODUK BATIK LAWEYAN SEBAGAI HIASAN DINDING TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MAJALAH BULANAN PAWARTA (PAGELARAN WAYANG KULIT RUTINAN KOTA SURAKARTA) SEBAGAI MEDIA INFORMASI SEPUTAR WAYANG

MITOS DRUPADI DEWI BUMI DAN KESUBURAN (Dasar-dasar Perancangan Karya Seni Pedalangan)

KAJIAN POLA RANTAI PASOK PENGEMBANGAN PERUMAHAN TESIS ERY RADYA JUARTI NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. wayang. Sebuah pemikiran besar yang sejak dahulu memiliki aturan ketat sebagai

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS

PERANCANGAN VISUAL NOVEL ADAPTASI DONGENG ANDE-ANDE LUMUT UNTUK ANAK USIA 9-12 TAHUN

DEWI SINTA SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN MOTIF DENGAN TEKNIK BATIK TULIS PADA KAIN SUTERA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN NGANJUK SEBELUM DAN SELAMA OTONOMI DAERAH SKRIPSI

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. INDOTEKNIK.COM

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

KAJIAN ESTETIKA KOSTUM PENARI JATHILAN Studi Kasus Pertunjukan Jathilan di Sleman, Yogyakarta

MATERI AJAR & KONTRAK PERKULIAHAN A. MATERI AJAR & TUGAS: KRIYA KULIT I,

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

KEEFEKTIFAN TEKNIK QUANTUM WRITING DAN CONCEPT MAPPING DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MENULIS KARANGAN EKSPOSISI PESERTA DIDIK SMA

ABSTRAK PERANCANGAN SERIAN FILM ANIMASI PENDEK SEBAGAI MEDIA PENGENALAN KISAH WAYANG UNTUK REMAJA. Oleh Titus Himawan

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

PENGETAHUAN BIDANG KERJA, BUDAYA KERJA, ETOS KERJA, DAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SUKOHARJO

PENERAPAN BAHASA JAWA PADA PENGASUHAN DALAM KELUARGA

PERANCANGAN MEDIA ANIMASI 3 DIMENSI UNTUK PANDUAN SENAM PAGI ANAK

PERANCANGAN NOVEL GRAFIS PARARATON DIADAPTASI DARI NOVEL KARYA WID KUSUMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

AGUS WURYANTO NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN EARNED VALUE MANAGEMENT SYSTEM (EVMS) PADA SISTEM AKUNTANSI BIAYA KONTRAKTOR KECIL TESIS

TRANSFORMASI NOVEL KE FILM KAJIAN EKRANISASI TERHADAP THE SCARLET LETTER KARYA NATHANIEL HAWTHRONE

LAPORAN TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA SENI PENCIPTAAN FILM ANIMASI DUA DIMENSI BIMA. Muhamad Maladz Adli NIM

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

TESIS PENAMAAN KERETA API DI PULAU JAWA: KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN

KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KAJIAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS ANTARA SISWA YANG TINGGAL DI DALAM PONDOK PESANTREN DAN DI LUAR PONDOK PESANTREN DI MAN PURWOKERTO 1

KAJIAN VISUAL POLA KRESNA PADA SERAGAM PEGAWAI NEGERI SIPIL KOTA SURAKARTA

KAJIAN VISUAL BATIK LUKIS UNTUK PAKAIAN DI SURAKARTA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI

PERANCANGAN NOVEL GRAFIS PARARATON DIADAPTASI DARI NOVEL KARYA WID KUSUMA

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna. merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang

BAB II LANDASAN TEORI

S K R I P S I. Oleh: Slamet Utomo NIM. X

PENYELESAIAN EKSPLISIT PERSAMAAN TRANSENDEN

KATA PENGANTAR. 2. Bapak Ir. YD. Krismiyanto, M.T., selaku dosen pembimbing II yang turut membimbing dalam penyelesaian penulisan ini.

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan. Norma norma dan nilai nilai yang mencerminkan jati diri

TEKNIK BATIK ETCHING SEBAGAI MEDIA PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL PADA T-SHIRT REMAJA PRIA TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Merupakan proses desain untuk membuat mainan berupa action figure untuk media pengenalan dan pemahaman masyarakat terhadap pewayangan

Perancangan Batik Dengan Sumber Inspirasi Cerita Rakyat dan Flora Fauna Indonesia

DESAIN INTERIOR RESTAURANT SEBAGAI PENDUKUNG DI PUSAT KEBUDAYAAN YOGYAKARTA DI JAKARTA

MODEL PEMBELAJARAN SINTAKSIS YANG ADA DI PERGURUAN TINGGI DI JATENG DAN DIY. Oleh: Ari Prasetyo NIM : S

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN BELAJAR IPS SISWA SD DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

SKRIPSI. Oleh. Prana Nusa Putra C KRIYA TEKSTIL SURAKARTA

ABSTRAK PERANCANGAN VIDEO GAME ANAK UNTUK MENGENALKAN CERITA PEWAYANGAN PANDAWA LIMA. Oleh Jeremiah Wirawan NRP

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

SKRIPSI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GENETIK PADA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR. Oleh : MUHAMMAD ALFIAN

PEMODELAN NILAI SATUAN UNIT APARTEMEN BERBASIS DATA TIGA DIMENSI TESIS SURYADI NIM :

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN RORY HARITAGE CLOTH S COFFEE TABLE BOOK MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK DALAM PENINGKATAN BELAJAR UKIR KAYU (Studi Kasus: Pada Sanggar Ukir Di Jepara)

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

Wayang Kulit Cirebon: Warisan Diplomasi Seni Budaya Nusantara

KAJIAN KARAKTERISTIK POLA PERGERAKAN AKIBAT PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET LUTHFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MAWAR DALAM KARYA SENI GRAFIS DRYPOINT

PENGARUH KARYA PIET MONDRIAN PADA KARYA RANCANGAN BUSANA YVES SAINT LAURENT DAN DONNA KARAN

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA

ABSTRACT. Keywords: Hedonic Shopping Motivation. vii. Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN MOTIF TEKSTIL SEBAGAI PEMENUHAN KEBUTUHAN PAKAIAN WANITA DEWASA DENGAN TEKNIK SILK PAINTING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

PERANCANGAN VISUAL BRANDING & PROMOSI BANDUNGAN INTERNATIONAL FLOWER FESTIVAL 2015 (BIFFEST 2015) DI BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha

KAJIAN BATIK KHAS WONOGIREN SEBAGAI SERAGAM PEGAWAI DI KABUPATEN WONOGIRI

SISTEM PENAMAAN TOKO DI PURWOKERTO KABUPATEN BANYUMAS

IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER TOKOH WERKUDARA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SKRIPSI. Oleh Mohammad Ikram Nugraha NIM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WAYANG KULIT BIMA SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM KARYA SENI GRAFIS

TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Magister. Disusun oleh: Ferdillasari Prima Kurniawati Sukarno S

Transkripsi:

ABSTRAK TASAWUF DAN PERUPAAN PADA WAYANG KULIT PURWA CIREBON DAN SURAKARTA Oleh Moh. Isa Pramana NIM : 27005011 Wayang Kulit Purwa yang mengacu pada epik India dan mitos asli Jawa adalah media penghubung antara kesenian tradisional Indonesia masa Hindu-Buddha (Kabudan) dengan masa Islam (Kewalen), yang tentunya bisa ditelaah bagaimana ia bisa menjembatani kedua kepercayaan tersebut. Penjembatanan ini hanya dimungkinkan oleh konsep ajaran Tasawuf yang dianut para Wali yang banyak berkontribusi pada penggubahan Wayang Kulit Purwa. Seiring perjalanannya yang paralel dengan bergulirnya pusat-pusat kekuasaan di Pulau Jawa seperti Majapahit, Demak, Cirebon, Pajang, Mataram, Surakarta dan Yogyakarta, wayang kulit kemudian berkembang menjadi berbagai macam gagrak, sesuai dengan daerah tempat di mana ia berada. Penulis mengkaji dua gagrak wayang kulit sebagai sampel yang ternyata pada perupaannya didasari banyak perbedaan dalam berbagai aspek, yaitu perbedaan historis, perbedaan geografis, perbedaan kultur dan terutama perbedaan dalam memahami dan menerapkan ajaran Islam dan Tasawuf ke dalamnya, yakni wayang kulit gagrak Cirebon dan gagrak Surakarta. Dalam kajian ini digunakan pendekatan Kritik Seni dengan metode analisis komparatif-deskriptif yang bersifat kualitatif yang memperbandingkan aspek visual pada kedua gagrak wayang tersebut. Pendekatan Kritik Seni terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahapan deskripsi dan analisis formal yang menganalisis perupaan pada postur, bentuk, ukuran, detail anatomi, pewarnaan, ragam hias dan sebagainya. Kemudian pada tahapan berikutnya dilakukan interpretasi dan tahapan terakhir dilakukan penilaian yang merujuk pada studi kebudayaan Jawa dan ilmu Tasawuf. Memang jelas terdapat makna Tasawuf pada perupaan figur Wayang Kulit Purwa, dengan dimensi dan intensitas manifestasi yang berbeda-beda pula, baik antara detail perupaan pada beberapa figur yang berbeda dari satu tokoh tertentu yang sama yang disebut wanda, antara figur-figur tokoh-tokoh tertentu yang berbeda, ataupun lebih jelas lagi yaitu antara wayang kulit gagrak Cirebon dengan gagrak Surakarta. i

Analisis ini dilakukan pada figur wayang tokoh Bima, Mintaraga, Semar, Buto Cakil, Rahwana, Duryudhana dan Dursasana dari kedua gagrak wayang kulit. Secara keseluruhan bisa disimpulkan bahwa pada sampel figur wayang dari populasi gagrak Cirebon terlihat kesan visual yang lebih sederhana, lugas, ekspresif dan kuna, dibandingkan dengan kesan visual sampel yang didapat dari populasi gagrak Surakarta yang lebih mewah, halus, mendetail dan tersofistikasi. Gagrak Cirebon memperlihatkan suatu pemahaman Tasawuf yang tak mempermasalahkan media, sangat lugas dan egaliter, fokus pada tujuan. Sedangkan gagrak Surakarta memperlihatkan suatu pemahaman Tasawuf Jawa yang sangat mementingkan kehalusan budi dan batin, yang harus dituangkan dalam perupaan sebagai bukti adanya keselarasan antara lahir dan batin. Kata kunci: Tasawuf, perupaan, perwatakan, nafsu ii

ABSTRACT SUFISM AND VISUALIZATION OF WAYANG KULIT PURWA IN CIREBON AND SURAKARTA by Moh. Isa Pramana 27005011 Wayang Kulit Purwa is based on Indian epics and original Javanese myths. it is considered as the media link between the Hindi-Buddhism era (Kabudan) and the Islamic era (Kewalen) of the Indonesian traditional arts. Therefore Wayang Kulit can be analyzed to show the relationship between these two era. An understanding of this relationship can only be explained through Sufism that was practiced by the Nine Apostles of Java who has contributed a great deal to the Wayang Kulit Purwa adaptations. Subsequent to the development of political power centers on Java Island, such as kingdoms of Majapahit, Demak, Cirebon, Pajang, Mataram, Surakarta and Yogyakarta, Wayang Kulit has proliferated into varieties of gagraks, in accordance to it's geographical locations. The author has studied two Wayang Kulit's gagraks as samples which reveals the considerable differences in background of their visual aspects. These differences reflect history, geography, culture and especially the way how the Wayang Kulit gagraks of Cirebon and Surakarta interprete and manifest Islamic and Sufistic teachings through visualizations. In this study, the author uses an Art Criticism approach using a qualitative comparative-descriptive analysis method comparing the visual aspects of both gagraks of Wayang Kulit. The Art Criticism approach consists of several steps. The first step is the description and formal analysis in which analyze the visualization that includes posture, shape, color, anatomical details, ornaments etc. The next step is interpretation and the final step is to pass judgement in referrences to the study of Javanese culture and Sufism. It is obvious there are Sufistic meanings in the visualizations of the Wayang Kulit Purwa figures with different dimensions and intensities in its manifestations, even within the same local area (gagrak). These differences range from the visual details among different figure appearances of the same one particular character, called iii

wanda, to the differences in the different figure appearances of different characters. This is particularly more obvious in the differences between the gagrak of Cirebon and Surakarta. These analysis is being conducted on various characters' figures such Bima, Mintaraga, Semar, Cakil, Rahwana, Duryudhana and Dursasana from both gagraks of wayang kulit. In general it can be concluded that the sample of Cirebon gagrak population shows a much more simple, straight, expressive and archaic visualization compared to that of Surakarta gagrak population which shows a much more luxurious, delicate, detailed and sophisticated visualization. The Cirebon gagrak shows a Sufistic understanding which does not take the medium as a serious matter, more straight forward, egalitarian and more focussed. On the other hand, Surakarta gagrak shows an understanding of Javanese Sufism that put elegance and graceness of manners and spirituality in such importance, that has to be visualized in order to proof the harmony between physical and spirituality. Keywords: Sufism, visualizations, personality, Nafs iv

TASAWUF DAN PERUPAAN PADA WAYANG KULIT PURWA CIREBON DAN SURAKARTA SM 720 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Insitut Teknologi Bandung Oleh : MOH. ISA PRAMANA NIM: 27005011 Program Studi Seni Murni Program Pascasarjana Seni Rupa Fakultas Seni Rupa dan Desain INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 0 7 v

TASAWUF DAN PERUPAAN PADA WAYANG KULIT PURWA CIREBON DAN SURAKARTA Oleh Moh. Isa Pramana NIM : 27005011 Program Studi Seni Murni Institut Teknologi Bandung Menyetujui Tim Pembimbing Tanggal... Pembimbing I Pembimbing II (Dr. Yustiono) (Prof. M. Wiyoso Yudoseputro) vi

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Insitiut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung. vii

Si Tiada yang berusaha Mengada Akankah menjadi benar-benar Ada Ataukah hanya merasa dirinya Ada Dan mengingkari Ketiadaannya? Untuk kedua orang tua yang telah membawaku Ada Untuk kedua sahabat yang meyakinkan diriku Ada Untuk diriku sendiri yang tetap merasa Tiada (Bandung, Akhir Juni 2007) viii

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas selesainya penulisan Karya Tesis untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Magister dari Program Pascasarjana Seni Rupa FSRD ITB yang berjudul "Tasawuf dan Perupaan pada Wayang Kulit Purwa Cirebon dan Surakarta". Adapun ketertarikan pada tema ini dikarenakan pada dasarnya penulis memang sangat menggemari kisah-kisah Pewayangan dalam berbagai versi, baik India, Jawa dan Sunda. Selain itu selama ini penulis selalu mendengar banyak pendapat, teori sejarah dan mitos yang memaparkan keterlibatan Wali Songo terutama Susuhunan Kalijaga dengan kesenian wayang kulit dalam rangka penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa. Para wali yang tentunya pengamal ajaran Tasawuf tentunya akan mencoba menerapkan ajaran yang mereka anut ke dalam karya-karya mereka, salah satunya rupa wayang kulit, dan dugaan ini juga memancing rasa ingin tahu penulis untuk memastikan bagaimana dan seperti apakah manifestasi muatan Tasawuf yang mereka anut dalam perupaan Wayang Kulit Purwa. Maka melalui penelitian ilmiah ini penulis bertujuan mencoba membuktikan adanya nilai ajaran Tasawuf yang diterapkan dalam perupaan figur-figur Wayang Kulit Purwa melalui wayang kulit gagrak Cirebon dan Surakarta sebagai sampel yang akan diperbandingkan, dengan berbagai alasan yang akan dijelaskan kemudian di dalam bagian tubuh tesis. Hambatan dan kendala yang ditemui dalam penelitian adalah tak banyak literatur yang diketahui membahas tentang perupaan Wayang Kulit Purwa yang dikaitkan dengan Tasawuf, atau yang membahas mengenai Wayang Kulit Purwa Cirebon dan narasumber yang kebanyakan memiliki pengetahuan parsial antara Pewayangan dengan Tasawuf, dan kurangnya pengetahuan yang lebih mendetail juga keterbukaan akses dari pihak instansi terkait yang memilikinya. Ini sangat disayangkan mengingat ix

jumlah figur wayang kulit baik gagrak Cirebon dan gagrak Surakarta yang begitu banyak jumlahnya dan sama-sama potensial dan menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut. Karya Tesis ini tak akan dapat terselesaikan tanpa berbagai macam bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, di mana dalam kesempatan ini penulis hendak menyatakan rasa terima kasih atas peranan dan keterlibatan mereka semua. Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak Dr. Yustiono selaku Pembimbing I, yang meskipun di sela-sela perawatan dan kondisi yang kurang sehat namun senantiasa memberikan saran dan koreksi kepada penulis dalam penelitian dan penulisan tesis ini. Kepada Bapak Prof. M. Wiyoso Yudoseputro selaku Pembimbing II, penulis menghaturkan juga rasa terima kasih sebesar-besarnya atas segala petunjuk, arahan dan sarannya juga atas kesediaannya untuk membimbing penulis. Kepada Ibu Ira Adriati M.Sn. selaku koordinator tesis saya haturkan terima kasih, atas perhatian yang diberikan sehubungan penjadwalan dan motivasi terus diberikan tiada henti kepada penulis. Kepada Bapak Drs. Haryadi Suadi yang selama ini menjadi konsultan sekaligus rekan diskusi yang banyak dan selalu memberi konsultasi, informasi dan berbagi pikiran kepada penulis sehubungan perihal Tasawuf dan Pewayangan, juga bersama-sama melaksanakan penelitian lapangan ke Cirebon, penulis tak mampu membalas semua jasa dan budi baik beliau. Ibu Dra. Nuning YD., Dipl. Art selain sebagai Reader, juga sebagai rekan diskusi yang banyak memberikan masukan dan turut melibatkan penulis dalam penelitian wayang kulit Cirebon yang banyak memberikan kontribusi pada penulisan Tesis ini. x

Terima kasih juga kepada Ibu Irma Damayanti, M.Sn. yang bersama-sama Ibu Ira keduanya telah bersedia untuk menjadi penguji bagi penyidangan penulisan Tesis penulis. Kepada Bapak Rafan S. Hasyim yang banyak membantu dan mendampingi tim penulis saat melaksanakan penelitian di Cirebon juga berbagai informasinya sehubungan budaya dan sejarah Cirebon, wawasan mengenai Ketarekatan dan Pewayangan Cirebon. PRA. Maulana Pakuningrat atau Sultan Sepuh XIII dari Keraton Kasepuhan Cirebon yang begitu terbuka menyambut kedatangan tim penulis dan bersedia memberikan keterangan seputar sejarah pusaka wayang Keraton. Pangeran Abdul Ghani atau Rama Sultan IX dari Keraton Kacirebonan yang begitu terbuka dan memberikan izin kepada tim penulis untuk melakukan pemotretan terhadap seluruh koleksi pusaka wayang jimat dan anggen, juga Bapak Kurnadi alias Ki Yuddhaprawa selaku Dalang Keraton yang telah turut memberikan informasi. Ki A. Purjadi di Kerandon, Ki H. Mansyur, Bapak Rastika dan Ki Suryono di Gegesik dan Ki Bahani di Sumber, Cirebon yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan informasi seputar pewayangan Cirebon dan kesediaannya untuk mengizinkan penulis mengambil gambar dari koleksi wayang kulit masing-masing. Bapak Haryono H. Guritno bersama segenap asisten di Sanggar Sedayu Jakarta yang telah bersedia untuk "kembali" mengungkit-ungkit persoalan wayang kulit Surakarta, banyak memberikan gambaran mengenai Pewayangan Jawa, salah satunya mengenai wanda. Pihak Museum Wayang Jakarta yaitu Bapak Suyatno, Bapak Katimo, Bapak Suparyono dan Bapak Wasikun yang banyak membantu penulis dalam rangka pemotretan berbagai koleksi wayang kulit milik Museum. xi

Bapak Suyanto yang banyak memberikan informasi seputar pedalangan Jawa Tengah dan berbagai filosofi tiap-tiap lakonan, Bapak Bambang Suwarno yang selain mengizinkan penulis mengambil gambar koleksi-koleksinya juga banyak memberi informasi seputar perupaan dan wanda wayang kulit Surakarta, Bapak Sugeng Toekio, Bapak Agus Ahmadi dari STSI Surakarta yang meminjamkan banyak sumber tulisan, dan Bapak Sukasdi di Sukoharjo yang telah mengizinkan penulis untuk mengambil gambar koleksi dan kreasi beliau sekaligus banyak memberikan informasi mengenai detail perupaan wayang kulit. GPH. Puger, BKPH. Prabuwinoto, KPH. Winarno dari pihak Keraton Kasunanan Surakarta yang telah mengizinkan penulis untuk masuk meneliti dan mengambil gambar koleksi wayang pusaka Keraton, dan Bapak Sihhanto dari Kerajinan Alunalun Lor atas segala informasinya mengenai wayang kulit keraton Surakarta. Bapak Mas Ng. Supriyanto Waluyo dari pihak Pura Mangkunegaran atas segala keramahannya, Bapak Hali Sujarwo dan Bapak Edy Sulistyono dari Sekolah Pasinaon Dalang Mangkunegaran atas segala informasinya mengenai sejarah perupaan wayang kulit dan berbagai pemaknaannya. Bapak Jakob Soemardjo, atas kesediaannya berdiskusi, Ibu Ika Ismoerdyahwati atas keterangannya mengenai struktur pakeliran dan data-data visual wayang kulit, Bapak Andi Suwirta dari Jurusan Sejarah UPI dan Bapak Samsoe Basaruddin dari Lembaga Pengkajian Masjid Salman ITB yang telah berkenan meminjamkan berbagai literatur yang berhubungan dengan ilmu Tasawuf, juga tak lupa pada Ki Dalang Otong Rasta di Gunung Batu yang telah memberikan gambaran mengenai pemaknaan Tasawuf pada karawitan wayang. Dan yang terpenting untuk kedua orang tua penulis, Bapak R.P. Koesoemadinata dan Ibu Aisjah Abdulkadir, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan spiritual, moral dan materil demi terselesaikannya penulisan Tesis ini, sungguh tak akan dan tak mungkin dilupakan. xii

Penulis sadar betul akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalan karya Tesis ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dalam menganalisis lebih lanjut dan dalam, sesuai dengan pepatah "tiada gading yang tak retak". Namun penulis juga tetap memilki harapan dan keyakinan bahwa tulisan Tesis ini dapat mengilhami munculnya tulisan-tulisan hasil penelitian lainnya yang jauh lebih mendalam dan komprehensif. Bandung, Juni 2007 Penulis xiii

DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xiv DAFTAR GAMBAR... xviii DAFTAR TABEL... xxiii DAFTAR LAMPIRAN... xxv Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang... 1 I.2. Rumusan Masalah... 6 I.3. Batasan Masalah... 6 I.4. Tujuan Penelitian... 6 I.5. Manfaat Penelitian... 7 I.6. Hipotesis... 7 I.7. Metodologi Penelitian... 8 I.8. Sistematika Penulisan... 12 I.9. Alur Kerja... 14 Bab II Kajian Pustaka II.1. Pengertian II.1.1. Tasawuf... 17 II.1.2. Perupaan... 18 II.1.3. Wayang Kulit... 19 II.2. Pembahasan Penelitian Tentang Visual Wayang Kulit Sebelumnya... 20 II.3. Latar Belakang Sosial Budaya: Cirebon dan Surakarta... 22 II.3.1. Cirebon... 23 II.3.2. Surakarta... 27 II.3.3. Perbedaan dan Persamaan Antara Cirebon dan Surakarta... 31 Bab III Tasawuf di Jawa III.1. Perkembangan Tasawuf... 35 xiv

III.2. Kecenderungan dalam Tasawuf... 36 III.3. Perkembangan Tasawuf di Indonesia... 40 III.3.1. Doktrin Tasawuf di Indonesia... 40 III.3.2. Konsep Nafsu dalam Tasawuf... 43 III.3.3. Tasawuf Jawa... 45 III.4. Estetika dalam Tasawuf... 49 Bab IV Perkembangan Wayang Kulit IV.1. Wayang Kulit Sebagai Bentuk Seni Rupa Tradisional... 54 IV.2. Asal Muasal Pertunjukan Wayang... 56 IV.2.1. Perkembangan Pewayangan pada Masa Kerajaan Hindu (Kabudan)... 57 IV.2.2. Adaptasi Kisah Pewayangan pada Masa Islam (Kewalen)... 59 IV.2.3. Sejarah Perkembangan Perupaan Wayang Kulit pada Masa Islam (Kewalen)... 62 a. Perkembangan di Jawa Tengah... 64 b. Perkembangan di wilayah Cirebon... 68 IV.3. Gagrak Wayang Kulit Jawa... 70 a. Kekhasan Gagrak Surakarta... 71 b. Kekhasan Gagrak Cirebonan... 73 IV.4. Aspek Praktis-Estetis pada Perupaan Wayang Kulit... 77 IV.5. Aspek Rupa-Kriya sebagai Penanda Figur Wayang Kulit... 78 IV.6. Penggolongan Figur Wayang Kulit... 88 IV.6.1. Penggolongan Figur Wayang yang Diddasarkan Aspek Perupaan... 88 IV.6.2. Penggolongan Figur Wayang yang Didasarkan Aspek Penceritaan/Periwayatan... 104 IV.6.3. Kaitan Perupaan Tokoh dengan Aspek Penceritaan dan Lakonan... 106 IV.6.4. Kaitan Perupaan Tokoh dengan Perwatakan... 109 IV.7. Unsur-unsur Pertunjukan Wayang Kulit... 111 IV.8. Filosofi Pertunjukan Wayang Kulit... 113 IV.9. Estetika dalam Pewayangan... 119 xv

IV.10. Aspek Penceritaan dan Periwayatan dalam Pewayangan... 121 IV.10.1. Tentang Penceritaan dan Periwayatan Wayang Surakarta... 122 IV.10.2. Tentang Penceritaan dan Periwayatan Wayang Cirebon... 122 IV.11. Perkembangan Wayang Kulit Terakhir... 124 IV.11.1. Perkembangan di Surakarta... 124 IV.11.2. Perkembangan di Cirebon... 127 Bab V Tasawuf dalam Pewayangan V.I. Pendahuluan... 128 V.1.1. Penjabaran Hipotesis Sebagai Strategi dan Pijakan Tahapan Analisis... 128 V.1.2. Tentang Populasi dan Sampel Artefak Wayang Kulit yang Dikaji... 131 V.2. Kecocokan Konsep Tasawuf dengan Pewayangan. 133 V.2.1. Konsep Nafsu Menurut Tasawuf dan Kaitannya dengan Pewayangan... 138 V.2.2. Pembaharuan Sistem Perupaan Wayang Kulit Jawa... 141 V.2.3. Lakonan dan Adegan yang Berkaitan dengan Ajaran Tasawuf... 145 V.3.Analisis Perupaan Figur Wayang Tokoh-tokoh Pewayangan yang Berkaitan dengan Ajaran Tasawuf... 151 V.3.1. Pandawa Lima... 152 a. Yudhistira... 154 b. Bima... 156 c. Arjuna... 174 d. Nakula dan Sadewa... 189 V.3.2. Tokoh-tokoh Panakawan pada Adegan Goro-goro atau Karang Tumaritis... 190 a. Semar... 193 b. Gareng/Nalagareng... 211 c. Petruk... 212 d. Bagong... 213 e. Sekarpandan atau Cenguris/Curis... 214 f. Bitarota... 215 xvi

g. Ceblok... 216 h. Bagalbuntung... 216 i. Cungkring... 216 j. Dewala atau Duwala... 217 V.3.3. Tokoh-tokoh Buto Prepat pada Adegan Perang Kembang... 220 a. Buto Cakil... 220 b. Buto Rambut Geni... 231 c. Buto Terong... 232 d. Buto Kopis/Galiyuk... 233 V.3.4. Tokoh-tokoh Angkara Murka a. Rahwana... 236 b. Duryudhana/Suyudana... 248 c. Dursasana... 259 d. Tokoh Kurawa Lainnya... 266 V.6. Hasil Analisis Visual... 270 V.6.1. Hasil Analisis Visual Wayang Kulit Gagrak Cirebon... 272 V.6.2. Hasil Analisis Visual Wayang Kulit Gagrak Surakarta... 273 V.6.3. Perbedaan Perwujudan Ajaran Tasawuf dlm Perupaan Wayang Kulit... 275 Bab VI Simpulan dan Saran VI.1. Simpulan... 281 VI.2. Saran... 285 DAFTAR PUSTAKA... 287 DAFTAR ISTILAH... 294 LAMPIRAN... 303 xvii

DAFTAR GAMBAR Gambar I.1 Skema Proses Analisis pada Artefak... 15 Gambar I.2. Kerangka Pemikiran... 16 Gambar II.1. Peta letak wilayah Cirebon dan Surakarta di Pulau Jawa... 22 Gambar II.2. Contoh lukisan kaca Cirebon karya Rastika... 25 Gambar II.3. Gambar II.4 Upacara isis ringgit koleksi wayang pusaka Kyai Kadung yang dilakukan di Keraton Kasunanan Surakarta yang dilakukan setiap Selasa Kliwon... 33 Pengisisan koleksi wayang jimat yang dilakukan di Keraton Kacirebonan yang dilakukan setiap Jumat Kliwon... 33 Gambar III.1 Skema Pengaruh Tasawuf di Cirebon dan Surakarta... 53 Gambar IV.1 Pandawa Lima gagrak Cirebon sebagai simbol Rukun Islam.. 61 Gambar IV.2 Perbedaan proporsi dan penerapan sunggingan motif hias pada wayang Gatotkaca Surakarta danyogyakarta... 72 Gambar IV.3. Ciri khas bagian kepala wayang gagrak Cirebonan... 74 Gambar IV.4. Gambar IV.5. Perbedaan gelang wayang gagrak Cirebonan dan Surakarta... 74 Jemari kaki belakang yang tidak ditatah seluruhnya sebagai khas gagrak Cirebon luar Keraton... 75 Gambar IV.6. Tokoh wayang khas gagrak Cirebon... 75 Gambar IV.7 Skema Hubungan Antar Gagrak Wayang Kulit di Jawa... 76 Gambar IV.8 Bagan istilah aksesoris figur Wayang Kulit gagrak Surakarta dengan contoh tokoh Prabu Baladewa... 79 Gambar IV.9. Berbagai bentuk mata wayang kulit... 82 Gambar IV.10. Macam bentuk hidung wayang kulit... 83 Gambar IV.11. Berbagai bentuk mulut wayang kulit... 84 Gambar IV.12. Berbagai bentuk genggaman tangan wayang kulit... 84 xviii

Gambar IV.13. Gambar IV.14. Gambar IV.15. Gambar IV.16. Gambar IV.17. Gambar IV.18 Gambar IV.19. Gambar IV.20 Gambar IV.21. Gambar IV.22. Gambar IV.23 Gambar IV.24. Gambar IV.25. Gambar IV.26 Ganbar IV.27. Gambar IV.28 Gambar IV.29 Gambar IV.30. Gambar V.1. Perwujudan sunggingan motif megamendung atau wadasan di bagian palemahan pada wayang koleksi Keraton Kacirebonan. 86 Contoh golongan Denawa... 90 Contoh golongan Ponggawa... 91 Contoh wayang Sanggan/Gagahan... 93 Contoh golongan Satria Lanyap/Ladak dan Satria Lenyep/Lungguh... 94 Tokoh Putran/bambangan atau satria muda atau belum menikah... 95 Figur golongan Putren gagrak Surakarta... 97 Figur golongan Putren gagrak Cirebonan dengan postur togok yang lebih sangkuk... 97 Golongan Jabangan... 98 Golongan Raksesi... 99 Aneka wayang Setanan yang berbentuk ganjil dan telanjang bulat... 100 Figur wayang Ketek Grebeg gagrak Cirebon... 100 Wayang Kewanan/Buron... 101 Siluet wayang Rampogan dan senjata... 102 Contoh sebagian simpingan figur wayang gaya pedalangan Surakarta... 103 Skema deretan golongan figur tokoh wayang menurut ukuran diurutkan dari yang paling besar hingga yang paling kecil, sesuai simpingan atau janturan... 103 Skema Kaitan Perwatakan Dengan Perupaan Wayang Kulit... 110 Figur Balasrewu gagrak Surakarta koleksi Museum Wayang Jakarta yang dikreasi Sanggar Sedayu Jakarta... 126 Skema Tahapan Analisis Perupaan pada Artefak dengan xix

Pendekatan Kritik Seni... 129 Gambar V.2. Gambar V.3. Gambar V.4 Gambar V.5 Gambar V.6. Gambar V.7 Gambar V.8. Gambar V.9. Gambar V.10. Gambar V.11. Gambar.V.12 Gambar V.13. Gambar V.14. Gambar V.15. Gambar.V.16. Skema Kaitan Antara Rupa Wayang dengan Konsep Nafsu dalam Tasawuf Sebagai Pijakan Analisis... 130 Gunungan sebagai contoh kecocokan pemahaman dan penanda kesinambungan antara kepercayaan asli, Hindu- Buddha dan Tasawuf... 134 Figur Sang Hyang Wenang yang paling kecil dan tak bersendi sebagai simbol spiritual semata... 137 Contoh gambar grafis wayang kulit Bali, yaitu figur Bima (kiri), Arjuna dan seorang Panakawan... 141 Figur Dewa Ruci gagrak Surakarta sebagai simbol mikrokosmos atau kehalusan batin tokoh Bima... 147 Figur Arjuna sebagai Mintaraga atau Cipta Ning dalam lakon Arjuna Wiwaha atau Cipta Ning... 150 Bagan Formasi Pemaknaan Pandawa Lima... 152 Figur wayang Yudhistira gagrak Surakarta... 155 Atribut pada wayang Bima wanda si Amuk gagrak Cirebonan yang wajah dan tubuh serba hitam... 163 Atribut pada wayang Bima wanda Mimis gagrak Surakarta yang wajah dan tubuh serba hitam... 164 Perubahan figur Wayang Kulit Bima masa Kabudan ke masa Kewalen dengan mengambil Wayang Bali dan Jawa sebagai representamen... 170 Atribut pada wayang Arjuna wanda kinanthi atau sedih dari gagrak Surakarta... 176 Atribut pada wayang Arjuna saat bertapa (Mintaraga) dari gagrak Cirebonan... 180 Atribut pada wayang Arjuna saat bertapa (Mintaraga) dari gagrak Surakarta... 181 Proses perubahan figur Wayang Kulit Arjuna masa Kabudan ke masa Kewalen dengan mengambil Wayang Bali dan Jawa sebagai representamen... 186 xx

Gambar V.17 Figur wayang Nakula-Sadewa Surakarta... 190 Gambar V.18. Gambar grafis keempat Panakawan versi Jawa Tengah... 190 Gambar V.19. Bagan Formasi Pemaknaan Panakawan... 191 Gambar V.20 Gambar V.21. Perbedaan postur tubuh tokoh Semar antara gagrak Cirebon Koleksi A. Purjadi (kiri) dengan gagrak Surakarta koleksi Sukasdi... 198 Atribut pada wayang Semar wanda si Madukunan gagrak Cirebonan... 201 Gambar V.22. Atribut pada wayang Semar gagrak Surakarta... 202 Gambar.V.23. Proses Perubahan Figur Golongan Panakawan Wayang Kulit masa Kabudan ke masa Kewalen dengan Wayang Bali dan Jawa sebagai Representamen... 207 Gambar V.24. Figur tokoh Nalagareng... 212 Gambar V.25 Tokoh Petruk gagrak Surakarta... 213 Gambar V.26 Figur tokoh Bagong... 214 Gambar V.27. Gambar V.28. Curis alias Sekarpandan (kiri), Bitarota dan Ceblok, karakter Panakawan yang hanya ada di Cirebon... 215 Tokoh Dewala (kiri), Bagalbuntung dan Cungkring, tokoh Panakawan khas Cirebon... 217 Gambar V.29. Dua figur wayang Buto Cakil... 221 Gambar V.30. Detail pada figur Buto Cakil wanda Panji gagrak Surakarta... 223 Gambar V.31 Detail pada figur Buto Cakil gagrak Cirebonan... 224 Gambar V.32. Gambar grafis adegan Perang Kembang atau Bambangan- Cakil yang menampilkan Buto Cakil yang bertarung menghadapi Permadi atau Arjuna muda... 230 Gambar V.33. Dua figur wayang Buto Rambut Geni... 231 Gambar V.34. Buto Terong gagrak Surakarta... 232 Gambar V.35. Figur Buto Kopis (kiri) koleksi Sekolah PDMN dan Buto Galiyuk koleksi Museum Wayang Jakarta... 233 xxi

Gambar V.36. Gambar V.37. Gambar V.38 Gambar V.39. Gambar V.40. Gambar V.41. Gambar V.42. Gambar V.43. Gambar V.44. Gambar V.45. Gambar V.46 Figur Rahwana gagrak Cirebonan... 239 Figur Rahwana gagrak Surakarta koleksi STSI Surakarta... 240 Proses Perubahan Figur Wayang Kulit Rahwana dari masa Kabudan ke masa Kewalen dengan Wayang Bali dan Jawa sebagai Representamen... 245 Gambar grafis tokoh Duryudana gagrak Surakarta... 249 Figur tokoh Duryudhana gagrak Cirebonan... 251 Figur tokoh Duryudhana gagrak Surakarta... 252 Skema Proses Perubahan Figur Wayang Kulit Duryudhana masa Kabudan ke masa Kewalen dengan Wayang Bali dan Jawa sebagai Representasi... 256 Figur tokoh Dursasana... 259 Figur tokoh Dursasana gagrak Cirebonan... 261 Figur tokoh Dursasana gagrak Surakarta... 262 Figur Bima gagrak Surakarta yang bertubuh hitam tanpa visualisasi janggut lebat, kalung Nagabanda... 273 xxii

DAFTAR TABEL Tabel II.1. Konsep Pemaknaan pada Lukisan Kaca Wayang Cirebon... 26 Tabel II.2. Konsep Tasawuf pada Aneka Kesenian Cirebon... 27 Tabel II.3. Perbedaan dan Persamaan Latar Antara Cirebon dan Surakarta.. 34 Tabel III.1. Sifat-sifat tiap Tahapan Nafsu menurut Tasawuf al-jilli... 44 Tabel III.2. Konsep Nafsu dalam Tasawuf Jawa... 46 Tabel IV.1. Tabel IV.2. Kategori Figur Wayang Kulit Berdasarkan Bentuk atau Wujud dan Ukuran... 87 Posisi adegan Perang Kembang dalam pakeliran wayang kulit gaya Jawa Tengah (Surakarta)... 118 Tabel V.1. Konsep Dualisme pada Tasawuf dan Pewayangan... 138 Tabel V.2. Tabel V.3. Konsep Nafsu menurut Tasawuf al-jilli pada Karakter Wayang Ditinjau dari Aspek Periwayatan... 140 Konsep Nafsu menurut Tasawuf Jawa pada Karakter Wayang Ditinjau dari Aspek Periwayatan... 140 Tabel V.4. Aneka Pemaknaan Pandawa Lima... 154 Tabel V.5. Tabel V.6. Tabel V.7. Tabel V.8. Perbandingan wanda-wanda Bima gagrak Cirebon dan Surakarta... 161 Perbandingan Unsur Rupa Figur Bima Gagrak Cirebonan dengan Surakarta... 165 Perbandingan Wanda-wanda Arjuna Gagrak Cirebon dengan Surakarta... 178 Perbandingan Unsur Rupa Figur Arjuna (Mintaraga) Gagrak Cirebonan dan Surakarta... 182 Tabel V.9. Oposisi biner antara Semar dan Batara Guru... 195 Tabel V.10. Oposisi biner antara Semar dan Bagong... 196 Tabel V.11. Oposisi biner antara Semar dan Togog... 196 xxiii

Tabel V.12. Oposisi biner antara Semar dan Bima... 196 Tabel V.13. Oposisi biner antara Semar dan Arjuna... 197 Tabel V.14. Oposisi biner antara Semar dan Kresna... 197 Tabel V.15. Tabel V.16. Tabel V.17. Tabel V.18 Tabel V.19 Tabel V.20. Tabel V.21. Tabel V.22. Tabel V.23. Tabel V.24. Tabel V.25. Tabel V.26. Perbandingan Wanda-wanda Semar pada Gagrak Cirebon dan Surakarta... 199 Perbandingan Unsur Rupa Figur Semar pada Gagrak Cirebonan dan Surakarta... 203 Perbandingan Pemaknaan Anggota Panakawan pada Wayang Cirebon dengan Surakarta... 219 Perbandingan Unsur Rupa Figur Buto Cakil Gagrak Cirebonan dan Surakarta... 225 Pemaknaan Tokoh Buto Prepat Menurut Tasawuf Jawa... 235 Perbandingan Unsur Rupa Figur Rahwana Gagrak Cirebonan dan Surakarta... 241 Perbandingan Unsur Rupa Figur Duryudhana Gagrak Cirebonan dan Surakarta... 253 Perbandingan Unsur Rupa Figur Dursasana Gagrak Cirebonan dan Surakarta... 263 Kaitan antara Golongan Figur Wayang Kulit dengan Perwatakan... 267 Nafsu Menurut Tasawuf al-jilli pada Karakter Wayang Ditinjau dari Golongannya... 269 Perbandingan Manifestasi Pemaknaan Tasawuf pada Berbagai Aspek Perupaan Antara Gagrak Cirebon dengan Surakarta... 278 Perbandingan Kesan Visual Figur Tokoh Antara Gagrak Cirebon dengan Surakarta... 279 Tabel V.27. Perbandingan antara Wayang Cirebonan dan Surakarta... 280 xxiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Strruktur Skenario Pakeliran Wayang Kulit Tabel 1.1. Skenario Pakeliran dalam Pedalangan Gaya Cirebon...303 Lampiran 2 Taraf/Derajat Simbolisasi dan Pemaknaan pada Aspek Rupa Figur Wayang Gagrak Surakarta Tabel 2.1. Pemaknaan Tokoh-tokoh Lakonan Bimaruci Versi Surakarta...304 Tabel 2.2. Pemaknaan Tokoh-tokoh Adegan Goro-goro Versi Surakarta...305 Tabel 2.3. Pemaknaan Tokoh-tokoh Lakon Wahyu Makutharama Versi Surakarta...306 Lampiran 3 Tokoh-tokoh Kadang Bayu dalam Lakon Wahyu Makutharama..307 Lampiran 4 Data-data Visual Figur Wayang Kulit Gagrak Cirebon dan Surakarta.310 xxv