BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SEBAGAI IMPLEMENTASI KURIKURIKULUM 2013

IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Nurul Khuswatun, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM PEMBELAJARANMENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

2016 PENERAPAN PEND EKATAN METAKOGNITIF D ALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah di daerahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Fauziah Nurrochman, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar yang dapat menjadikan siswa aktif belajar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter atau insan kamil (Wibowo, 2012:19). Menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. Matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, untuk perkembangan sains,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Penilaian Pembelajaran. Proses Pembelajaran. Gambar 1.1 Komponen Pembelajaran

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. belajar matematika. Pemecahan masalah dipandang sebagai proses untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran hakikatnya dalah usaha sadar dari seorang guru dalam rangka menjapai tujuan yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang diturunka dari satu generasi ke generasi berikutnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah pelajaran yang penting diajarkan di sekolah dasar. Hal ini karena matematika mendasari

MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

PELATIHAN PENYUSUNAN INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS BELAJAR BERORIENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GURU DI GUGUS 1 KECAMATAN MARGA

PENGEMBANGAN PENILAIAN SIKAP DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS VIDEO PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

PENGEMBANGAN SILABUS BAHASA INGGRIS UNTUK MADRASAH IBTIDAIYYAH DENGAN MODEL TEMATIK INTEGRATIF BERBASIS KARAKTER

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Oleh: ESTI FITRIYANI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Tema-tema pada pembelajaran tematik integratif Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. kecil, manusia telah mengenal matematika dalam bentuk yang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Ajeng Latifa Deli Cahya, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran dengan mata pelajaran lain dalam satu tema. Alasannya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2014 PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI (Salinan lampiran permendikbud no. 67 tahun 2013 tentang kurikulum SD). Dengan demikian pembelajaran pada kurikulum 2013 dilakukan dengan mengaitkan berbagai kompetensi dasar atau mata pelajaran yang masih satu konsep dalam satu tema tertentu. Pembelajaran dilakukan secara tematik agar pengetahuan yang dimiliki siswa mengenai suatu konsep dapat menyeluruh tidak terpisah pisah. Agar pembelajaran lebih bermakna pembelajaran harus dikaitan dengan permasalahan yang biasa dihadapi siswa sehari-hari. Untuk menemukan solusi dari permasalahan diperlukan pengetahuan yang menyeluruh dari suatu konsep. Menurut Oemar Hamalik (Hernawan et.al, 2007, hlm.3), pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa secara aktif harus mengalami sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru dan bukan hanya menerima dari pemberian guru. Pada proses pembelajaran siswa harus dibiasakan terlibat dalam memecahkan permasalahanpermasalahan. Saat proses belajar mengajar siswa banyak menerima teori dari guru, namun pada saat mereka dihadapkan pada suatu permasalahan mereka bingung menemukan solusi untuk menyelesaikannya. Mereka tidak tahu cara mengaplikasikan teori yang mereka dapat untuk menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Terlebih tidak diberlakukannya pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centre). Kurangnya aktivitas siswa dalam suatu pembelajaran menyebakan mereka hanya menghapal teori yang didapat tanpa memahaminya. 1

2 How we teach must also change in order to prepare our students to cope with these new situations: students need more than ever to be able to pose questions, seek and find appropriate resources for answering these questions, and communicate their solutions effectively to others. (Duch, et al, 2001, hlm.3) Cara guru mengajar juga harus berubah untuk mempersiapkan siswa mengatasi situasi baru. Siswa perlu lebih dari sebelumnya untuk dapat mengajukan pertanyaan, mencari dan menemukan sumber daya yang tepat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, dan mengkomunikasikan solusi mereka secara efektif kepada orang lain. Salah satu cara guru untuk membantu siswanya belajar memecahkan masalah adalah dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL). It is crucial that the students in a PBL curriculum become lifelong learners who have learned to take responsibility for their own learning process (Graaff & Kolmos, 2003). Pembelajaran berbasis masalah lebih menitikberatkan pada proses kegiatan yang siswa lakukan dalam suatu pembelajaran (student centre). Melalui pembelajaran berbasis masalah siswa diajak untuk berpikir dan melakukan suatu aktivitas untuk menemukan solusi atas suatu permasalahan. Menurut Nasution (2011, hlm.140) Masalah yang terpecahkan melalui problem solving mantap dan sukar dilupakan, apalagi bila mengenai pemikiran pada taraf tinggi. Apabila siswa terlibat langsung dalam memecahkan masalah maka pembelajaran akan lebih bermakna dan sulit untuk dilupakan, dibandingkan siswa hanya diberikan teori terus menerus tanpa adanya kegiatan yang dilakukan. Esensi PBL berupa menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan (Arends, 2008, hlm.41). Sedangkan menurut Dewey (dalam Sudjana 2011, hlm. 19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk dapat menginvestigasi, menyelidiki dan menyelesaikan suatu permasalahan yang disajikan oleh guru. Masalah dijadikan langkah awal siswa untuk merekonstruksi

3 pengetahuan baru yang akan didapatnya. Masalah yang disajikan guru harus merupakan masalah yang konkret ada dalam dunia siswa. Salah satu ciri dari pembelajaran berbasis masalah adalah fokus kepada keterkaitan berbagai disiplin ilmu (Nurhadi dalam Putra, J. D.hlm 90). Pembelajaran berbasis masalah sangat cocok apabila diterapkan dalam kurikulum 2013 yang menuntut pembelajaran secara tematik-integratif. Menurut Dewey dalam Prastowo (2013, hlm.158-159) bahwa anak selalu aktif. Persoalannya hanya terletak pada masalah memandu keaktifan siswa dan memberikan arahan. Salah satu cara untuk memandu keaktifan siswa dan memberikan arahan adalah dengan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS). Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah tidak terlepas dari penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menunjang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnnya bahwa dalam kurikulum 2013 pembelajaran harus tematik-integratif dan pembelajaran berbasis masalah menekankan pada keterkaitan antara disiplin ilmu. Maka LKS yang digunakan pun haruslah tematik agar pemahaman siswa bersifat holistik dalan suatu konsep. Sebagai fasilitaror guru dapat mengembangkan LKS yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Sebuah pembelajaran dengan menggunakan LKS akan memudahkan guru untuk menanamkan konsep yang ingin disampaikan oleh siswa, menarik minat siswa, dan memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif. Karena dengan LKS siswa dituntun untuk memahami suatu konsep atau memecahkan suatu masalah tanpa mereka sadari dan posisi guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator saja. LKS berisikan permasalahan yang harus dipecahkan siswa dan berisikan petunjuk kegiatan yang harus dilalui untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. LKS akan membantu siswa untuk mengonstruksi pengetahuan yang akan dimilikinya. Peneliti melakukan studi pendahuluan ke tiga sekolah di SD Negeri Gugus Sindangpalay UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya. SDN yang dijadikan sebagai tempat untuk studi pendahuluan adalah SDN Sindangpalay 1, SDN Sindangpalay 4 dan SDN Sukamaju 2. Namun saat peneliti mewawancarai tiga guru kelas V, dari ketiga guru tersebut terdapat salah seorang

4 guru yang masih menganggap bahwa LKS merupakan alat evaluasi bukan sebagai bahan ajar yang membantu siswa dalam proses pembelajarannya. Selain itu banyak LKS yang digunakan dalam proses belajar mengajar tidak sesuai dengan konsep LKS yaitu berisikan langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kebanyakan dari LKS yang digunakan dalam proses pembelajaran berbentuk seperti buku berjenis LKS yang sebenarnya hanya berisikan rangkuman materi dan soal soal yang harus dikerjakan oleh siswa. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian mengenai pembelajaran berbasis masalah dan penelitian pengembangan LKS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggita Ayu Fitriani berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantu LKS Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas IV Sd N 02 Banjardawa. Dari hasil analisis data yang diujikan diperoleh analisis thitung = 3,428. Pada taraf signifikasi 5% diperoleh t tabel = 1,71. Karena t hitung lebih besar dari ttabel yaitu 3,428 > 1,71 maka signifikan sehingga hipotesis penelitian ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning berbantu LKS terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N 02 Banjardawa Pemalang dapat diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning berbantu LKS terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD N 02 Banjardawa Pemalang Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul Pengembangan LKS pada Pembelajaran Berbasis Masalah Tema Bermain dengan Benda-benda di Sekitar. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian maka masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut. a. Pembelajaran berpusat pada guru b. Sulitnya siswa dalam mengaplikasikaan teori yang dimiliki. c. Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran LKS yang digunakan dalam pembelajaran kurang sesuai dengan konsep LKS seutunhnya. Masih menyebutkan soal-soal evaluasi yang langsung dijawab

5 berupa LKS bukan LKS yang berisi petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan siswa d. Belum ditemukan LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema bermain dengan benda-benda di sekitar C. Rumusan Masalah Penelitian a. Bagaimana penggunaan LKS dalam kegiatan pembelajaran di SD Negeri Gugus Sindangpalay UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014? b. Bagaimana rancangan LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya? c. Bagaimana implementasi rancangan LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema bermain dengan benda-benda di sekitar dalam proses uji coba di SD Negeri Gugus Sindangpalay UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya? d. Bagaimana bentuk LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema bermain dengan benda-benda di sekitar SD Negeri Gugus Sindangpalay UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi penggunaan LKS pada kegiatan pembelajaran di SD Negeri Gugus Sindangpalay UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2013/2014 2. Menghasilkan rancangan LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya 3. Memperoleh gambaran tentang keterpakaian penggunaan LKS dalam uji coba rancangan lembar kerja siswa pada pembelajaran berbasis masalah tema

6 UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya 4. Menghasilkan LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema bermain dengan benda-benda di sekitar di SD Negeri Gugus Sindangpalay UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang diharapkan peneliti setelah penelitian dilaksanakan: 1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang pengembangan LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan sebuah LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema bermain dengan benda-benda di sekitar di SD Negeri Gugus Sindangpalay UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara Kota Tasikmalaya 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah contoh bagi pengembangan LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema bermain dengan benda-benda di sekitar pada masa yang akan datang F. Struktur Organisasi Skripsi Untuk memahami lebih jelas alur penelitian skripsi ini, maka struktur organisasi atau sistematika penulisan dijabarkan sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan. Terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi 2. Bab II Kajian Pustaka. Berisi konsep, teori, dalil dan hukum yang digunakan penelitisebagai dasar dan acuan penelitian 3. BAB III. Metode Penelitian. Komponen metode penelitian terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, desain penelitian,

7 metode penelitian, definisi istilah, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, serta analisis data penelitian. 4. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Berisi analisis data, identifikasi data dan segala temuan di lapangan guna mengetahui hasil penelitian serta pembahasan. Hasil analisis data dikaitkan dengan kajian pustaka. 5. Bab V. Kesimpulan dan Saran. Hasil analisis dan pembahasan selanjutnya disajikan dalam bentuk singkat dengan memperhatikan pertanyaanpertanyaan pada rumusan masalah. Saran berisi rekomendasi untuk pembaca, bersifat konstruktif dan didasarkan pada hasil temuan yang telah diperoleh secara ilmiah. 6. Daftar Pustaka. Berisi seluruh sumber yang dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi 7. Lampiran-lampiran. Berisi seluruh lampiran yang digunakan saat melakukan penelitian.