PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP PADA HEWAN UJI SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI BIOLOGIS RADIOFARMAKA 175 Yb-EDTMP UNTUK TERAPI PALIATIF PADA TULANG 1. Rizky Juwita Sugiharti, Iim Halimah, Azmairit Azis

UJI TOKSISITAS AKUT RADIOFARMAKA 99m Tc- CTMP PADA MENCIT (Mus musculus)

STUDI BANDING KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG

PENGARUH ZAT ADITIF PADA PENANDAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKLOTETRA DESIL- 1,4,8,11-TETRAMETILENFOSFONAT (CTMP) DENGAN TEKNESIUM-99m

PENANDAAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAMETILEN FOSFONAT (EDTMP) DENGAN RADIONUKLIDA 175 Yb

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM DALAM PENANDAAN LIGAN EDTMP DENGAN RADIOISOTOP 170 Tm

UJI TOKSISITAS RADIOFARMAKA

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 175 Yb-EDTMP. Azmairit Aziz, Marlina, Muhammad Basit Febrian

Evaluasi biologis radiofarmaka 99m Tc-Etambutol untuk deteksi dini infeksi tuberkulosis pada hewan percobaan

PEMBUATAN 177LU-CTMP UNTUK PALIATIF NYERI TULANG METASTASIS : PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 177LU CTMP DAN UJI STABILITASNYA

EVALUASI BIOLOGIS SENYAWA KOMPLEKS RENIUM-186 FOSFONAT SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI PALIATIF KANKER TULANG

EVALUASI PENGGUNAAN PENCACAH BETA DAN GAMMA PADA PENENTUAN KEMURNIAN RADIOKIMIA 188/186 Re-CTMP

PENANDAAAN 1,4,8,11-TETRAAZASIKOTETRADESIL-1,4,8,11- TETRAMETILEN FOSFONAT (CTMP) DENGAN RENIUM-186

PENGARUH PEMBERIAN AMLODIPIN PADA POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-MIBI SEBAGAI SEDIAAN SIDIK PERFUSI JANTUNG (UJI NON KLINIS PADA HEWAN PERCOBAAN)

BIODISTRIBUSI DAN UJI CLEARANCE 99m Tc-SIPROFLOKSASIN PADA MENCIT (Mus musculus) YANG TERINFEKSI BAKTERI Escherichia coli

STABILITAS DAN UJI PRAKLINIS 99mTc-EC UNTUK RADIOFARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

kanker yang berkembang dari sel-sel yang berada pada kelenjar payudara. Dalam

PENANDAAN CTMP DENGAN TEKNESIUM-99m UNTUK RADIOFARMAKA PENYIDIK KANKER TULANG. Misyetti dan Isti Daruwati

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI RADIOISOTOP TULIUM-170 ( 170 Tm) Azmairit Aziz, Muhamad Basit Febrian, Marlina

BIODISTRIBUSI RADIOFARMAKA 99m Tc- GLUTATION UNTUK DIAGNOSIS INFEKSI

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA SENYAWA BERTANDA 170 Tm-EDTMP

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

EVALUASI BIOLOGIS 99m Tc-GLUKOSA-6-FOSFAT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) STOCK SPRAGUE DAWLEY. Iim Halimah*, Hendris Wongso dan Isti Daruwati

PEMILIHAN SISTEM KROMATOGRAFI PADA PENENTUAN

BIODISTRIBUSI RADIOFARMAKA 99mTc(V)_DMSA

UJI PRAKLINIS 99m Tc-KANAMISIN SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN NODUL TIROID

MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT

KARAKTERISTIK RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION. Nurlaila Z., Maula Eka Sriyani

BIODISTRIBUSI RADIOFARMAKA 99m Tc-KETOKONAZOL PADA INFEKSI YANG DISEBABKAN OLEH CANDIDA ALBICANS, STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

PEMBUATAN KIT MIBI SEBAGAI PENATAH JANTUNG

5. Diagnosis dengan Radioisotop

PENENTUAN WAKTU PARO BIOLOGI TC 99M MDP PADA PEMERIKSAAN BONE SCANNING

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

EV ALUASI BIOLOGIS RADIOFARMAKA 186ReEDTMP SEBAGAI ALTERNATIF BONE PAIN PALLIATIVE AGENT

FORMULASI KIT HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSFER SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK STUDI LIMFOSINTIGRAFI DI KEDOKTERAN NUKLIR

PENANDAAN CTMP DENGAN TEKNESIUM-99m UNTUK RADIOFARMAKA PENYIDIK KANKER TULANG

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KIT KERING KANAMYCIN * Eva Maria Widyasari, Misyetti, Teguh Hafiz Ambar W dan Witri Nuraeni

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKPP-2012

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SEDIAAN RADIOISOTOP 169 ErCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN ERBIUM-168 DIPERKAYA 97,75% Azmairit Aziz

EVALUASI KENDALI MUTU SENYAWA BERTANDA 153 SAMARIUM-EDTMP (ETHYLENE DIAMINE TETRA METHYLEN PHOSPHONATE )

Tc-DIETIL KARBAMAZIN SEBAGAI SEDIAAN DIAGNOSTIK LIMFATIK FILARIASIS: EVALUASI NON-KLINIS

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

ANALISIS AKUMULASI RADIOFARMAKA Tc-99m MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

PREPARASI 99m TC-HYNIC-TOC DAN PENCITRAAN PADA PASIEN PENDERITA TUMOR

Estimasi Penyebaran Kanker Paru pada Bagian Tulang Belakang (Vertebra) dengan Menganalisis Nilai Uptake Tc 99m MDP

PENANDAAN MIBI (METOKSI ISOBUTIL ISONITRIL) DENGAN TEKNESIUM-99m SEBAGAI RADIOFARMAKA SIDIK PERFUSI JANTUNG

Azmairit Aziz. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, BATAN - Bandung

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-TOC YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK PENCITRAAN TUMOR

PRINSIP UJI PRAKLINIS DAN KLINIS DALAM PENGEMBANGAN RADIOFARMAKA PENYIDIK KANKER

PENGEMBANGAN SEDIAAN 99m Tc-HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)- NANOSFER SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK LIMFOSINTIGRAFI

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

Studi Biodistribusi dan Farmakokinetik Nanokarier PLGA-Poloxamer Bertanda Radioisotop Iodium-131 Pada Mencit

PENENTUAN KONDISI OPTIMUM PENANDAAN PARTIKEL HIDROKSIAPATIT DENGAN SEDIAAN RADIOISOTOP 175 YbCl 3 HASIL IRADIASI BAHAN SASARAN 174 Yb DIPERKAYA

STABILITAS RADIOFARMAKA 99M Tc-KANAMYCIN SEBAGAI SEDIAAN UNTUK DETEKSI INFEKSI

PENENTUAN BIODISTRIBUSI DAN UPTAKE TIROID DARI Tc 99m PERTEKNETAT PADA PASIEN HIPERTIROID MENGGUNAKAN TEKNIK IN VIVO

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 131 I-MIBG SEBAGAI RADIOFARMAKA TERAPI ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

STABILITAS DAN un PRAKLINIS 99MTc-EC UNTUK RADIOF ARMAKA PENATAH FUNGSI GINJAL

PREPARASI 99m Tc-HYNIC-IMUNOGLOBULIN-G SEBAGAI RADIOFARMAKA UNTUK PENCITRAAN INFEKSI/INFLAMASI

Penentuan persentase uptake radiofarmaka Tc 99m Sulfur Colloid pada sidik hati (Liver scan)

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA DAN BIOAFINITAS 99m Tc-GLUKOSA-6-FOSFAT TERHADAP JARINGAN TUMOR DALAM HEWAN MODEL

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN KIT CAIR RADIOFARMAKA SIPROFLOKSASIN DALAM WADAH TUNGGAL

KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA RADIOFARMAKA. Nanny Kartini Oekar, Eva Maria Widyasari, Epy Isabela

Biodistribusi radiofarmaka Tc 99m DTPA pada pemeriksaan renografi

PENGEMBANGAN DAN APLIKASI KLINIS KIT-KERING RADIOFARMAKA SIPROFLOKSASIN. Jln. Tamansari 71 Bandung Jln. Pasir Kaliki 192, Bandung

PEMBUATAN INULIN BERTANDA TEKNESIUM-99m, SEBAGAI SEDIAAN UNTUK STUD I LAJU FILTRASI GLOMERULUS

EVALUASI ASPEK FARMASETIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI SECARA IN-VITRO KIT DIAGNOSTIK 99M Tc-KANAMYCIN

Penandaan Human Serum Albumin (HSA)nanospheres dengan radionuklida teknesium-99m

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENCITRAAN DAN UJI BIODISTRIBUSI 99m Tc-HYNIC-3E8 PADA MENCIT YANG DIIMPLANTASI SEL KANKER LS174T

FORMULASI KIT MIBI SEBAGAI PREPARA T PENATAH JANTUNG. Widyastuti, Hanafiah A., Yunilda, Laksmi A., Sri Setiyowati, dan Veronika Y.

KANKER. need to be. activation. PROSIDING SEMINAR ABSTRAK UNTUK TERAPI. Sm Oksida. radioaktivitas. kanker tulang metastatiss. ABSTRACTT Sm-EDTMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN KIT CAIR RADIOFARMAKA SIPROFLOKSASIN DALAM WADAH TUNGGAL

FORMULASI RADIOFARMAKA 99m Tc-GLUTATION UNTUK DIAGNOSIS KANKER

PENANDAAN METAIODOBENZYLGUANIDIN (MIBG) DENGAN RADIONUKLIDA TEKNESIUM-99m

J. Iptek Nuklir Ganendra Vol. 16 No. 1, Januari 2013 : ISSN

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99m Tc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99 Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON

Eva Maria Widyasari, Nurlaila Zainuddin dan Witri Nuraeni

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

ANALISIS FISIKO KIMIA RADIOISOTOP PRASEODIMIUM-143 ( 143 Pr) UNTUK APLIKASI RADIOTERAPI

GADOLINIUM(III)-DTP A DALAM TUBUH HEW AN PERCOBAAN MELALUI SIMULASI 153Gd_DTPA SEBAGAI TRACER

PENANDAAN ASAM LINOLENAT SEBAGAI MODEL ISOLAT BENALU TEH UNTUK DIAGNOSIS KANKER DENGAN RADIONUKLIDA IODIUM-131

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

Karakterisasi radiofarmaka sin sebagai penyidik infeksi

TEKNESIUM-99m METOKSI ISOBUTIL ISONITRIL ( 99m Tc-MIBI) SEBAGAI SEDIAAN UJI TAPIS PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

OPTIMASI PREPARASI SENYAWA BERTANDA 186 RE-PORFIRIN UNTUK PENGOBATAN KANKER

: Kimia Farmasetika Umum. Status Matakuliah

Transkripsi:

Perbandingan Pola Distribusi 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP Pada Hewan Uji Sebagai Radiofarmaka Penyidik Tulang (Rizky Juwita Sugiharti,) ISSN 1411 3481 PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP PADA HEWAN UJI SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG Rizky Juwita Sugiharti, Yana Sumpena, Misyetti Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN Jl. Tamansari 71-Bandung Telp : 022-2503997 Fax : 022-2504081 e-mail : wita@batan-bdg.go.id ABSTRAK PERBANDINGAN POLA BIODISTRIBUSI 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP PADA HEWAN UJI SEBAGAI RADIOFARMAKA PENYIDIK TULANG. 1,4,8,11-tetraaza cyclotetradecyl- 1,4,8,11-tetramethylene phosponic acid (CTMP) sebagai senyawa baru untuk penyidik tulang telah berhasil disintesis di PTNBR-BATAN Bandung yang kemudian ditandai dengan radioisotop 99m Tc. Uji biodistribusi dari senyawa ini dilakukan pada mencit untuk mengetahui up take-nya di tulang dan organ-organ yang lain. Pada penelitian ini dilakukan juga uji biodistribusi 99m Tc-MDP sebagai pembanding untuk mengevaluasi kehandalan 99m Tc-CTMP. Hasil uji biodistribusi memperlihatkan up take 99m Tc-CTMP pada tulang sebesar 3,57; 2,90; 4,14 dan 4,39 (%ID/g) masing-masing pada 1, 3, 5 dan 24 jam, hasil ini masih lebih rendah dibandingkan up take 99m Tc-MDP pada tulang sebesar 10,73; 10,12; 10,48; dan 5,95 (%ID/g) pada 1, 3, 5 dan 24 jam. Meskipun up take 99m Tc-CTMP lebih rendah dibandingkan dengan 99m Tc-MDP, 99m Tc-CTMP memiliki stabilitas in vivo yang lebih baik dari 99m Tc-MDP sehingga memberikan gambar pencitraan tulang yang lebih jelas dibandingkan dengan 99m Tc-MDP. Kata kunci : penyidik tulang,, 99m Tc-CTMP, biodistribusi ABSTRACT COMPARISON OF 99m Tc-CTMP AND 99m Tc-MDP IN ANIMAL MODEL AS BONE IMAGING RADIOPHARMACEUTICAL. 1,4,8,11-tetraaza cyclotetradecyl-1,4,8,11- tetramethylene phosponic acid (CTMP) as new agent for bone imaging have been synthesized and complexed with 99m Tc. Biodistribution of this complex in mice were carried out and the uptake in bone and other soft tissue were detailed. A comparison of the biodistribution studies of the 99m Tc-CTMP with the well-established radiopharmaceutical 99m Tc-MDP was carried out for the purpose of evaluating the efficacy of the radiopharmaceutical preparation. The bone up take of 99m Tc-CTMP complexes is 3.57, 2.90, 4.14 and 4.39 (%ID/g) at 1, 3, 5 and 24 hours respectively was lesser than those of 99m Tc-MDP which was 10.73, 10.12, 10.48, and 5.95 (%ID/g) at 1, 3, 5 and 24 hours respectively. However, due to in vivo stability 99m Tc-CTMP was better than 99m Tc-MDP. Then 99m Tc-CTMP imaging with gamma camera gave clearer image of bone. Key words : bone imaging, radiopharmaceutical, 99m Tc-CTMP, biodistribution 1. PENDAHULUAN Teknik kedokteran nuklir merupakan suatu teknik runut yang menggunakan sediaan radiofarmasi dengan metode pencitraan. Segera setelah suatu sediaan radiofarmasi dimasukkan ke dalam tubuh mahluk hidup, maka sediaan tersebut akan mengalami proses penyebaran. Dengan mempelajari biodistribusi dari suatu sediaan radiofarmasi maka tempat penyebaran di dalam tubuh selang beberapa waktu setelah pemberian sediaan tersebut dapat diketahui. 89

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. X, No. 2, Agustus 2009: 89-96 ISSN 1411-3481 Dari hasil uji biodistribusi dapat dihitung persentase penimbunan per gram organ (%ID/g) atau persentase penimbunan per organ (%ID). Hasil perhitungan di atas dapat dipergunakan untuk menilai sediaan yang ideal untuk pencitraan suatu organ tertentu. Bila angka perbandingan ini makin besar berarti bahwa organ tersebut akan lebih tampak pada pencitraan atau pemotretan dengan kamera gamma (1). Untuk penyidik tulang biasanya memiliki nilai persentase per gram organ di tulang (%ID/g) > 2% dan nilai persentase penimbunan di tulang (%ID) > 60% (2). Metastasis kanker ke tulang, yang selanjutnya akan disebut dengan istilah metastasis tulang atau rasa nyeri di tulang biasanya diderita oleh penderita kanker tingkat lanjut dan merupakan komplikasi utama pada beberapa kanker seperti kanker prostat, payudara, paru-paru, ginjal dan tiroid, sehingga makin menurunkan kualitas hidup penderita kanker (3,4,5). Prosedur terapi dengan menggunakan sediaan radiofarmasi merupakan salah satu pilihan pengobatan metastasis tulang. Sediaan radiofarmasi yang digunakan untuk mengobati metastasis tulang digunakan juga sebagai penyidik tulang di kedokteran nuklir sebagai contoh adalah 153 Sm- EDTMP dan 186 Re-HEDP, kedua radioisotop tersebut sebagai pemancar β untuk terapi dan pemancar γ untuk diagnosis (3). Senyawa golongan fosfonat sering digunakan sebagai senyawa pembawa untuk penyidik tulang. Senyawa fosfonat yang sudah dikenal dan banyak digunakan sebagai adalah methylenediphosphonate (MDP) yang ditandai dengan isotop 99m Tc menjadi 99m Tc-MDP sebagai penyidik tulang (4,6). Cyclam merupakan senyawa makrosiklik yang banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Salah satu senyawa kompleks cyclam adalah 1,4,8,11-tetraaza cyclotetradecyl-1,4,8,11-tetramethylene phosponic acid (CTMP) yang mengandung gugus fosfonat (7). Atas dasar inilah dikembangkan CTMP yang ditandai dengan radioisotop sebagai penyidik dan terapi metastases tulang. Studi biodistribusi terdahulu dari CTMP yang ditandai dengan radioisotop 186 Re ( 186 Re-CTMP) sebagai untuk terapi tulang memperlihatkan akumulasi yang baik di tulang dan tetap konstan hingga 48 jam (8). Untuk mengetahui pola biodistribusi CTMP yang ditandai dengan radioisotop 99m Tc ( 99m Tc-CTMP) sebagai sediaan baru untuk penyidik tulang maka dalam tulisan ini dilakukan perbandingkan dengan sediaan 99m Tc-MDP yang sudah stabil dan telah lama digunakan untuk penyidik tulang. Hasil dari penelitian ini diharapkan 99m Tc-CTMP akan memberikan pencitraan yang lebih baik dibandingkan dengan 99m Tc- MDP. 2. TATA KERJA Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kit kering CTMP dan kit kering MDP buatan PTNBR Bandung. Bahan lainnya adalah aseton (Merck), larutan NaCl 90

Perbandingan Pola Distribusi 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP Pada Hewan Uji Sebagai Radiofarmaka Penyidik Tulang (Rizky Juwita Sugiharti,) ISSN 1411 3481 fisiologis (IPHA), kertas Whatman 3MM untuk kromatografi dan larutan eter (BRATACO) untuk anastesi. Peralatan yang digunakan adalah pencacah saluran tunggal (Ortec) digunakan sebagai pencacah radioaktivitas, dose calibrator (Victoreen), animal scanner (Berthoid) untuk melakukan pencitraan dengan kamera gamma. Peralatan lain yang digunakan adalah seperangkat alat bedah dan syringe. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan (Mus musculus) dengan berat 30-40 g dan tikus putih jantan (Rattus novergicus) dengan berat 200-250 g. 2.1. Penyiapan 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP Semua tahap pengerjaan dilakukan secara aseptis. Sebanyak 1 ml larutan radioisotop Na 99m TcO 4 dengan aktivitas 2-5 mci masing-masing dimasukkan ke dalam vial yang berisi CTMP dan MDP yang telah ada di wadah Pb. Untuk campuran CTMP, larutan dikocok sempurna dan dibiarkan pada penangas air mendidih selama 15 menit, sehingga dihasilkan produk 99m Tc-CTMP. Sedangkan untuk campuran MDP dikocok sempurna dan dibiarkan pada temperatur kamar selama 30 menit sambil dikocok, sehingga dihasilkan produk 99m Tc-MDP. Kemurnian radiokimia sediaan 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP ditentukan dengan menggunakan metode kromatografi kertas. Kertas Whatman-3MM/aseton digunakan untuk memisahkan pengotor radiokimia 99m Tc-perteknetat bebas, sedangkan kertas Whatman-3MM/NaCl untuk memisahkan pengotor 99m Tc-tereduksi.. 2.2 Uji biodistribusi Sebanyak 0,1 ml 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP masing-masing dengan aktivitas 100 μci disuntikkan ke mencit melalui vena ekor setelah berat masing-masing hewan uji diketahui. Kemudian mencit dibedah pada interval waktu 1, 3, 5 dan 24 jam. Organorgan berupa otot, tulang, darah, usus halus, lambung, hati, limpa, ginjal, jantung dan paru-paru diambil. Setiap organ dicacah dengan alat pencacah saluran tunggal dan dihitung persentase cacahan pada tiap gram organ (2,6). Rumus perhitungan penimbunan per gram organ (%ID/g) adalah sebagai berikut cacahan per gram organ % ID / g = x100% cacahan dosis yang diberikan Persentase penimbunan pada organ (%ID) otot, darah dan tulang dihitung berturut-turut sebesar 40%, 7% dan 6,5% dari seluruh berat badan (BB) hewan uji (9). %ID otot = (%ID/g) otot X 40% BB %ID darah = (%ID/g) darah X 7% BB %ID tulang = (%ID/g) otot X 6,5% BB 2.3 Pencitraan dengan menggunakan kamera gamma Sebanyak 0,5 ml sediaan 99m Tc- CTMP dan 99m Tc-MDP dengan aktivitas masing-masing 4 mci disuntikkan ke tubuh tikus putih melalui vena ekor. Tikus tersebut 91

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. X, No. 2, Agustus 2009: 89-96 ISSN 1411-3481 kemudian dibius menggunakan larutan eter sebelum dilakukan pencitraan dengan kamera gamma selang 3 jam pasca injeksi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kemurnian radiokimia kompleks 99m Tc-CTMP hasil penandaan pada ph 6-6,5 memberikan hasil >90% dan kemurnian radiokimia kompleks 99m Tc-MDP hasil penandaan pada ph 6 memberikan hasil >95%. Dari hasil penentuan kemurnian radiokimia, tersebut dapat digunakan untuk melakukan uji biodistribusi dan pencitraan dengan kamera gamma (10). Hasil uji biodistribusi 99m Tc-CTMP memperlihatkan akumulasi (%ID/g) tertinggi terdapat pada organ tulang sebagai organ target yaitu sebesar 3,57%; 2,90%; 4,14% dan 4,39% berturut-turut pada 1, 3, 5 dan 24 jam pasca injeksi. Akumulasi yang tinggi terlihat pula pada organ ginjal dan hati mengindikasikan bahwa 99m Tc-CTMP dieksresikan melalui urine dan feses (Gambar 1). Hasil perhitungan persentase penimbunan 99m Tc-CTMP di tulang (6,5% dari berat badan hewan uji) memperlihatkan penimbunan sebesar 9,52%; 6,91%; 9,16% dan 9,45% berturutturut pada 1, 3, 5 dan 24 jam pasca injeksi (Gambar 2). Kemudian hasil uji biodistribusi dari (%ID/g) 99m Tc-MDP memperlihatkan akumulasi tertinggi terdapat pada organ tulang sebagai organ target yaitu 10,73%; 10,12%; 10,48% dan 5,95% berturut-turut pada 1, 3, 5 dan 24 jam pasca injeksi. Akumulasi yang stabil di tulang terlihat pada 3 jam pertama dan menurun setengahnya setelah 24 jam pasca injeksi. Akumulasi yang tinggi juga terlihat pada organ ginjal yang menunjukkan bahwa rute eksresi 99m Tc-MDP adalah melalui ginjal. Akumulasi yang terlihat pula di organ hati dan usus mengindikasikan bahwa 99m Tc-MDP dieksresikan juga melalui empedu dan usus yang dikeluarkan dalam bentuk feses. (Gambar 3) Hasil perhitungan persentase penimbunan 99m Tc-MDP di tulang (6,5% dari berat badan hewan uji) memperlihatkan penimbunan sebesar 25,54%; 25,53%; 26,45% dan 13,59% berturut-turut pada 1, 3, 5 dan 24 jam pasca injeksi. (Gambar 4) %ID/g 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Gambar 1. %ID 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Gambar 2. Otot Tulang Darah Lambung Usus Hati Lympa Ginjal Jantung Paruparu Organ 1 jam 3 jam 5 jam 24 jam 99m Tc- Biodistribusi CTMP pada mencit (Mus muculus).(%id/g), n=3 Otot Tulang Darah Organ 1 jam 3 jam 5 jam 24 jam Biodistribusi 99m Tc- CTMP pada mencit (Mus muculus) (%ID), n=3 92

Perbandingan Pola Distribusi 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP Pada Hewan Uji Sebagai Radiofarmaka Penyidik Tulang (Rizky Juwita Sugiharti,) ISSN 1411 3481 %ID/g 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 Otot Tulang Darah Lambung Usus Hati Lympa Ginjal Jantung Paru-paru Organ 1 jam 3 jam 5 jam 24 jam 99m Tc- Gambar 3. Biodistribusi MDP pada mencit (Mus muculus).(%id/g), n=3 % ID 30.00 20.00 10.00 0.00 Otot Tulang Darah Organ 1 jam 3 jam 5 jam 24 jam Gambar 4. Biodistribusi 99m Tc-MDP pada mencit (Mus muculus) (%ID), n=3 Akumulasi 99m Tc-CTMP di tulang masih lebih rendah dibandingkan dengan 99m Tc-MDP. Akan tetapi pola biodistribusi 99m Tc- CTMP (%ID) memperlihatkan pola akumulasi yang meningkat terhadap waktu, pada 3 jam mencapai 9,16% dan pada 24 jam masih stabil sebesar 9,45%, sedangkan 99m Tc-MDP memperlihatkan pola akumulasi yang menurun terhadap waktu, pada 3 jam mencapai 26,45% dan pada 24 jam tersisa sebesar 13,59%. Dari data ini dapat diketahui bahwa 99m Tc-CTMP dapat digunakan sebagai untuk terapi metastasis ke tulang bila ditandai dengan radioisotop pemancar β karena memiliki waktu retensi yang lama di tubuh, sedangkan 99m Tc-MDP mempunyai waktu retensi yang pendek, sehingga penggunaanya sesuai sebagai untuk penyidik tulang dan memenuhi salah satu syarat sebagai penyidik yaitu harus cepat dieksresi dari tubuh. Akumulasi radioaktivitas di darah dan organ otot, jantung dan paru-paru diantara kedua tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Akumulasi di lambung merupakan penunjuk dekomposisi Tc-kompleks dalam uji biodistribusi (11), akumulasi yang rendah dari 99m Tc-CTMP (<1% selama 24 jam) di lambung menunjukkan bahwa ini memiliki stabilitas in vivo yang baik bila dibandingkan dengan 99m Tc- MDP yang memperlihatkan kenaikan akumulasi radioaktivitas di lambung sebesar 4,71 % (%ID/g) pada 3 jam pasca injeksi.i Pada organ rute hepatobiliari (usus, hati dan limpa) memperlihatkan bahwa 99m Tc-CTMP tidak memperlihatkan akumulasi yang berarti <1%, sedangkan 99m Tc-MDP menunjukkan akumulasi di hati pada 1 jam pasca injeksi sebesar 4,44 % (%ID/g) kemudian akumulasi terlihat juga di organ limpa pada 1,3,5 dan 24 jam berturut-turut sebesar 1,71%; 4,33%; 4,35% dan 2,99%. Pada satu jam pasca injeksi akumulasi 99m Tc-CTMP di ginjal sebesar 3,49% sedangkan 99m Tc-MDP sebesar 1,82%, hal ini menunjukkan bahwa 99m Tc-CTMP lebih cepat dieksresi dari dalam tubuh dibandingkan 99m Tc-MDP. 93

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. X, No. 2, Agustus 2009: 89-96 ISSN 1411-3481 Untuk mengetahui intensitas pencitraan yang lebih baik dari ke dua maka rasio tulang-darah dihitung dari nilai persentase penimbunan dalam organ (% ID) (6,12). Dari hasil perhitungan memperlihatkan rasio tulang darah radiofamaka 99m Tc-MDP lebih besar dibandingkan dengan 99m Tc- CTMP. Nilai rasio tulang/darah yang besar ini menandakan bahwa pencitraan di organ tulang yang dihasilkan 99m Tc- MDP akan lebih jelas dibandingkan dengan 99m Tc-CTMP. (Tabel.2) Untuk membuktikan asumsi ini maka dilakukan pencitraan dengan kamera gamma. Hasil pencitraan dengan kamera gamma memperlihatkan pencitraan tulang yang lebih jelas dari 99m Tc- MDP dibandingkan 99m Tc-CTMP. Akan tetapi 99m Tc-CTMP memiliki akumulasi yang rendah di organ hati sehingga memberikan pencitraan yang lebih jelas pada tulang dibandingkan dengan 99m Tc-MDP (Gambar 5) Tabel 2. Rasio tulang/darah 99m Tc- CTMP dan 99m Tc-MDP (%ID) pada mencit (Mus Musculus) Radiofarmaka Waktu (jam) Otot Tulang Darah Rasio Tulang / Darah 99m Tc-CTMP 1 1,45 9,52 3,14 3,03 3 1,49 6,91 0,47 14,70 5 1,35 9,16 0,56 16,35 24 0,47 9,45 0,39 24,23 99m Tc-MDP 1 2,21 25,54 0,72 35,47 3 1,49 25,53 0,48 53,18 5 2,79 26,45 0,33 80,15 24 1,56 13,59 0,12 113,25 4. KESIMPULAN Uji biodistribusi 99m Tc- CTMP memberikan hasil akumulasi di tulang sebesar 3,57%; 2,90%; 4,14% dan 4,39% (%ID/g) pada interval waktu 1, 3, 5 dan 24 jam. Dari penelitian ini 99m Tc- CTMP layak digunakan sebagai penyidik tulang. 99m Tc-CTMP 99m Tc-MDP Gambar 5. Hasil pencitraan 99m Tc CTMP dan 99m Tc-MDP dengan kamera gamma 94

Perbandingan Pola Distribusi 99m Tc-CTMP dan 99m Tc-MDP Pada Hewan Uji Sebagai Radiofarmaka Penyidik Tulang (Rizky Juwita Sugiharti,) ISSN 1411 3481 Dari penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa meskipun akumulasi 99m Tc- CTMP di organ tulang masih rendah dibandingkan dengan 99m Tc- MDP akan tetapi 99m Tc-CTMP memberikan hasil pencitraan yang lebih jelas dibandingkan 99m Tc-MDP. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih yang tulus kami ucapkan kepada Sdr. Iswahyudi, Sdr. Ahmad Sidik, Sdri. Iim Halimah, Sdri. Yetti Suryati dan Sdri. Prina Puspa Kania dari Bidang Senyawa Bertanda dan Radiometri- PTNBR-BATAN Bandung yang telah membantu kami dengan sepenuh hati untuk menyelesaikan penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. Saha GB. Fundamentals of nuclear pharmacy. 5 th ed. New York : Springer; 2004 : 86-7. 2. Technetium-99m radiopharmaceuticals : manufacture of Kits. IAEA-Technical Reports Series No 466. Vienna : IAEA ; 2008: 66-9, 186-7. 3. Smith H, Novani A, Fishman SM, Radiopharmaceuticals for palliation of painful osseous metastases. Am J Hosp Palli Med 2004; 21(4):303-13. 4. Lewington VJ. Bone-seeking radionuclides for therapy. J Nucl Med 2005;46(1): Suppl 38-47. 5. Taskar NP, Batraki M, Divgi C, Radiopharmaceutical therapy for palliation of bone pain from osseous metastases. J Nucl Med 2004;45(8):1358-65. 6. Ogawa K, Mukai T, Arano Y, Otaka A, Ueda M, Uehara T, Magata Y, Hashimoto K, Saji H, Rhemium-186- monoaminemonoamidedithiolconjugated bisphosphonate derivates for bone pain palliation. Nucl Med Biol 2006;33:513-20. 7. Liang X, Saddler PJ, Cyclam complexes and their application in medicine, Chem. Soc. Rev 2004;33:246-66. 8. Kothari K, Samuel G, Banerjee S, Unni PR, Sarma HD, Chaudhari PR, Unni KTP, Pillai MRA, 186 Re-1,4,8,11-tetraaza cyclotetradecyl-1,4,8,11-tetramethylene phophonic acid : a novel agent for possible use in metastatic bone-pain palliation. Nucl Med Biol 2001;28:709-17. 9. Banerjee S, Samuel G, Kothari K, Unni PR, Sarma HD, Pillai MRA, Tc-99m and Re-186 complexes of tetraphosphonate ligands and their biodistribution pattern in animal models. Nucl Med Biol 2001;28: 205-13. 10. Misyetti, Daruwati, I. Penandaan CTMP dengan teknesium-99m untuk penyidik kanker tulang, Jurn Sain Tekn Nuk Ind 2008;IX(2):79-88. 11. Ogawa K, Mukai T, Arano Y, Ono M, Hanaoka H, Ishino S, Hashimoto K, Nishimura H, Saji H Development of a rhenium-185-labeled MAG3-conjugated bisphosphonate for the palliation of metastatic bone pain based on the concept of bifunctional radiopharmaceuticals, Bioconjugate Chem 2005;16:751-7. 95

Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. X, No. 2, Agustus 2009: 89-96 ISSN 1411-3481 12. Ogawa K, Mukai T, Inoue Y, Ono M, Saji H, Development of a novel 99m Tcchelate-conjugated bisphosphonate with high affinity for bone as a bone scintigraphic agent. J Nucl Med 2006;47(12):2042-7. 96