KECERNAAN BAHAN KERING BEBERAPA JENIS PAKAN PADA TERNAK SAPI BALI JANTAN YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM FEEDLOT ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Pertumbuhan Sapi Bali Jantan Muda Melalui Perbaikan Manajemen Pakan (Increasing Young Bali Bull Growth by Improving Feeding Management)

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

PENGARUH PENGGUNAAN UREA-MINYAK DALAM RANSUM TERHADAP ph, KECERNAAN BAHAN KERING,BAHAN ORGANIK, DAN KECERNAAN FRAKSI SERAT PADA SAPI PO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

Ahmad Nasution 1. Intisari

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

MATERI DAN METODE. Materi

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

MATERI DAN METODE. Metode

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

KEMAMPUAN BERBAGAI KOMBINASI ISOLAT BAKTERI SIMBION RAYAP DENGAN ISOLAT BAKTERI RUMEN DALAM MENDEGRADASIKAN PAKAN SUMBER SERAT

PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

SUBTITUSI DEDAK PADI DENGAN LIMBAH RESTORAN TERHADAP SIFAT FISIK DAN KIMIA RANSUM AYAM BROILER SKRIPSI ALBERTUS RANDY SOEWARNO

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

MATERI DAN METODE. Materi

KECERNAAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN PROBIOTIK STARBIO TERHADAP DOMBA JANTAN LOKAL

PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.)

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

LUMPUR MINYAK SAWIT KERING (DRIED PALM OIL SLUDGE) SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI DALAM RANSUM RUMINANSIA

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

KECERNAAN NDF DAN ADF RANSUM BERBAHAN JERAMI PADI FERMENTASI DAN KONSENTRAT YANG DIBERI TAMBAHAN SINGKONG DENGAN IMBANGAN YANG BERBEDA PADA SAPI SIMPO

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN PADA SAPI JANTAN LOKAL TERHADAP INCOME OVER FEED COST

BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL YANG DIGEMUKKAN DENGAN PEMBERIAN RANSUM KOMPLIT DAN HIJAUAN SKRIPSI AZIZ MEIARO H

KELI NCI LOKAL. Oleh Bambang Hariadi, Kartiarso dan ~achmat 'Herman Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

PENGARUH PEMBERIAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI TERHADAP NILAI TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENT RANSUM DOMBA EKOR TIPIS

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

MATERI. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

EVALUASI PAKAN TERCEMAR TIMBAL (Pb) PADA SISTEM FERMENTASI RUMEN IN VITRO SKRIPSI PRAMUDIANTO EKAWARDANI

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

PERFORMANCE AND CARCASS PERCENTAGE OF BRAHMAN CROSS STEER SUPLEMENTED BY DIFFERENT IN PREMIX CONCENTRATE ABSTRACT

PENAMPILAN DOMBA EKOR TIPIS ( Ovis aries) JANTAN YANG DIGEMUKKAN DENGAN BEBERAPA IMBANGAN KONSENTRAT DAN RUMPUT GAJAH ( Pennisetum purpureum)

UJI KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN KOMPLIT HASIL SAMPING UBI KAYU KLON PADA DOMBA JANTAN LOKAL LEPAS SAPIH SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

PERTUMBUHAN AYAM BURAS PERIODE GROWER MELALUI PEMBERIAN TEPUNG BIJI BUAH MERAH (Pandanus conoideus LAMK) SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF

PENAMBAHAN PROBIOTIK STARBIO PADA SUPLEMEN MULTINUTRISI TERHADAP ANALISIS USAHA SAPI BALI (Bos sondaicus)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

Transkripsi:

KECERNAAN BAHAN KERING BEBERAPA JENIS PAKAN PADA TERNAK SAPI BALI JANTAN YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM FEEDLOT, ALI BAIN 1 TAKDIR SAILI 1 *, LA ODE NAFIU 1, 1 Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari 93232 *E-mail: takdir69@yahoo.com ABSTRACT Forages, such as gramineae, leguminose, and crop residue are the common feed of Bali cattle. Since the species of forages vary greatly, its nutrient composition is also different which in turn make a difference in its nutrient digestibility. Therefore, on this study, dry matter digestibility of different feeds on Bali Cattle kept in feed lot feeding system was studied. Random Block design was applied in this experiment with 4 treatments and 6 blocks. The treatment consist of forages, ad libitum (R 1 ), 1% Gliricidia + forages ad libitum (R 2 ), Gliricidia ad libitum (R 3 ), 1% rice bran + Gliricidia ad libitum (R 4 ), while block was designed based on life weigh differences. Analysis of varians was used to analyze the effect of treatments on experimental unit and Least Significant Difference was applied to evaluate the differences between treatments. Data collection conducted in two periods. The result of variance analysis in period-1 showed that the treatment has significantly effect (P<0.01) on digestibility of dry matter of Bali cattle feed. Dry matter digestibility of R 4 (45.880%) was the highest which significantly different (P<0.01) from R 1 (28.662%), R 2 (36.441%) and R 3 (37.282). In period-2, the treatments also had significantly effect (P<0.01) on dry matter digestibility of the feeds but the highest dry matter digestibility was occurred in R 1 (39.985%) instead of R4 in period-1 which significantly different (P<0.01) from R 3 (25.992%) but not for R 2 (34.196%) and R 4 (36.186%). Based on the results, it was concluded that dry matter digestibility of Gliricidia either in combination with rice bran or forages was the good treatment concerning to the digestibility value but it is only occurred in the short period. In the long period, digestibility of Gliricidia was decreased. Key Words: digestibility, gliricidia, Bali cattle, dry matter PENDAHULUAN Pada umumnya ternak ruminansia khususnya sapi mengkonsumsi pakan dalam bentuk hijauan yang terdiri atas berbagai jenis rumput dan daun-daunan. Sumber pakan hijauan umumnya kurang memiliki unsur nutrisi yang lengkap sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan sapi secara optimal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi produksi ternak diperlukan sumbersumber bahan baku pakan potensial dan mempunyai kualitas nutrisi yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas ternak. Daun gamal memiliki kandungan protein kasar 20 30% dan serat kasar 15% dari bahan kering (Gohl, 1981). Berdasarkan komposisi tersebut maka daun gamal merupakan sumber protein yang sangat berharga sebagai pakan dan digunakan sebagai suplemen hijauan yang berkualitas rendah (Tangendjaja, 1991). Salah satu kriteria untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas suatu bahan makanan adalah dengan mengetahui koefisien cernanya. 1

Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan suatu penelitian tentang kecernaan bahan kering beberapa jenis pakan pada ternak sapi Bali jantan yang dipelihara dengan sistem feedlot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecernaan bahan kering beberapa jenis pakan yang diberikan pada tenak sapi Bali jantan. MATERI DAN METODE Materi Penelitian Ternak percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi Bali jantan berjumlah 24 ekor dengan kisaran bobot badan 74-115 kg. Sedangkan kandang tempat pemeliharaan ternak selama penelitian adalah kandang individual dengan ukuran 2,40 x 1,25 meter. Untuk kelancaran penelitian ini, beberapa peralatan yang digunakan antara lain; timbangan digital kapasitas 30 kg dengan tingkat ketelitian 0,002 kg, yang berfungsi untuk menimbang pakan dan air minum. Selain itu juga digunakan timbangan digital berkapasitas 2 ton dengan skala ketelitian 0,5 kg, (Excellent XK3190 -A12E) untuk menimbang sapi perecobaan. Bahan baku pakan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas hijauan lapangan potongan, gamal, dan dedak, yang diberikan sesuai dengan perlakuan masing-masing. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu tahap pendahuluan (preliminary research) selama satu minggu dan tahap kedua pangambilan data selama lima minggu. Pengambilan data konsumsi pakan dilakukan setiap hari sedangkan data kecernaan dikumpulkan pada minggu kedua dan kelima selama masing-masing tujuh hari. Peubah yang Diamati dan Cara Pengukurannya. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah kecernaan bahan kering pakan (sesuai perlakuan). Perhitungan kecernaan bahan kering dilakukan dengan menggunakan data hasil analisis bahan kering pakan yang diberi, pakan sisa dan feses ternak percobaan. Adapun rumus kecernaan bahan kering tersebut adalah : Konsumsi BK BK Feses KcBK Konsumsi BK Keterangan : x 100 % KcBK BK = Kecernaan Bahan Kering = Bahan Kering (Budiman dan Tanuwiria, 2005). 2

a. Pakan Beri Pakan yang diberikan kepada ternak terlebih dahulu ditimbang untuk mengetahui konsumsi pakan yang diberikan setiap hari. Representasi sampel pakan yang diberikan kepada ternak diambil setiap hari dan dikumpulkan selama tujuh hari dan selanjutnya dianalisis di Laboratorium untuk mengetahui kadar bahan keringnya. b. Pakan Sisa Sampel pakan sisa yang dikumpulkan setiap hari untuk masing-masing ternak selama satu minggu, pada akhir periode koleksi mingguan dilakukan sampling terhadap total pakan sisa tersebut dan selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk mendapatkan kandungan bahan keringnya. c. Konsumsi Bahan Kering Konsumsi bahan kering diperoleh dengan cara menghitung selisih antara pakan beri dan pakan sisa berdasarkan bahan keringnya. d. Koleksi Feces Koleksi feses dilakukan minggu ke-2 dan minggu ke-5 dengan menimbang berat feses selama 24 jam, 10% diambil sebagai sampling pada masing-masing ternak selama satu minggu kemudian dihomogenkan dan diambil sampling sebagai berat basah feses, lalu dikeringkan dan selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan kadar bahan keringnya. e. Kadar Bahan Kering Analisis bahan kering dilakukan dengan memasukan sampel yang telah diketahui beratnya ke dalam oven dengan suhu 103 0 C selama 16 jam. Selanjutnya sampel tersebut dikeluarkan dan didinginkan di dalam desikator, kemudian ditimbang untuk mengetahui kadar bahan keringnya. Untuk meningkatkan akurasi data yang dinalisis, sampel dianalisis dalam bentuk duplo. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 6 ulangan (blok/kelompok). Adapun perlakuan yang dicobakan pada penelitian ini adalah hijauan lapangan potongan (ad libitum) (R1), Gamal 1% dari bobot badan + hijauan lapangan potongan (ad libitum) (R2), Gamal (ad libitum) (R3) dan Dedak padi 1% dari bobot badan + gamal (ad libitum) (R4). 3

Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK). terkecil (BNT) (Gaspersz, 1991). Untuk menguji beda antar perlakuan digunakan uji beda nyata HASIL DAN PEMBAHASAN Kecernaan Bahan Kering Pakan pada Periode Pertama Rataan kecernaan bahan kering ransum sapi Bali dari masing-masing perlakuan pada periode pertama ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1: Rataan Kecernaan Bahan Kering (%) Ransu m Sapi Bali dari Masing- Masing Perlakuan pada Periode Pertama (Minggu II). Ulangan Perlakuan R 1 R 2 R 3 R 4 1 22.88 33.41 39.70 43.55 2 30.35 33.71 33.88 40.88 3 27.53 29.50 36.53 43.31 4 32.20 39.10 36.84 43.69 5 26.45 45.72 38.25 52.06 6 32.57 37.20 38.49 51.79 Rataan 28.66 a 36.44 b 37.28 b 45.88 c Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada taraf 1% (P<0,01) Hasil analisis varians pada periode pertama menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kecernaan bahan kering ransum sapi Bali. Hal tersebut diperkirakan erat kaitannya dengan aktivitas mikroorganisme rumen yang relatif tidak sama dalam mencerna berbagai bagian dari beberapa jenis komposisi pakan tersebut. Kondisi tersebut terjadi karena respon aktivitas mikroorganisme rumen dalam proses pencernaan bahan kering pakan yang berbeda dari komposisi protein dan energi beberapa jenis pakan sapi Bali pada masing-masing perlakuan yang berbeda pula. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Norton (1973) bahwa tinggi ren dahnya kandungan energi dan protein merupakan faktor pembatas aktivitas mikroorganisme rumen yang berpengaruh pada daya cerna. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering pakan pada sapi Bali yang mendapat ransum R 1 (28,66%) berbeda sangat nyata atau lebih rendah dibandingkan R 2 (36.44%). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya serat kasar dan rendahnya protein kasar pada perlakuan R 1 (hijauan lapangan potongan ad libitum) sementara perlakuan R 2 walaupun ada pemberian hijauan lapangan potongan secara ad libitum namun dengan adanya gamal yang memiliki kandungan protein yang tinggi yakni berkisar antara 18-30% (Anonimous, 2006) dapat membantu untuk 4

meningkatkan kecernaan pada perlakuan R 2. Perlakuan R 1 (28,66%) berbeda sangat nyata atau lebih rendah dibandingkan R 3 (37,28%). Hal ini mungkin disebabkan juga oleh tingginya serat kasar dan rendahnya protein kasar pada perlakuan R 1 dibandingkan dengan kandungan protein pada perlakuan R 3 tersebut jika (gamal ad libitum) yang tinggi. Perlakuan R 1 (28,66%) berbeda sangat nyata atau lebih rendah dibandingkan R 4 (45,88%). Hal ini disebabkan tingginya jumlah zat gizi atau bahan kering yang terdapat pada perlakuan R 4 (45,88%) sehingga jumlah zat gizi atau bahan kering yang terdeposit di dalam tubuh ternak lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan R 1 (28,66%). Hal yang menyebabkan perlakuan R 4 memperoleh nilai kecernaan yang tertinggi karena dedak padi diberikan terlebih dahulu dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 13,4 % BK (Kartadisastra, 1995) dan terlebih lagi ditambah daun gamal yang memiliki kandungan protein yang tinggi yakni berkisar antara 18-30% (Anonimous, 2006). Sehingga kenyataan ini memungkinkan tingginya aktivitas mikroorganisme rumen untuk mencerna bahan kering. Perlakuan R 3 (37,28%) berbeda sangat nyata atau lebih rendah dibandingkan R 4 (45,88%). Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya kombinasi pakan pada perlakuan R 4 (dedak padi dan gamal) sementara perlakuan R 3 tanpa adanya kombinasi ransum yakni gamal. Perlakuan R 2 memberikan rataan kecernaan sebesar 36,44% berbeda sangat nyata atau lebih rendah dibandingan dengan perlakuan R 4 kombinasi dedak dan gamal. Kecernaan Bahan Kering pakan Periode Kedua (45.88%) yaitu berupa Rataan kecernaan bahan kering (%) ransum sapi Bali dari masing-masing perlakuan pada periode kedua ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 2: Rataan Kecernaan Bahan Kering (%) Ransum Sapi Bali dari Masing-Masing Perlakuan pada Periode Kedua ( Minggu V). Ulangan Perlakuan R 1 R 2 R 3 R 4 1 56.57 42.92 30.83 55.44 2 40.32 36.60 21.47 34.32 3 40.82 29.20 23.52 29.37 4 27.76 37.05 26.00 28.36 5 37.37 31.80 27.91 41.12 6 37.06 27.61 26.22 28.50 Rataan 39.99 b 34.20 ab 25.99 a 36.19 b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada taraf 1% (P<0,01) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pakan yang diberikan pada sapi Bali berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kercernaan bahan keringnya. Selanjutnya, uji BNT menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering pakan pada sapi Bali yang mendapat ransum R 3 (25.99%) berbeda sangat nyata atau lebih rendah 5

dibandingkan dengan R 4 (36.19%). Tingginya kecernaan pada perlakuan R 4 kemungkinan disebabkan adanya dedak dalam ransum, dimana dedak itu sendiri memberikan kontribusi yang cukup baik dalam pemenuhan kebutuhan energi mudah tercerna untuk mikroba rumen sehingga mikroba rumen lebih mampu mencerna bahan kering yang terdapat di dalam pakan. Demikian pula perlakuan R 3 (25.99%) berbeda sangat nyata atau lebih rendah dibandingkan dengan kecernaan bahan kering ransum perlakuan R 1 (39,99%). Hal ini kemungkinan disebabkan pakan pada perlakuan R 3 berupa pakan tunggal (100% gamal), dimana diketahui bahwa mempunyai zat anti nutrisi seperti Nitrat (NO 3 ) yang bisa menjadi zat penghambat dalam proses pencernaan ternak sapi Bali. KESIMPULAN Nilai kecernaan bahan kering gamal ( Gliricidia sepium) baik kombinasi dedak dengan gamal, gamal dengan hijauan lapangan potongan, maupun gamal sebagai pakan tunggal tetap tinggi jika diberikan tidak dalam waktu yang lama (periode kedua), namun jika diberikan dalam waktu yang lama nilai kecernaannya cenderung akan berkurang. UCAPAN TERIMA KASIH Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian yang didanai oleh ACIAR melalui proyek SMAR/2007/013. Kami mengucapkan terima kasih kepada Saudara Erlan Prasetya dan Kamaliddin yang telah banyak membantu dalam proses penelitian dan kepada bapak Prof. Marsetyo yang telah memberikan bimbingan selama pelaksanaan penelitian. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dennis Poppi dan Dr. Simon Quigley masing-masing sebagai project leader dan research officer pada proyek SMAR/2007/013 yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini di Universitas Haluoleo, Kendari. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2006. Hijauan Pakan Ternak Gamal (Gliricidia sepium). http://manglayang. blogsome. com. (26 Februari 2008). Budiman, A, I. dan U.H. Tanuwiria, 2005., Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 5 (1):55-63. Gaspersz,V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung. Gohl, B. 1981. Tropical Feeds; Feed Information Summaries and Nutritive Values. FAO Animal Production and Health Series, No. 12. FAO, Rome, Italy, 529pp. Kartadisastra, H.R., 1995. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta. Norton, B.W., 1973. Nutrition Biochemestry of Cattle. Production Course University Agriculture Malaysia, Australia- Asean University Corporation Scheme. Tangenjaja, B. 1991. Pemanfaatan Gamal. Balai Penelitian Ternak. Departemen Pertanian, Ciawi-Bogor. 6