BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat dengan inti yaitu pelayanan medis melalui pendekatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah

BAB I PENDAHULUAN. empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi. pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan. penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

DAFTAR PUSTAKA. Acikel, C. H. et al The Hygiene Training of Food Handlers at a Teaching Hospital. Food Control 19 (2008)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

Peningkatan Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Gizi Balita Melalui Pemberian Pendidikan dan Buku Gizi

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009(2) menyebutkan. (promotif), pencegahan penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah melakukan pembangunan berwawasan kesehatan untuk

ABSTRACT PENDAHULUAN. JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA Vol. 7, No. 2, November 2010: 64-73

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan suatu hak asasi manusia dan juga investasi sumber

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada periode adalah program Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

HIGIENE PENJAMAH DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GAMBIRAN KOTA KEDIRI

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG HIGIENE DAN SANITASI PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

Ririh Citra Kumalasari 1. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip *)Penulis korespondensi:

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara lain melalui kegiatan pengamanan makanan dan minuman, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk proses

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN DAN SIKAP PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan. masyarakat di Negara berkembang termasuk Indonesia dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit berfungsi sebagai penyelenggara kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat dengan inti yaitu pelayanan medis melalui pendekatan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif (Djarismawati dkk, 2004). Menurut Kementerian Kesehatan RI (2013), pelayanan gizi merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ruang lingkupnya meliputi pelayanan gizi rawat jalan, pelayanan gizi rawat inap, penelitian dan pengembangan gizi, serta penyelenggaraan makanan. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit terdiri dari kegiatan pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan. Menurut Howes et al (1996), penelitian di USA menunjukkan bahwa penanganan makanan yang tidak tepat berkontribusi menyebabkan penyakit bawaan makanan sebesar 97%. Penularan penyakit bawaan makanan yaitu melalui oral dan jika tertelan serta masuk ke saluran pencernaan akan menimbulkan mual, muntah, dan diare. Beberapa bakteri penyebab penyakit bawaan makanan adalah Salmonella spp., Escherichia coli, Bacillus anthracis, Clostridium spp., Listeria monocytogenes, Campylobacter spp., Vibrio spp., Enterobacter sakazakii, dan Shigella spp (Kusumaningsih, 2010; Supardi dan Sukamto,1999). 1

Menurut Michaels et al (2004), CDC (Centers for Disease Control and Prevention) melaporkan sebesar 20% infeksi akibat makanan disebabkan oleh penjamah makanan. Penjamah makanan sebagai salah satu kontributor terjadinya kontaminasi makanan, sehingga penjamah makanan memiliki peran penting dalam melindungi kesehatan penderita atau pasien di rumah sakit dari adanya penyakit akibat kontaminasi makanan (Djarismawati dkk, 2004). Menurut Howes et al (1996), sikap penjamah makanan merupakan faktor penting selain pengetahuan dan pelaksaaan dalam penyelenggaraan makanan yang menyebabkan terjadinya penyakit bawaan makanan. Adanya hubungan yang positif antara pengetahuan, sikap, dan perilaku dari penjamah makanan yang bertujuan untuk keamanan makanan. Campos et al (2009) menyatakan bahwa untuk mencegah penyakit bawaan makanan perlu penerapan higiene sanitasi makanan pada proses pengadaan bahan makanan sampai dengan penyajian makanan. Selain itu, upaya pencegahan lain yaitu dengan cara melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi penjamah makanan. Pelatihan higiene sanitasi pengelolaan makanan merupakan pelatihan yang mempunyai tujuan khusus yaitu agar penjamah makanan mengalami perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam pengelolaan makanan ke arah yang lebih baik (Depkes, 2002; Widyastuti, 2006). Menurut Slutsker et al (1998), data insidensi wabah penyakit bawaan makanan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan tidak dilaporkan, tetapi kasus keracunan makanan secara umum dilaporkan oleh BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) (2011) yaitu terjadi kasus KLB 2

(Kejadian Luar Biasa) keracunan pangan di Indonesia, selama tahun 2011 tercatat 18.144 orang mengalami keracunan pangan. Sejumlah 6.901 orang yang terpapar dinyatakan sakit dan 11 orang meninggal dunia. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah merupakan salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta yang merupakan amal usaha pimpinan pusat persyarikatan Muhammadiyah. Berdasarkan data hasil pemeriksaan mikrobiologis yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2010-2012, didapatkan hasil negatif untuk semua sampel peralatan makan dan dapur di Instalasi Gizi (air bersih, piring, plato, sendok, gelas, mangkok). Data hasil pemeriksaan mikrobiologis merupakan salah satu indikasi kelaikan higiene dan sanitasi makanan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta melaksanakan pelatihan secara berkala dalam upaya peningkatan kualitas penjamah makanan dalam pengelolaan makanan. Pelatihan yang dilaksanakan salah satunya adalah pelatihan higiene sanitasi makanan yang bertujuan untuk mewujudkan keamanan pangan bagi pasien dan karyawan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelatihan higiene sanitasi terhadap pengetahuan dan perilaku penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh pelatihan higiene sanitasi terhadap pengetahuan dan perilaku penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 3

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pelatihan higiene sanitasi terhadap pengetahuan dan perilaku penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. b. Untuk mengetahui jenis pelatihan higiene sanitasi yang pernah dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta c. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan higiene sanitasi terhadap pengetahuan penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta d. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan higiene sanitasi terhadap perilaku penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta e. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan higiene sanitasi terhadap kelaikan higiene sanitasi di Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta f. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta 4

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan penerapan higiene dan sanitasi di rumah sakit. Selain itu dengan dilaksanakannya pelatihan higiene sanitasi dapat meningkatkan kualitas penjamah makanan dalam kegiatan penyelenggaraan makanan di rumah sakit. 2. Bagi Instalasi Gizi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan evaluasi kaitannya dengan higiene penjamah makanan dan sanitasi di lingkungan Instalasi Gizi dalam upaya penyelenggaraan makanan untuk pasien maupun pegawai rumah sakit. Dengan dilakukannya pelatihan oleh peneliti untuk penjamah makanan di Instalasi Gizi, maka dapat mendukung terlaksananya kegiatan pelatihan yang biasa dilaksanakan oleh mahasiswa PKL dan sanitarian rumah sakit. 3. Bagi Peneliti Dengan dilakukannya penelitian ini sebagai pembelajaran untuk memperoleh ilmu serta pengalaman tentang gizi institusi, khususnya yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi makanan. 5

E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Rapiasih (2009), tentang pengaruh pelatihan higiene sanitasi terhadap pengetahuan dan perilaku penjamah makanan di Instalasi Gizi RSUP Sanglah Denpasar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen kuasi (time series design) dengan rancangan one group pre test dan post-test. Analisis data yang digunakan yaitu program komputer uji paired sampel t-test dan uji kai kuadrat. Hasil dari penelitian Rapiasih (2009) adalah terdapat peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat secara bermakna periode sebelum dan sesudah pelatihan ditambah dengan poster bernilai p = 0,000 (p < 0,05). Ada peningkatan kelaikan higiene sanitasi sebelum dan 2 bulan sesudah pelatihan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah lokasi, pengolahan data, dan metode penelitian yaitu pada penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional menggunakan metode kuantitatif dilengkapi dengan data kualitatif berupa wawancara mendalam. Selain itu variabel pelatihan pada pelatihan yang akan dilakukan merupakan pelatihan yang rutin diadakan oleh rumah sakit dan tidak ada pemasangan poster, serta tidak dilakukannya pemeriksaan sampel makanan, alat makan, dan alat masak di laboratorium. 2. Penelitian Suhendar (2005), tentang pelatihan sanitasi pengelolaan makanan untuk meningkatkan kinerja penjamah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. Jenis penelitian Suhendar adalah eksperimental kuasi dengan rancangan eksperimental seri (time series design). Data pengetahuan dan keterampilan penjamah makanan dianalisis kemaknaan parameter regresi dengan menggunakan uji-t (t-tes). Hasil dari penelitian 6

Suhendar (2005) adalah terdapat peningkatan pengetahuan sebesar 18,42% dan peningkatan keterampilan sebesar 18,23%,. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah dilakukannya pelatihan sanitasi pengelolaan makanan terhadap penjamah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada lokasi dan pengolahan data yang digunakan, serta metode penelitian yaitu pada penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional menggunakan metode kuantitatif dilengkapi dengan data kualitatif berupa wawancara mendalam. Selain itu variabel pelatihan pada pelatihan yang akan dilakukan merupakan pelatihan yang rutin diadakan oleh rumah sakit, serta tidak dilakukannya pemeriksaan sampel makanan, alat makan, dan alat masak di laboratorium. 3. Penelitian Medeiros et al (2011), yang berjudul Assessment of the methodological strategies adopted by food safety training programmes for food services workers: A systematic review. Desain penelitian yang digunakan adalah systematic review yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis metode dan strategi program pelatihan untuk keamanan makanan dalam penyelenggaraan makanan. Topik penelitian yang diambil dari jurnal-jurnal yang dipilih adalah tentang higiene perorangan, keamanan makanan, dan metode pelatihan yang paling baik. Penelitian Medeiros mengikutsertakan berbagai sektor yaitu penyelenggaraan makanan di rumah sakit, katering, fast food, kafetaria universitas, restoran, dan kapal. Selama program pelatihan dilakukan analisis dengan menggunakan media kuesioner, monitoring analitik, check list, dan Likert scale. Hasil dari penelitian-penelitian 7

yang dikumpulkan Medeiros diketahui bahwa mencuci tangan merupakan item yang paling banyak dianalisis. Selain itu metode yang paling diterima oleh pegawai yang mengikuti program training adalah interaktif media dan praktek langsung seperti praktek mencuci tangan. Metode interaktif media dan praktek langsung efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pegawai, serta mengubah sikap dan perilaku menjadi lebih baik. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada variabel, tujuan, subjek, dan metode penelitian. 4. Penelitian Acikel et al (2007), yang berjudul The hygiene training of food handlers at a teaching hospital. Desain penelitian Acikel adalah interventional study dan dilakukan pada Desember 1999 sampai Agustus 2000 dengan subjek penelitian penjamah makanan di dapur. Penelitian Acikel menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengevaluasi pengetahuan dan perilaku penjamah makanan sebelum dan sesudah program pelatihan. Hasil dari penelitian Acikel et al (2007) adalah selama program pelatihan hanya sikap penjamah makanan yang secara signifikan mengalami perubahan (p < 0,04). Kesimpulan dari penelitian Acikel et al (2007) yaitu mengedukasi penjamah makanan, mengulang program pelatihan, dan inspeksi secara berkala berfungsi untuk mencegah dan mengurangi masalah penyelenggaraan makanan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah pada variabel, lokasi, dan metode penelitian. 8