Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah di Rusunawa Tanah Merah II Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Perencanaan Sistem Penyaluran dan Pengolahan Air Limbah Domestik Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

Perancangan Ulang Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Proses Anaerobic Baffled Reactor dan Anaerobic Filter

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi Perah dan Industri Tahu

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Simokerto Kota Surabaya

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik di Kecamatan Simokerto Kota Surabaya

STUDI EFISIENSI PAKET PENGOLAHAN GREY WATER MODEL KOMBINASI ABR-ANAEROBIC FILTER. Grey Water Treatment Using ABR-AF Reactor

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya

PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN ALTERNATIF MEDIA BIOFILTER (STUDI KASUS: KEJAWAN GEBANG KELURAHAN KEPUTIH SURABAYA)

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

ANALISA KINERJA HORISONTAL BIO-BALL FILTER UNTUK PENGOLAHAN GREY WATER (LIMBAH DOMESTIK)

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

A. Karim Fatchan 1); Prillia Rahmawati 2)

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

PERBANDINGAN KINERJA MEDIA BIOFILTER ANAEROBIC BIOFILTER DALAM PENURUNAN TSS, BOD, COD PADA GREY WATER

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perencanaan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Sebagai Instalasi Pengolahan Greywater di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

PENYEMPURNAAN IPAL & DAUR ULANG AIR GEDUNG BPPT

PERFORMANCE EVALUATION OF WASTEWATER TREATMENT PLANT IN RUSUNAWA TANAH MERAH II SURABAYA

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

Perencanaan Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Sebagai Instalasi Pengolahan Greywater di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

STUDI INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN ANAEROBIC BAFFLED REACTOR

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

PENGELOLAAN METODE IPAL ( INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH ) DALAM MENGATASI PENCEMARAN AIR TANAH DAN AIR SUNGAI. Naskah Publikasi

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Tembalang, Semarang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

PERENCANAAN PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN METODE ANAEROBIC BAFFLED REACTOR (STUDI KASUS: PERUMAHAN ROYAL SUMATRA, MEDAN)

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black

PERENCANAAN ANAEROBIC DIGESTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MENGOLAH LIMBAH DOMESTIK DAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA MENDAPATKAN ENERGI ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Perancangan Anaerob Baffled Reaktor (ABR) Untuk Pengolahan Limbah Cair Pedagang Kaki Lima di Kawasan Jalan H. Agus Salim Kota Pontianak

ANALISIS KUALITAS KIMIA AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DI RSUD DR. SAM RATULANGI TONDANO TAHUN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Perencanaan SPAL dan IPAL Komunal di Kabupaten Ngawi (Studi Kasus Perumahan Karangtengah Prandon, Perumahan Karangasri dan Kelurahan Karangtengah)

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

Perencanaan SPAL dan IPAL Komunal di Kabupaten Ngawi (Studi Kasus Perumahan Karangtengah Prandon, Perumahan Karangasri dan Kelurahan Karangtengah)

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Perbandingan Desain Ipal Anaerobic Biofilter dengan Rotating Biological Contactor untuk Limbah Cair Tekstil di Surabaya

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN

Ardina Sita Ningrum, Syafrudin, Sudarno Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) SUPITURANG KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

MASTERPLAN AIR LIMBAH KAWASAN BUKIT SEMARANG BARU (BSB) KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DESAIN BANGUNAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PETERNAKAN BABI DAN PEMANFAATAN KEMBALI HASIL PENGOLAHANNYA

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED

PENYISIHAN ORGANIK MELALUI DUA TAHAP PENGOLAHAN DENGAN MODIFIKASI ABR DAN CONSTRUCTED WETLAND PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA

UJI PERFORMANCE BIOFILTER ANAEROBIK UNGGUN TETAP MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER SARANG TAWON UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG AYAM

APLIKASI TEKNOLOGI BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada sistem pengolahan desentralisasi karena memiliki. beberapa keunggulan, diantaranya; kompak, kokoh, memiliki

Transkripsi:

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah di Rusunawa Tanah Merah II Surabaya Endah Septyani Hari Saputri dan Didik Bambang S. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60 Indonesia e-mail: ddk@enviro.its.ac.id Abstrak Rusunawa Tanah Merah II dibangun pada tahun 009 dengan total blok dan 9 unit satuan rumah termasuk instalasi pengolahan air limbahnya (IPAL). IPAL pada Rusunawa Tanah Merah II terdiri dari unit anaerobic baffled reactor (ABR) dan biofilter anaerobik bermedia batu koral. Kedua unit pengolahan terdapat pada setiap blok rusunawa. Selama 5 tahun beroperasi, kajian khusus untuk mengevaluasi kinerja IPAL belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi untuk menganalisis proses pengolahan air limbah beserta kendalanya. Analisis diawali dengan menguji sampel air limbah yang diambil di IPAL kedua blok. Selanjutnya hasil uji dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 7 tahun 03. Parameter kualitas air limbah pada analisis tediri dari BOD, COD, TSS, serta Minyak dan Lemak. Efisiensi removal pada kedua unit ABR untuk parameter BOD mencapai 40-86%, COD 4-86%, TSS - 90%, serta minyak dan lemak 69-98%. Sedangkan efisiensi removal pada kedua unit biofilter anaerobik untuk parameter BOD mencapai -57%, COD 0-57%, TSS -73%, serta minyak dan lemak hingga 00%. Kata Kunci Evaluasi Kinerja, ABR, Ananerobik, Rusunawa Tanah Merah II Surabaya. I. PENDAHULUAN EMBANGUNAN Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Pmerupakan alternatif pembangunan rumah secara vertikal yang bertujuan menghemat luas lahan, mengingat harga lahan di perkotaan sangat mahal. Hal ini juga dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan membangun Rusunawa Tanah Merah II. Rusunawa ini terdiri dari twin blok dengan jumlah satuan rumah 4 unit pada tiap lantai. Untuk menjaga kualitas lingkungan, maka pada Rusunawa Tanah Merah II dilengkapi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pembangunan IPAL pada umumnya bertujuan untuk mengolah air limbah agar tidak mencemari lingkungan, termasuk pembangunan IPAL pada Rusunawa Tanah Merah II. Hasil pengolahan air limbah (efluen) sebelum dibuang ke badan air harus memenuhi syarat Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor tahun 003 dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 7 tahun 03. IPAL pada Rusunawa Tanah Merah II digunakan untuk mengolah limbah domestik, baik limbah tinja (blackwater) maupun limbah buangan dari kamar mandi dan dapur (greywater). Unit IPAL yang ada meliputi unit Anaerobic Baffled Reactor dan unit Anaerobik. Proses pengolahan limbah tinja dan limbah yang berasal dari kamar mandi serta dapur pada Rusunawa Tanah Merah II disalurkan melalui perpipaan menuju unit ABR yang terdiri dari 5 kompartemen. Setelah mengalami pengolahan di unit ABR selama waktu tertentu, selanjutnya dialirkan menuju ke unit Anaerobik. Efluen dari unit Anaerobik selanjutnya dibuang langsung ke saluran drainase di kawasan sekitar Rusunawa Tanah Merah II. Kinerja suatu IPAL akan bekerja secara efektif (efisiensi tinggi) dalam mengolah air limbah jika efluen memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan peraturan. Oleh karena itu, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surabaya yang berkompeten di bidang lingkungan telah melakukan uji kualitas efluen IPAL Rusunawa Tanah Merah II. Hasil uji kualitas efluen menunjukkan konsentrasi BOD dan TSS masing-masing mencapai 57 mg/l dan 66 mg/l, sedangkan baku mutu konsentrasi BOD dan TSS menurut KepMen LH No. tahun 003 masing-masing mencapai 30 mg/l dan 50 mg/l. Maka dapat dikatakan bahwa kualitas efluen air limbah Rusunawa Tanah Merah II belum memenuhi syarat baku mutu, sehingga belum layak untuk dibuang ke badan air. Evaluasi terhadap kinerja IPAL Rusunawa Tanah Merah II belum pernah dilaksanakan sejak IPAL dioperasikan pada tahun 009. Oleh karena itu, studi terkait kinerja IPAL Rusunawa Tanah Merah II perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efektifitas kinerja IPAL beserta alternatif solusinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penyebab kinerja IPAL Rusunawa Tanah Merah II belum bekerja secara efektif. II. METODE PENELITIAN Metodologi dalam evaluasi kinerja IPAL Rusunawa Tanah Merah II Surabaya dirinci sebagai berikut:. Permohonan surat izin pada instansi terkait.. Survei lapangan dan wawancara dengan pengelola rusunawa tentang: lokasi IPAL, jumlah blok, jumlah penghuni, dan jumlah kebutuhan air bersih. 3. Melakukan pengukuran dimensi (panjang, lebar, kedalaman) unit ABR dan unit Anaerobik.

4. Melakukan sampling air limbah pada inlet dan outlet ABR dan outlet Anaerobik dengan rincian sebagai berikut: Kode A pada inlet ABR blok Kode B pada outlet ABR blok Kode C pada outlet Anaerobik blok Kode D pada inlet ABR blok Kode E pada outlet ABR blok Kode F pada outlet Anaerobik blok Adapun jumlah sampling masing-masing sebanyak 4 kali dengan jadwal berikut: ke-i pada 5 April 04 ke-ii pada April 04 ke-iii pada 9 April 04 ke-iv pada 6 Mei 04 5. Menghitung debit air limbah. 6. Membandingkan parameter-parameter hasil sampling (BOD, COD, TSS, Minyak dan Lemak) dengan baku mutu dari peraturan. 7. Menghitung efisiensi removal unit ABR dan unit Anaerobik. 8. Membandingkan parameter kinerja unit ABR dan unit Anaerobik dengan kriteria desain. Parameter kinerja yang digunakan meliputi efisiensi removal, beban organik (OLR), hydraulic retention time (HRT), dan kecepatan up flow (V-up). Prosedur analisis kualitas sampel pada penelitian ini dikan dengan metode standar seperti yang ditunjukkan pada Tabel. Tabel. Metode Analisis Parameter Uji No. Parameter Metode Instrumen BOD Winkler Winkler COD Refluks tertutup Buret 3 TSS Gravimetri Neraca analitik 4 Minyak dan Lemak Soxhlet Labu soxhlet ABR merupakan salah satu unit pengolahan limbah yang menggunakan prinsip pengolahan biologis sistem tersuspensi. Setiap kompartemen ABR, dibatasi oleh dinding sekat (baffle) yang menggantung secara vertikal []. Pola letak baffle ini berfungsi menciptakan aliran ke atas (upflow), sehingga air limbah mengalir dari bawah ke atas pada setiap kompartemen []. Parameter kinerja unit ABR dapat diketahui secara keseluruhan melalui kriteria desain pada Tabel. Tabel. Kriteria desain unit ABR No. Parameter Nilai Satuan Removal BOD [3] 70-95 Removal COD [3] 65-90 % 3 Removal TSS [4] 40-70 4 OLR [3] < 3 kg 5 HRT [3] > 8 jam 6 V-up [3] < m/jam Unit Anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tumbuh terlekat pada media tertentu dan membentuk lapisan biofilm [5]. Mekanisme kerja unit Anaerobik diawali dengan mengalirkan air limbah melewati celah media, sehingga terjadi kontak langsung dengan lapisan biofilm [6]. Parameter kinerja unit Anaerobik dapat diketahui secara keseluruhan melalui kriteria desain pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria desain unit biofilter anaerobik No. Parameter Nilai Satuan Removal BOD [3] 50-90 Removal TSS [3] 50-80 % 3 OLR [3] 4-5 kg 4 HRT [7] 0,7-,5 hari mutu parameter pencemar dikan dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 7 tahun 03 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Mutu Air Limbah Domestik No. Parameter Konsentrasi Maksimum Satuan BOD 30 mg/l COD 50 mg/l 3 TSS 50 mg/l 4 Minyak dan Lemak (oil and grease) 0 mg/l 5 ph 6-9 - Mengacu pada kriteria desain unit pengolahan, rumus perhitungan parameter kinerja yang ditinjau meliputi:. Efisiensi removal (%) =. OLR (kg COD/m3.hari) = 3. HRT (jam) = 4. V-up (m/jam) = dengan keterangan: a = konsentrasi pencemar saat (mg/l) b = konsentrasi pencemar akhir (mg/l) Q ave = debit air limbah rata-rata (m 3 /detik) So = konsentrasi COD influen (mg/l) As kompartemen = luas alas kompartemen III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Debit Air Limbah Berdasarkan analisis kebutuhan air bersih penghuni rusunawa, maka didapatkan volume limbah cair harian mencapai 97 L/orang.hari. Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari pihak rusunawa, jumlah total penghuni rusunawa pada setiap blok mencapai 384 orang. Dengan demikian, hasil perhitungan debit air limbah tiap blok rusunawa meliputi:. Debit rata-rata (Q ave ) = 0,00043 m 3 /detik. Debit hari maksimum (Q hm ) = 0,00056 m 3 /detik 3. Debit jam puncak (Q jp ) = 0,00073 m 3 /detik B. Analisis Parameter Pencemar Hasil analisis parameter pencemar meliputi BOD, COD, TSS, serta Minyak dan Lemak. Data hasil analisis parameter BOD pada unit ABR dan unit Anaerobik di kedua

blok ditunjukkan dengan Tabel 5. Blok Tabel 5. Data Hasil Analisis Parameter BOD (mg/l) Titik Uji I II III IV A 66 74 86 40 B 60 34 50 36 C 4 35 80 0 D 34 960 430 30 E 6 34 5 F 3 4 34 98 Mutu Sedangkan hasil analisis parameter COD pada unit ABR dan unit Anaerobik di kedua blok ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Data Hasil Analisis Parameter COD (mg/l) Blok Titik Uji I II III IV Mutu A 375 386 397 34 B 44 0 88 C 99 88 54 66 D 475 35 596 430 50 E 77 88 0 55 F 88 98 88 38 Selanjutnya hasil analisis parameter TSS pada unit ABR dan unit Anaerobik di kedua blok ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Data Hasil Analisis Parameter TSS (mg/l) Blok Titik Uji I II III IV Mutu A 35 346 354 46 B 4 308 0 3 C 74 84 60 60 D 588 846 878 570 50 E 0 90 4 58 F 78 60 58 46 Untuk hasil analisis parameter Minyak dan Lemak pada unit ABR dan unit Anaerobik di kedua blok ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Data Hasil Analisis Parameter Minyak dan Lemak (mg/l) Titik Uji I II III IV Mutu A 7060 0000 4540 76 B 7636 304 5 4388 C 073 300 8448 3 D 560 9980 06 396 0 E 7340 486 665 435 F 36 39 60 56 Berdasarkan analisis keempat parameter pencemar di atas, disimpulkan bahwa sebagian besar kualitas efluen pada keempat pengukuran tidak memenuhi baku mutu yang disyaratkan. Kondisi ini diduga karena tingginya konsentrasi minyak dan lemak yang cenderung fluktuatif. Sebesar 5-40% dari total COD pada air limbah terukur sebagai senyawa minyak dan lemak [8]. Fraksi terbesar senyawa lipid pada air 30 limbah terdapat dalam bentuk long chain fatty acid (LCFA) dan trigliserida [9]. Trigliserida akan terhidrolisis menjadi LCFA dan gliserol. Gliserol terdegradasi menjadi asetat, sedangkan LCFA terdegradasi menjadi asetat maupun propionat, hidrogen, dan karbondioksida. Tingginya akumulasi senyawa tersebut akan menurunkan nilai ph dan menghambat fase metanogenesis. Sebagai akibatnya, konsentrasi pencemar ikut terbawa menuju outlet unit pengolahan dan ikut teruji dalam analisis, sehingga meningkatkan nilai konsentrasi pencemar pada efluen air limbah. Selain itu, maintenance (perawatan) terhadap unit ABR maupun unit Anaerobik yang tidak dilakukan secara rutin (misalnya pengurasan lumpur) juga diduga mempengaruhi kinerja kedua unit IPAL rusunawa. Lumpur yang seharusnya dikuras secara rutin akan terakumulasi di dalam reaktor dan memperkecil volume unit pengolahan. Hasil perhitungan efisiensi removal parameter pencemar air limbah untuk unit ABR di kedua blok rusunawa ditunjukkan pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Perhitungan Efisiensi Removal pada Unit ABR Efisiensi Removal (%) Blok BOD COD TSS OG I 40 4 65 0 II 0 0 97 III 48 47 69 98 IV 43 45 7 0 I 63 63 80 0 II 86 86 89 0 III 65 65 86 0 IV 64 64 90 69 Efisiensi removal terbesar pada blok terjadi pada pengukuran III untuk BOD mencapai 48%, COD 47%, TSS 69%, serta OG 98%. Selanjutnya efisiensi removal terbesar pada blok untuk parameter BOD dan COD terjadi pada pengukuran ke II sebesar 86%, sedangkan untuk parameter TSS dan OG terjadi pada pengukuran IV sebesar 90% dan 69%. Lalu hasil perhitungan efisiensi removal parameter pencemar air limbah untuk unit Anaerobik di kedua blok ditunjukkan pada Tabel 0. Tabel 0. Hasil Perhitungan Efisiensi Removal pada Unit Anaerobik Blok Efisiensi Removal (%) BOD COD TSS OG I 0 0 39 II 57 57 73 III 0 0 0 0 IV 55 98 I 0 0 0 8 II 0 0 33 97 III 0 53 00 IV 3 99

Berdasarkan perhitungan efisiensi removal pada kedua unit IPAL didapatkan bahwa capaian persentase removal terbilang cukup tinggi. C. Analisis Parameter Kerja. Unit Anaerobic Baffled Reactor Hasil perhitungan beban organik pada unit ABR ditunjukkan pada Tabel. Tabel. Hasil Perhitungan Beban Organik So Qave Vol. unit OLR Blok mg/l m 3 /hari m 3 kg I 375 37,0 8,8 0,48 II 386 37,0 8,8 0,50 III 397 37,0 8,8 0,5 IV 34 37,0 8,8 0,44 I 475 37,0 8,8 0,6 II 35 37,0 8,8,75 III 596 37,0 8,8 0,77 IV 430 37,0 8,8 0,56 Berdasarkan Tabel 0 didapatkan nilai beban organik unit ABR pada kedua blok telah memenuhi kriteria desain yaitu < 3 kg COD/m3.hari. Selanjutnya perhitungan nilai HRT unit ABR ditunjukkan sebagai berikut: HRT (jam) = 8,80 m 3 : 37,0 m 3 /hari = 8,58 jam Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai HRT unit ABR pada kedua blok pun telah memenuhi kriteria desain yaitu > 8 jam. Selanjutnya hasil perhitungan kecepatan up flow air limbah pada unit ABR ditunjukkan pada Tabel. Tabel. Hasil Perhitungan Kecepatan Up flow As p l Kompartemen Komp. Q ave V-up m m m 3 /hari m/jam Settler,80,60,88 37,0 0,54,08,60,73 37,0 0,90,,60,95 37,0 0,79 3,09,60,74 37,0 0,89 4,,60,95 37,0 0,79 5 0,99,60,58 37,0 0,98 Berdasarkan Tabel didapatkan nilai kecepatan aliran up flow pada setiap kompartemen telah memenuhi kriteria desain yaitu < m/jam. Kecepatan aliran yang dengan kriteria desain diharapkan tidak membuat mikroorganisme ikut hanyut terbawa aliran air limbah menuju pipa outlet. Hasil analisis parameter kinerja unit ABR selanjutnya disimpulkan. Resume perhitungan analisis parameter kinerja unit ABR terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Resume Hasil Analisis Kinerja Unit ABR No. Parameter Kondisi Kriteria Eksisting Desain ABR blok Removal COD 4-47% ABR blok 65-90% 63-86% ABR blok Removal BOD 40-48% ABR blok 70-95% 63-86% ABR blok 3 Removal TSS -7% ABR blok 40-70% 80-90% 4 ABR blok Removal mencapai 98% Minyak dan ABR blok Lemak mencapai 69% - ABR blok 0,44-0,5 kg 5 Beban organik ABR blok 0,56-,75 kg < 3 kg COD/m 3.har i Ket. - - 6 HRT 8,58 jam > 8 jam 7 Kecepatan upflow 0,79-0,98 m/jam < m/jam Hasil analisis parameter kinerja pada kondisi eksisting unit ABR secara umum telah memenuhi kriteria desain. Hanya saja ketidakan terjadi pada removal COD dan BOD di blok. Kecilnya efisiensi removal dapat disebabkan oleh kurang sempurnanya proses pengolahan biologis anaerobik. Beberapa faktor yang mempengaruhi unit proses meliputi ph, suhu, nutrien, dan kontaminan. Pencapaian kondisi yang kurang bahkan tidak menguntungkan mikroorganisme dapat mempengaruhi proses degradasi biologis dan mengurangi efisiensi removal. Air limbah greywater dari kegiatan dapur menyumbang kadar minyak dan lemak terbesar dibandingkan dengan kegiatan rumah tangga lainnya [0]. Sama halnya pada Rusunawa Tanah Merah II, sisa makanan dan minyak penggorengan diduga ikut terbuang pada bak cuci piring. Kondisi inilah yang menyebabkan tingginya konsentrasi minyak dan lemak pada unit pengolahan yang mana justru berperan sebagai kontaminan bagi mikroorganisme []. Aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi polutan organik akan terhambat, sehingga mengurangi efisiensi removal. Oleh karena itu, upaya pencegahan yang dapat dilakukan penghuni rusunawa adalah memastikan bahwa tidak ada sisa minyak dan makanan yang ikut terbuang pada saluran bak cuci piring. Pihak pengelola rusunawa juga dapat mengupayakan hal serupa dengan membangun unit penangkap minyak dan lemak (grease trap) untuk air limbah greywater pada setiap blok rusunawa.

. Unit Anaerobik Hasil perhitungan beban organik pada unit ABR ditunjukkan pada Tabel 4. Blok Tabel 4. Hasil Perhitungan Efisiensi Removal So Qave Vol. Unit OLR kg mg m 3 /hari m 3 COD/m 3.har COD/L i I 36,5,60 3,0 II 44 37,0,60 6,9 III 0 36,5,60,95 IV 88 36,,60,6 I 77 35,9,60,44 II 88 35,,60,54 III 0 35,,60,84 IV 55 35,7,60,3 Berdasarkan Tabel 3 didapatkan nilai beban organik pada unit biofilter anaerobik di kedua blok belum memenuhi kriteria desain antara 4-5 kg. Nilai beban organik yang terlalu rendah hanya menghasilkan sedikit lumpur bakteri [3]. Akibatnya, pencemar organik pada influen selanjutnya tidak akan terdegradasi dengan baik, sehingga mengurangi efektifitas proses secara keseluruhan. Selanjutnya perhitungan nilai HRT unit Anaerobik ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Perhitungan HRT Unit Anaerobik Blok Vol. unit Qave HRT m 3 m 3 /hari hari I,60 36,5 0,8 II,60 37,0 0,8 III,60 36,5 0,8 IV,60 36, 0,83 I,60 35,9 0,84 II,60 35, 0,86 III,60 35, 0,86 IV,60 35,7 0,84 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai HRT unit Anaerobik pada kedua blok pun telah memenuhi kriteria desain yaitu 0,7-,5 hari. Resume perhitungan analisis parameter kinerja unit Anaerobik terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Resume Hasil Analisis Kinerja Unit Anaerobik No. Parameter Kondisi Kriteria Eksisting Desain Ket. Anaerobik blok -57% Removal BOD Removal TSS 3 Beban organik Anaerobik blok -3% Anaerobik blok 55-73% Anaerobik blok -53% Anaerobik blok,6-6,9 kg 50-90% 50-80% 4-5 kg COD/m 3.har i No. 4 HRT Parameter Kondisi Eksisting Anaerobik blok,3-,84 kg Anaerobik blok 0,8-0,83 hari Anaerobik blok 0,84-0,86 hari Kriteria Desain 0,7-,5 hari Ket. Hasil analisis parameter kinerja pada kondisi eksisting unit biofilter anaerobik secara umum telah memenuhi kriteria desain. Hanya saja ketidakan terhadap kriteria desain terjadi pada removal BOD di blok dan beban organik di kedua blok. Nilai efisiensi removal yang tidak dengan kriteria desain diduga karena menurunnya kemampuan biofilm dalam mendegradasi pencemar organik. Sedangkan beban organik pada kedua blok cenderung under design. Pembangunan unit biofilter anaerobik dapat dipastikan telah memenuhi kriteria desain. Adapun ketidakan beban organik diduga karena pencemar organik sebagian besar telah terurai sebelumnya di unit ABR. Sebanyak 5-40% dari total COD pada air limbah terukur sebagai senyawa minyak dan lemak [8]. Dengan demikian, keberadaan konsentrasi minyak dan lemak sebagaimana mestinya ikut berkontribusi terhadap jumlah konsentrasi COD total. Efisiensi removal pencemar organik dapat ditingkatkan dengan memperbesar volume media biofilter, sehingga beban organik mengalami penurunan. Peningkatan volume media biofilter dapat dilakukan dengan menambah area pelekatan mikroorganisme. Dengan demikian, mikroorganisme yang melekat pada media filter akan bertambah dan meningkatkan efektifitas proses degradasi. Kondisi anaerobik di dalam reaktor akan menghasilkan gas CH 4 dan H S sebagai hasil samping proses pengolahan. Oleh karena itu, pemasangan pipa vent pada reaktor perlu dilakukan untuk menyalurkan gas yang terbentuk keluar dari reaktor. Kinerja biofilter anaerobik tergantung pada biomassa yang melekat di permukaan media filter []. Perbedaan jenis media filter akan menghasilkan perbedaan laju pertumbuhan biomassa dan kapasitas biomassa yang tertinggal pula. Dalam proses filtrasi, efek penyumbatan yang disebabkan oleh penumpukan lumpur organik lambat laun pasti terjadi. Sebagai akibatnya, aliran singkat (short pass) di dalam reaktor akan menurunkan efektifitas kinerja mikroorganisme. Selanjutnya jumlah aliran akan menurun, sehingga kapasitas pengolahan pun menjadi berkurang secara drastis. Oleh karena itu, proses pencucian media filter perlu dilakukan secara rutin sekalipun secara manual. Apabila penggantian media filter tidak dapat dilaksanakan, maka langkah pemeliharaan secara rutin dapat dipilih oleh pihak pengelola IPAL rusunawa. Peningkatan efisiensi removal dapat dilakukan dengan menambah tinggi tumpukan media filter, sehingga aliran air limbah menjadi lebih lambat dan memperpanjang proses degradasi pencemar organik. Tinggi bed media filter dapat dicapai pada kisaran 0,9-,5 m [3]. Penggunaan media filter berlapis dapat

meningkatkan efisiensi removal dengan kedalaman susunan minimum 0,8-, m [4]. IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah:. Penyebab kinerja IPAL Rusunawa Tanah Merah II Surabaya belum bekerja efektif adalah tingginya konsentrasi minyak dan lemak dalam air limbah yang mempengaruhi proses pengolahan. Hal ini ditandai dengan rendahnya efisiensi removal pada unit ABR maupun unit biofilter anaerobik. Efisiensi removal pada unit ABR di kedua blok mencapai kisaran 4-86% untuk parameter COD, 40-86% untuk parameter BOD, -90% untuk parameter TSS, dan 69-98% untuk parameter OG, sedangkan efisiensi removal pada unit Anaerobik di kedua blok mencapai kisaran 0-57% untuk parameter COD, -57% untuk parameter BOD, -73% untuk parameter TSS, dan mencapai 00% untuk parameter OG.. Untuk meningkatkan efisiensi pengolahan dan kinerja IPAL maka dapat dilakukan dengan cara: mengurangi konsentrasi minyak dan lemak yang terkandung dalam air limbah, pembuatan unit penangkap minyak dan lemak, pembuatan SOP pemeliharaan pada unit ABR dan Anaerobik, pemeriksaan secara berkala dan pencucian/penggantian media filter pada unit Anaerobik. [] Chaudhary, D. S., Vigneswaran, S., Ngo, H., Shim, W. G., dan Moon, H. (003). in Water and Wastewater Treatment. Korean Journal of Chemistry Engineering, 0 (6), 054-065. [3] Said, N. (000). Teknologi Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilm Tercelup. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. No.: 0-3. [4] Sperling, M. von, dan Chernicharo, L. C. A. de. (005). Biological Wastewater Treatment in Warm Climate Regions Volume. London: International Water Association (IWA) Publishing. DAFTAR PUSTAKA [] Nguyen, H., Turgeon, S., dan Matte, J. (00). The Anaerobic Baffled Reactor: A Study of The Wastewater Treatment Process Using The Anaerobic Baffled Reactor. Borchester Polytechnic Institute, USA. [] Dama, P., Bell, J., Foxon, K. M., Brouckaert, C. J., Huang, T., Buckley, C. A., Naidoo, V., dan Stuckey, D. C. (00). Pilot Scale Study of An Anaerobic Baffled Reactor for The Treatment of Domestic Wastewater. Water Science & Technology, 46 (9), pp. 63-70. [3] Sasse, L. (998). Dewats: Decantralised Wastewater Treatment in Developing Countries. Borda. Delhi. [4] Purwanto, B. (004). Sistem Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga di Kota Tangerang. Percik, Vol. 5 tahun. [5] Herlambang, A., dan Said, N. I. (00). Penurunan Kadar Zat Organik dalam Air Sungai dengan Tercelup Struktur Sarang Tawon. BPPT. [6] Polprasert, C. (989). Organic Waste Recycling. Asian Institute of Technology. Bangkok. [7] Morel, A., dan Diener, S. (006). Greywater Management in Low and Middle-Income Countries, Review of Different Treatment Systems for Households or Neighboorhoods. Duebendorf: Swiss Federal Institute of Aquatic Science (EAWAG). Department of Water and Sanitation in Developing Countries (SANDEC). [8] Quemeneur, M., dan Marty, Y. (994). Fatty Acids and Sterols in Domestic Wastewater. Water Res. 8 (5), 7-6. [9] Noutsopoulos, C., Mamais, D., Antoniou, K., Avramides, C., Oikonomopoulos, P., Fountoulakis, I. (03). Anaerobic Co-Digestion of Grease Sludge and Sewage Sludge: The Effect of Organic Loading and Grease Sludge Content. Bioresource Technology. 3, 45-459. [0] Ledin, A., Eriksson, E., dan Henze, M. (00). Aspects of Groundwater Recharge Using Grey Wastewater. In: P. Lens, G. Zeemann and G. Lettinga (Editors). Decentralized Sanitation and Reuse. London. 650 pp. [] Aymong, G. G. (007). Controlling FOG with Automatic Electrical/ Mechanical Grease Removal Devices. Water online. The Waste Water Solutions Update 7//007.