BAB V PEMBAHASAN. kelamin laki-laki dan 80 tenaga kerja berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkelok-kelok akibat gangguan (hambatan) aliran darah. Bila hanya melebar saja

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik menggunkan desain penelitian cross sectional. Menurut Riyanto

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

Olahraga Ringan Bagi Penderita Diabetes

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. Pola kehidupan sehari-hari mahasiswi memiliki kegiatan yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN.

Olahraga pada Kehamilan. Kesehatan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

OPC plus Tablet, Herbal Antioksidan Terbaik

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

DIABETES UNTUK AWAM. Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. sering buang air kecil, dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009). Banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam menerima semua

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

PENGARUH PENGGUNAAN SEPATU BERHAK TINGGI TERHADAP NYERI MYOGENIK PADA OTOT GASTROKNEMIUS SKRIPSI

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN SEPATU HAK TINGGI TERHADAP POTENSI TERJADINYA VARISES PADA TUNGKAI BAWAH

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

Keluhan-keluhan Selama Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH OLAH RAGA RENANG TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK AUTIS DI SLB AL-HIKMAH BANDUNG

The Miracle of ENDORPHINE

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA ANGGOTA POLISI LALU LINTAS YANG BERTUGAS DI LAPANGAN DENGAN DERAJAT BERAT VENA VARIKOSA

Sehat Mengenakan Tas Ransel Sunday, 12 February :16

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA


FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

untuk Mencegah Sakit Punggung

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terstruktur dengan berpedoman pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah tertentu

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. secara global di bidang pembangunan semakin meningkat. Di Indonesia, terutama

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6. Siklus peredaran darah besar meliputi... a. ventrikel kiri - nadi - seluruh tubuh - atrium kanan

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Swalayan se-karesidenan Surakarta memiliki 70 tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki dan 80 tenaga kerja berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin dalam penelitian ini tidak memiliki kontribusi terhadap terjadinya varises. Setelah diuji dengan uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap kejadian varises. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tony, dkk (2013), bahwa usia tidak berpengaruh terhadap kejadian varises. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa kejadian varises lebih banyak pada tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Dari 49 tenaga kerja yang positif (+) mengalami kejadian varises, 16.67% diantaranya adalah berjenis kelamin laki-laki (lihat pada tabel 4.2). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Basir (2013), bahwa kejadian varises tungkai bawah lebih banyak pada lakilaki (61,11%) dibandingkan dengan perempuan (38,88%). Setiap pekerjaan memiliki dampak bagi tenaga kerja, baik menimbulkan kelelahan, gangguan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan perubahan fisik tubuh atau kecacatan (Suma'mur, 2009). Salah satu dampak yang belum dikaitkan adalah kejadian varises. Pekerjaan pada Swalayan memiliki potensi besar terhadap kejadian varises, dikarenakan aktivitas kerja pada Swalayan termasuk ke dalam faktor-faktor yang menyebabkan kejadian varises, diantaranya berdiri dalam 41

42 waktu yang lama saat bekerja, pemakaian sepatu hak tinggi, dan pemakaian stocking. Selain itu, jenis pekerjaan dapat memperburuk kejadian varises. Pada penelitian ini terdapat 150 responden yang tersebar menjadi 3 jenis pekerjaan, yaitu kasir, SPG, dan pekerjaan lainnya. Setelah di uji menggunakan uji statistik Kruskal Wallis diketahui bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis pekerjaan terhadap kejadian varises. Hal ini sesuai dengan penelitian Tony, dkk (2013), yang menunjukan bahwa tidak ada pengaruh antara jenis pekerjaan terhadap varises, kondisi ini juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti desain tempat kerja. Desain tempat kerja penting untuk mencegah penyakit dan peningkatan produktivitas. Tempat kerja yang dirancang dengan baik dapat membuat karyawan mempertahankan kenyamanan postur tubuh, sehingga dapat mencegah banyak masalah seperti cedera punggung dan gangguan sirkulasi di kaki. Namun, dari 150 responden yang diteliti, jenis pekerjaan yang paling banyak menderita varises adalah jenis pekerjaan lain-lain. Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya varises pada penelitian ini adalah Usia. Responden pada penelitian ini rata-rata berusia 30 tahun. Kejadian varises pada penelitian ini banyak dialami oleh responden yang berusia 21-30 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shiksa, dkk (2013), bahwa rata-rata yang positif mengalami varises adalah responden yang berada pada rentang usia 21-30 tahun. Hasil uji statistik Kerelasi spearman menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap kejadian varises pada tenaga kerja di swalayan se-karesidenan Surakarta, dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Responden pada penelitian ini berumur < 50

43 tahun. Karakteristik usia tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian varises terhadap tenaga kerja di swalayan se-karasidenan Surakarta dikarenakan semua responden tidak berumur > 50 tahun. Menurut penelitian Khalil dan Raffeto (2007), usia lebih dari 50 tahun sangat beresiko terkena varises dengan persentase 21% dari 1566 responden, dikarenakan perubahan struktur pada pembuluh darah. Semakin bertambahnya usia dinding vena menjadi semakin lemah, karena lamina elastin menjadi tipis dan atrofik diikuti juga dengan adanya degenerasi otot polos (Junior NDB, 2010). Disamping itu, masa kerja juga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi dalam terjadinya varises. Responden yang positif mengalami varises paling banyak pada responden yang memiliki masa kerja 1 sampai 5 tahun dan 11 sampai 15 tahun dengan persentase 13.33%. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Chen dan Guo (2014), yaitu kejadian positif varises paling besar terjadi pada golongan responden yang memiliki masa kerja dengan rata-rata 30.5 tahun. Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara masa kerja terhadap kejadian varises, dengan kekuatan korelasi lemah. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, lama berdiri juga termasuk ke dalam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya varises. Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama berdiri terhadap kejadian varises dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Hal ini menunjukan bahwa dalam penelitian ini lama berdiri tidak memberikan kontribusi terhadap terjadinya varises. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, didapatkan

44 hubungan bermakna antara berdiri lama dengan kejadian varises yaitu dengan nilai p < 0.001 (Adriana, 2012). Fakta membuktikan bahwa, posisi berdiri lama saat bekerja menambah tekanan pada vena di tungkai bawah. Sebagai hasil, katup vena menjadi tidak kompeten dan darah vena secara bertahap terakumulasi di kaki sehingga membentuk varises (Naoum JJ dan Hunter GC, 2007; Liu R dan Kwok YL, 2006; Weiss R., 2010). Ketika seseorang berdiri diam selama jangka waktu yang lama, dinding vena tidak dapat menahan tekanan hidrostatik akibat tekanan tinggi lokal dan kurangnya tindakan pemompaan otot kaki (Naoum JJ dan Hunter GC, 2007; Liu R dan Kwok YL, 2006; Weiss R., 2010). Pekerjaan pada swalayan terdiri dari 3 aktivitas utama, yaitu berdiri tetap (statis), berdiri dengan mobilisasi (mobilitas), dan duduk. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tenaga kerja pada saat pengambilan data responden, tenaga kerja di swalayan se-karesidenan Surakarta 100% melakukan pekerjaan berdiri dengan mobilisasi (mobilitas). Menurut Richard dan Peter (2008), kejadian varises dapat didikurangi dengan pengobatan konservatif, yaitu menghindari berdiri terlalu lama dan statis, elevasi kaki yang terkena, olahraga, kompresi eksternal, melonggarkan pakaian ketat, terapi medis, modifikasi faktor risiko kardiovaskular, pengurangan edema perifer, dan penurunan berat badan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh lama berdiri terhadap kejadian varises karena sebagian besar karyawan telah bekerja dalam posisi berdiri dengan mobilisasi (mobilitas). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja tidak bekerja dengan posisi berdiri diam dengan jangka waktu yang

45 lama, tetapi tenaga kerja bekerja dengan posisi berdiri diiringi dengan mobilisasi. Hal tersebut juga dapat menghambat terjadinya varises. Varises juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga. Berdasarkan hasil uji Kerelasi spearman menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan olahraga terhadap kejadian varises dengan kekuatan korelasi sedang. Oleh karena itu, kebiasaan olahraga pada penelitian ini juga memiliki kontribusi terhadap kejadian varises. Hal tersebut sesuai dengan Leahy (2012), aktivitas yang kurang dapat menyebabkan otot sekitar pembuluh darah vena tidak mampu memompa darah secara maksimal (penghambatan aliran darah) sehingga terjadi varises. Serta sesuai dengan Kartika (2015) olahraga teratur, seperti berjalan, dapat memperkuat otot betis, sehingga memulihkan fungsi pompa otot betis. Berdasarkan distribusi frekuensi responden mengenai intensitas kebiasaan olahraga menunjukan bahwa 41.3 % responden telah melakukan olahraga secara teratur lebih dari 2 jam, hal ini dapat menghambat terjadinya varises. Hal tersebut sesuai pula dengan Irianto (2014), dengan berolahraga otototot dapat berkembang serta peredaran darah dan pencernaan makanan akan berjalan lancar. Olahraga pun merupakan selingan yang baik setelah melakukan pekerjaan. Olahraga yang dimaksud adalah cukup dengan berlari-lari di tempat dan menggerakan otot-otot kaki, tangan, perut, dan leher. Latihan ketahanan (olahraga) dengan intensitas sedang dan terkontrol (3x40-45 menit/minggu, denyut nadi: 120-140 atau 180 dikurangi usia), meningkatkan imunokompetensi dan pembakaran lemak, mengurangi stres dan kelebihan berat badan, serta memperbaiki efisiensi jantung, toleransi glukosa, resistensi insulin, dan aliran

46 darah (Gröber, 2009), sehingga kebiasaan olahraga dapat menghambat terjadinya varises. Berdasarkan hasil analisis, lama berdiri jika diimbangi dengan mobilisasi dan olahraga secara rutin dapat mencegah terjadinya varises. Pada penelitian ini, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya varises pada responden adalah faktor lama kerja dan kebiasaan olahraga. Selain itu, faktor responden yang berupa jenis kelamin, jenis pekerjaan, usia, masa kerja, dan lama berdiri tidak memiliki kontribusi terhadap kejadian varises. Sedangkan faktor lainnya tidak diketahui.