BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

BAB 1 PENDAHULUAN. sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AL-KAUTSAR PEKANBARU

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dan menyerang semua kelas sosioekonomi (Kim et al., 2013). Hampir 400

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat (Kemenkes, 2012).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN SKABIES

BAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan

ABSTRACT. Key words: scabies, environment, behavior ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

Hubungan Jenis Kelamin dan Tingkat Pegetahuan dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

GAMBARAN KONDISI SANITASI LINGKUNGANDAN PERILAKU SANTRI TERKAIT PENYAKIT SKABIES (STUDI DI PONDOK PESANTREN DARUSSALAM BANYUWANGI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasi

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

Hubungan Antara Personal Hygiene Kulit Dengan Angka Kejadian Scabies Pada Remaja Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

LEMBAR INFORMASI. D III Keperawatan Malang, oleh karena itu mohon kesediaan untuk menjadi

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN, SANITASI LINGKUNGAN DANRIWAYAT KONTAK DENGAN KEJADIAN SKABIES

1. BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA PRAKTIK KEBERSIHAN DIRI DAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PESANTREN KYAI GADING KABUPATEN DEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERSEORANGAN DENGAN KEJADIAN SKABIES DI RUTAN CABANG SIBUHUAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2013

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM JEMBER (SCABIES RISK FACTORS IN PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM JEMBER)

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU (RISK FACTORS SCABIES AT GENERAL HOSPITAL ANUTAPURA PALU)

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

STUDI TUNGAU KUDIS Sarcoptes scabiei DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI WILAYAH KECAMATAN LEKOK, KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu kira-kira 15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5 m 2. Kulit sangat kompleks, elastik, sensitif, dan sangat bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks maupun ras. Selain faktor tersebut, kulit juga bergantung pada lokasi tubuh serta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya (Djuanda, 2010). Skabies atau gudik pada manusia adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh ektoparasit Sarcoptes scabiei yang menginfeksi dan melakukan sensitasi pada tubuh. Sarcoptes scabiei termasuk ke dalam famili sarcoptidae, ordo acari, kelas arachnida. Nama Sarcoptes scabiei berasal dari kata sarx yang berarti kulit dan koptein yang berarti gatal pada kulit sehingga muncul aktivitas menggaruk kulit yang gatal tersebut (Cordoro et al. 2012).

2 Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis dan subtropis seperti Afrika, Amerika Selatan, Karibia, Australia Tengah, Australia Selatan, dan Asia (Barker, 2010; Shelley & Currie, 2007). Skabies ditemukan pada negara dengan prevalensi yang bervariasi. Pada beberapa negara yang sedang berkembang prevalensinya sekitar 6%-27% dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Sebanyak 300 juta orang pertahun di dunia dilaporkan terserang skabies (Cakmoki, 2007). Prevalensi di negara-negara Asia seperti India mencapai 20,4% (Baur, 2013) dan Malaysia pada tahun 2010 mencapai 30% (Zayyid et al, 2010). Prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Pada tahun 2008 prevalensi penyakit skabies di Jakarta mencapai 6,20%, sedangkan Kabupaten Boyolali dan di Semarang mencapai 5,80%. Penyakit tersebut biasanya berasal dari pemukiman kumuh seperti tempat pembuangan akhir, rumah susun, dan pesantren (Siswono,2008). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011, jumlah kasus baru penyakit skabies berjumlah 1135 orang, tahun 2012 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat dari tahun 2011 yaitu 1135 orang menjadi 2941 orang (Desmawati, 2015).

3 Faktor-faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di negara berkembang terkait dengan kemiskinan yang berhubungan dengan rendahnya tingkat kebersihan (personal hygiene), akses air yang sulit, dan kepadatan hunian (Johnstone, 2008). Tingginya kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu memudahkan perpindahan dan infestasi tungau skabies. Perpindahan tersebut terjadi karena Sarcoptes scabiei merupakan parasit sejenis kutu yang sangat mudah berpindahpindah. Setelah berpindah parasit mulai menginfeksi dan melakukan sensitasi pada tubuh, biasanya diakibatkan personal hygiene yang kurang. Oleh karena itu, prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti penjara, panti asuhan, dan pondok pesantren (Steer, 2009; Perry & Potter, 2010). Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren karena kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung (Djuanda, 2010). Kebanyakan santri yang t erkena penyakit skabies adalah santri baru yang belum dapat beradaptasi dengan lingkungan, sebagai santri baru yang belum tahu kehidupan di pesantren membuat mereka luput dari kesehatan, mandi secara bersama-sama, saling tukar pakaian, handuk, dan sebagainya yang dapat menyebabkan tertular penyakit skabies (Badri, 2008). Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di pondok pesantren pada umumnya kurang

4 mendapatkan perhatian dari santri dan ditambah dengan pengetahuan yang kurang baik mengenai kesehatan dan perilaku yang tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan saling bertukar pakaian maupun benda pribadi seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ma rufi (2005) didapatkan data bahwa pada pondok pesantren Lamongan terdapat 63% santri mempunyai personal hygiene yang buruk dengan prevalensi skabies 73,70%. Kebiasaan mencuci tangan, pemakaian handuk yang bersamaan, frekuensi mandi, frekuensi mengganti pakaian, frekuensi mengganti sprei dan kebiasaan kontak langsung dengan penderita skabies merupakan salah satu faktor yang dinilai dalam personal hygiene. Angka kejadian skabies meningkat pada masyarakat yang hidup dengan personal hygiene dan lingkungan yang kurang karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit skabies (Heukelbach & Feldmeier 2006). Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan sistem pondok (asrama) dan pelajarnya disebut santri. Materi yang diberikan adalah pengetahuan umum dan agama tetapi diutamakan agama Islam (Haningsih, 2008). Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, terdapat 14.798 pondok pesantren dengan prevalensi skabies cukup tinggi (Depkes, 2007). Pada tahun 2003, prevalensi skabies di 12 pondok pesantren di Kabupaten Lamongan adalah

5 48,8% (Ma rufi, 2005) dan di Pesantren An-Najach Magelang pada tahun 2008 prevalensi skabies adalah 43% (Saad, 2008). Pada pondok pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Bandar Lampung penyakit skabies termasuk masalah kesehatan yang sering terjadi dan menjadi masalah utama. Menurut pengelola pondok pesantren ini mengatakan bahwa masalah penyakit skabies ini membuat resah santri sehingga dapat mengganggu aktivitas. Disamping itu, kejadian terjadinya skabies di pondok pesantren Jabal An-Nur Al-Islami tinggi. Personal hygiene, pengetahuan, sanitasi lingkungan, usia, dan jenis kelamin diduga menjadi salah satu faktor terjadinya infeksi dan sensitasi tungau Sarcoptes scabiei pada pondok pesantren ini. Faktor resiko di atas diperberat dengan ketersediaan fasilitas kesehatan yang sangat kurang. Pondok pesantren ini tidak memiliki ruangan kesehatan seperti UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), tenaga kesehatan, dan akses yang jauh. Pondok pesantren ini berdiri di atas lahan ±1,5 hektar. Pada studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan menunjukkan fakta yang sama dengan penelitian sebelumnya. Pondok pesantren Jabal An-Nur Al-Islami menjadi tempat tujuan peneliti untuk meneliti karena sebelumnnya belum pernah ada yang melakukan penelitian. Melihat fenomena yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik mengambil judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Angka Kejadian Skabies di

6 Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung untuk diteliti lebih lanjut. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah personal hygiene, pengetahuan, usia, jenis kelamin, dan sanitasi lingkungan berhubungan dengan kejadian skabies pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung? 1.3 Tujuan Peneletian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. 1.3.2 Tujuan khusus a. Mengetahui frekuensi kejadian skabies pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

7 b. Mengetahui rerata nilai personal hygiene yang meliputi kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan tempat tidur dan sprei, kebersihan handuk, dan kebersihan pakaian pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. c. Mengetahui rerata nilai pengetahuan pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. d. Mengetahui distribusi usia pada Pondok Pesantren Jabal An- Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. e. Mengetahui distribusi jenis kelamin pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. f. Mengetahui gambaran umum sanitasi lingkungan pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. g. Mengetahui hubungan personal hygiene kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan tempat tidur dan sprei, kebersihan handuk, dan kebersihan pakaian dengan kejadian skabies pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

8 h. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian skabies pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. i. Mengetahui hubungan usia dengan kejadian skabies pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. j. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian skabies pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. k. Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian skabies pada Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al- Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan penulis mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

9 1.4.2 Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan informasi bagi masyarakat mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. 1.4.3 Instansi dan Lembaga Terkait Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi dan lembaga terkait, khususnya bagi dinas kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan dan bantuan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Jabal An-Nur Al-Islami Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. 1.4.4 Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dan bahan untuk melakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penelitian saat ini.