BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

III. METODE PENELITIAN. memberikan perlakuan terhadap sampel, kemudian dilakukan pengamatan. model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe NHT.

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci: Numbered Heads Together (NHT), media mading, motivasi belajar, hasil belajar siswa.

I. PENDAHULUAN. selama ini pada semester ganjil tahun pelajaran menunjukan bahwa

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua mata pelajaran yang ada di SD tentunya memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat, dan canggih yang ditunjang oleh kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) umumnya

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menurut Undang - undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR DIKOMBINASIKAN NHT DAN STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

DITA PUTRI MAHARANI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena

PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Oleh : NUGRAHAENI GAMASTUTI NIM A

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Vita Ariani Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Erika Eka Santi, M. Si Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

I. PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI SMA YP Unila Bandar

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Di SMK 2 Mei Bandar Lampung, mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disusun oleh : Nurul Fitria Febriyanti ( ) Puput Wulandari ( ) Zafira Syajarotun ( ) Mega Ayu Setyana ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan hasil penelitian, maka

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PEMANFAATAN SOFTWARE ADOBE FLASH

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung merupakan SD paralel. Kelas IV Semester I Tahun Ajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

Shinta Metikasari 1), Imam Sujadi 2), Yemi Kuswardi 3) Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang

meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

Yayuk Jatining Rahayu 4

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Syafwan SMPN 2 Poso Pesisir Kab. Poso ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (PTK) atau disebut classroom action research.

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

583 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013 Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan. Sehingga diharapkan guru mampu menciptakan suasana yang kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas. Pada proses pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dan guru serta antara sesama siswa. Oleh karena itu, proses pembelajaran di dalam kelas sebaiknya tidak didominasi oleh guru tetapi melibatkan siswa sebagai objek belajar bukan subjek belajar. Dengan demikian, pembelajaran dapat berlangsung dengan baik serta dapat terciptakan pembelajan yang bermakna. Berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi, mulai tahun pelajaran 2007/2008 kurikulum pembelajaran yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ini dikembangkan untuk mengoptimalkan peran serta siswa dalam proses pembelajaran serta mengurangi dominasi guru dalam proses pembelajaran, siswa bukan lagi dipandang sebagai objek belajar melainkan subjek belajar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengelola kegiatan belajar sesuai dengan karakteristik KTSP yaitu; (1) berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreativitas; (3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; (4) konstektual; (5) menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan; (6) belajar melalui berbuat. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan KTSP berpusat pada siswa dan mengutamakan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Standar proses pembelajaran ini menggunakan paradigma pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga pendidik harus memperhatikan keragaman dan keunikan peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan. SD Negeri 1 Sukamaju sudah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), namun menurut hasil wawancara pada guru kelas V SDN 01 Sukamaju diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan KTSP. Salah satu kendala utama adalah kurangnya aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan maupun pendapat.

Rendahnya aktivitas belajar siswa disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum tepat. Oleh karena itu, diperlukan model yang berorientasi pada siswa, model yang dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran serta dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan tes awal pada guru dan analisis data kelas V SDN 01 Sukamaju didapat, dari 20 siswa di kelas VA, hanya 8 siswa atau 40% yang mencapai ketuntasan belajar. Pada kelas VB dari 20 siswa hanya 7 siswa atau 35% yang mencapai nilai ketuntasan belajar. Standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan sekolah adalah 60% siswa memperoleh nilai rata-rata 60. Guru matematika kelas V SD Negeri 1 Sukamaju pernah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran. Namun penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berlangsung lama dan guru kembali menggunakan model pembelajaran langsung yang dianggap guru lebih mudah untuk mengontrol siswa, penyebab lain karena guru mengalami masalah untuk mengecek siswa pada saat proses pembelajaran, terkadang siswa saling berharap dan selalu mengandalkan kepada teman kelompoknya yang berkemampuan tinggi saja, pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa hanya disuruh bekerja dalam kelompok dan pertanggung jawabannya secara kelompok. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan oleh Gamastuti Nugrahaeni Pada Siswa Kelas VII Semester II SMP Negeri 4 Sragen SURYANI TRI 2010 terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa, dari data observasi diketahui presentasi

aktivitas belajar siswa adalah 59,75% pada siklus I dan pada siklus ke II. menjadi 81,13% Menurut keterangan di atas maka peneliti bersama-sama dengan guru sepakat untuk menggunakan suatu tindakan alternatif untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan pembelajaran kooperatif lain yang lebih mengutamakan aktivitas belajar siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal, yang nantinya akan berdampak pada tingginya aktivitas belajar siswa, kemudian berdampak pada peningkatan prestasi belajar matematika. Salah satu pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan kegiatan belajar kooperatif yang dikembangkan oleh Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu pembelajaran yang pada setiap siswa diberi nomor secara berurutan sesuai jumlah anggota kelompok, kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa untuk mempresentasikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggung-jawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap siswa dibebankan untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota mereka, tetapi pada umumnya mereka harus mampu mengetahui dan menyelesaikan semua soal yang

ada dalam LKS. Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa aktif bekerja dalam kelompok. Mereka bertanggungjawab penuh terhadap soal yang diberikan. Misalnya, siswa yang bernomor urut 2 dalam kelompoknya mempertanggung jawabkan soal nomor 2 dan seterusnya. Walaupun pada saat persentase mereka bisa ditunjuk untuk mengerjakan nomor lain. Sedangkan pada model pembelajaran kooperatif yang lain terkadang siswa saling berharap kepada teman kelompok lain yang lebih pintar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD misalnya, siswa hanya disuruh bekerja dalam kelompok dan pertanggung jawabannya secara kelompok pula, siswa kurang aktif dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dinilai lebih memudahkan siswa berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan dengan pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan oleh guru. Pada pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk berhadaphadapan dengan guru dan terus memperhatikan gurunya. Secara tidak langsung pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT meningkatkan aktivitas belajar siswa, dengan dasar inilah yang mendorong peneliti dan guru bersama-sama mengadakan penelitian untuk memperbaiki pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan empat langkah (Ibrahim dkk, 2000:28) sebagai berikut: (1) Penomoran, guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi

nomor antara 1 sampai 5, (2) mengajukan pertanyaan atau permasalahan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. (3) berpikir bersama, siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap kelompok dalam timnya mengetahui jawaban itu. (4) menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Dalam pembagian kelompok hendaknya setiap kelompok dengan kemampuan yang heterogen: satu orang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan satu orang berkemampuan rendah. Ketergantungan positif juga dikembangkan, dan yang kurang, terbantu oleh yang lain, yang berkemampuan tinggi bersedia membantu pada saat diskusi dalam kelompok, meskipun mungkin mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau nama baik kelompok, yang paling lemah diharapkan antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena mereka merasa yang akan ditunjuk guru untuk menjawab soal. Pada penelitian ini guru dan peneliti merancang perencanaan pembelajaran yang menyiapkan aktivitas belajar siswa secara optimal melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT, penelitian ini guru mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran matematika dengan mengikuti rancangan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat.

Melalui langkah-langkah dan rancangan pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT ini diharapkan aktivitas dan peran serta siswa selama pembelajaran meningkat dan berdampak meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti dan guru bersama-sama melakukan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan beberapa identifikasi masalah antara lain sebagai berikut; 1.2.1 Perencanaan pembelajaran belum mencapai nilai 3,1 1.2.2 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif belum mencapai 75%. 1.2.3 Sistem evaluasi yang digunakan belum bervariasi. 1.2.4 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas belum mencapai 75%. 1.2.5 Guru kurang tepat memilih model pembelajaran kooperatif. 1.2.6 Guru kesulitan untuk mengecek siswa pada saat proses pembelajaran dikelas. 1.2.7 Guru mata pelajaran matematika belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada: 1.2.1 Perencanaan pembelajaran belum mencapai nilai 3,1 1.2.2 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif belum mencapai 75%.

1.2.3 Sistem evaluasi yang digunakan belum bervariasi 1.2.4 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas belum mencapai 75%. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1.4.1 Bagaimana perencanaan pembelajaran mencapai nilai 3,1? 1.4.2 Bagaimana jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif mencapai 75%? 1.4.3 Bagaimana sistem evaluasi yang bervariasi? 1.4.4 Bagaimana Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas mencapai 75%? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan hal-hal sebagai berikut: 1.5.1 Perencanaan pembelajaran mencapai nilai 3,1. 1.5.2 Peningkatan jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif mencapai 75% 1.5.3 Sistem evaluasi yang digunakan bervariasi 1.5.4 Peningkatan Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas mencapai 75%. 1.6 Kegunaan Penelitian 1.6.1 Teoritis Penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu kajian teoritis khususnya teori yang berhubungan dengan Teknologi Pendidikan kawasan desain dan pengelolaan pembelajaran.

1.6.2 Praktis a. Bagi guru, berguna meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, sedangkan, laporan dan dokumentasi akan dapat dijadikan bahan evaluasi perbaikan. b. Bagi siswa, dapat mengalami belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. c. Bagi Sekolah, berguna meningkatkan kualitas belajar siswa dan akreditasi sekolah.