BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampung Pulo merupakan satu daerah yang berada di Jakarta Timur dan memiliki lokasi disekitar bantaran sungai Ciliwung. Kampung Pulo memiliki luas area sekitar ± 8 Ha. Jumlah penduduk yang menempati Kampung Pulo pada tahun 2010 diketahui sebanyak 10.022, maka didapat kepadatan sekitar 1.317 jiwa/ha. (Sumber: Data kelurahan Kampung Melayu) Gambar 1.1 Lokasi Kampung Pulo Sumber: hasil olahan pribadi Lokasi Kampung Pulo berada di bantaran sungai ciliwung, sehingga mengakibatkan pemukiman Kampung Pulo menjadi daerah yang selalu terkena dampak banjir. Pemukiman Kampung Pulo didirikan di atas lahan milik negara yang memiliki fungsi dasar sebagai daerah resapan air. Banjir yang terjadi di kampung pulo dapat mencapai ketinggian 3 meter. Pemukiman di kampung pulo dapat dikatakan kurang layak huni karena kondisi hunian tidak sesuai dengan standar pemukiman yang diterapkan oleh UN Habitat (United Nations Human Settlements Programme). Isu yang ada didalam Un-Habitat seperti Environmentally sustainable, 1
2 Healthy and Liveable Human Settlement menjadi pokok bahasan utama mengenai penyediaan tempat tinggal yang layak dan sehat untuk mendukung taraf sosial dari masyarakat yang mulai dari ukuran hunian yang layak, pencahayaan dan penghawaan alami yang masuk ke dalam hunian, dll Gambar 1.2 Kondisi pemukiman warga kampung pulo (1) Gambar 1.3 Kondisi pemukiman warga kampung pulo (2) Pencahayaan alami merupakan satu faktor penting dalam unit hunian untuk menciptakan hunian yang layak huni. Karena dengan adanya pencahayaan alami, maka aktifitas dapat dilakukan tanpa harus menggunakan pencahayaan buatan dan tidak membuang energi berlebihan di siang hari (Sumber: Sustainable Development, agenda 21). Pencahayaan alami juga membuat hunian lebih sehat karena terbukti dapat membunuh kuman dan bakteri penyebab penyakit.
3 Gambar 1.4 Kondisi pemukiman warga kampung pulo (3) Gambar 1.5 Kondisi pemukiman warga kampung pulo (4) Pada awal maret 2014 Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menargetkan warga Kampung Pulo yang berada di area banjir harus segera direlokasi ke rumah susun yang ada yaitu di Rusunawa Komarudin di Jalan Komarudin, Rumah Susun Jatinegara, Rumah susun Kampung Melayu dan Rusunawa Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur. Warga Kampung Pulo yang akan direlokasi sekitar 4000 KK tetapi ketersediaan unit hunian Rusunawa Komarudin sekitar 200 unit, Rumah Susun Jatinegara 500 unit, Rumah Susun Kampung Melayu 1000 unit dan Rusunawa Cipinang Besar Selatan 200 unit. Jumlah rusun yang ada saat ini dapat dikatakan kurang. (Sumber: kompas.com) Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2011 pasal 3 tentang rumah susun menyatakan bahwa penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk menjamin terwujudnya peningkatan kualitas
4 hidup penghuni rumah susun yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya. Latar belakang yang ada diatas menjadi dasar pembangunan rumah susun untuk membantu program pemerintah untuk membantu warga agar mendapatkan hunian yang layak huni. Rumah susun tersebut memperhatikan pengoptimalisasian pencahayaan alami pada hunian agar warga dapat melakukan aktifitas di siang hari tanpa pencahayaan buatan dan membuat hunian menjadi lebih sehat. Rumah susun yang akan dibangun memiliki lokasi di PuloGebang, Cakung dan lokasinya dekat dengan rumah susun Komarudin. Penelitian ini bertujuan untuk mensimulasikan pencahayaan alami yang baik dan optimal terhadap unit hunian rumah susun yang akan dibangun didaerah Cakung untuk relokasi warga Kampung Pulo. Dengan adanya pencahayaan alami yang masuk kedalam unit hunian dapat membuat penghuninya melakukan aktifitas dengan baik, dan hunian tersebut menjadi lebih sehat. 1.2 Rumusan Masalah - Bagaimana langkah yang tepat agar pencahayaan alami optimal pada hunian rumah susun? - Bagaimana implementasi desain yang tepat terhadap rumah susun? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arah orientasi bangunan yang tepat dan lebar bukaan jendela yang tepat agar pencahayaan alami dapat masuk secara optimal. Serta untuk mengetahui lebih dalam mengenai dampak bentuk bangunan ataupun material bangunan.
5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada lokasi tapak yang akan dibangun rumah susun untuk relokasi warga di daerah Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur dan pemukiman warga Kampung Pulo yang akan direlokasi 1.5 State of the Art Tabel 1.1 State of the art No Nama jurnal Nama Penulis Isi Jurnal Sistem penerangan alami pada 1 Pemandu Cahaya Matahari Alami di Bangunan (2008) N. Fachrizal suatu bangunan yang turut menentukan penggunaan energi listrik pada bangunan tersebut Mempelajari lebih dalam mengenai konsep dan 2 Designing With Skylight (2009) Heschong Mahone Group pemanfaatan pencahayaan yang perlu dipahami oleh arsitek dan insinyur sebagai bagian dari desain sebuah bangunan Desain yang memanfaatkan 3 Penggunaan Sumber Daya Yang Terbaharukan Dalam Merancang Lingkungan Perkotaan (2008) Doni Fireza energi alam yang ada, mulai dari arah orientasi terhadap matahari, jarak antar bangunan, Penggunaan vegetasi untuk pengendali kelembaban, penggunaan unsur air. Mengidentifikasi pentingnya parameter untuk desainer / Daylighting and Urban perancang dalam regulasi yang 4 Form: an Urban Fabric of Light (2010) Mark DeKay diperlukan untuk pencahayaan alami
6 No Nama jurnal Nama Penulis Isi Jurnal 5 Potensi Pencahayaan Alami pada Rumah Susun Sarijadi Bandung (2013) Dr. Ir. Yasmin Suriansyah, MSP Analisis besaran potensi pencahayaan alami pada rumah susun Sarijadi Bandung Sumber: Hasil olahan sendiri Berdasarkan ke 5 jurnal yang ada, terdapat fakta bahwa pencahayaan alami pada bangunan rumah susun merupakan salah satu faktor penting bagi penghuninya, baik dari segi kesehatan dan kenyamanan visual. terdapat berbagai macam strategi untuk pengoptimalisasian pencahayaan alami pada bangunan berdasarkan studi literatur yang ada.