banyak digunakan dalam pengobatan akut dan jangka panjang dari asma bronkial, bronkitis kronis, emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik dengan

dokumen-dokumen yang mirip
/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

FORMULASI DAN UJI PELEPASAN FILM BUCCOADHESIVE TERBUTALIN SULFAT DENGAN POLIMER GELATIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

sehingga mebutuhkan frekuensi pemberian dosis yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Chien (1989) mengenai perbandingan antara nilai

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

FORMULASI DAN UJI PELEPASAN FILM BUCCOADHESIVE TERBUTALIN SULFAT DENGAN POLIMER CARBOMER

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

FORMULASI DAN UJI PELEPASAN FILM BUCCOADHESIVE ATENOLOL DENGAN POLIMER KARBOMER

Penghantaran obat secara transdermal dibuat dalam bentuk patch. Dimana patch terdiri dari berbagai komponen, namun komponen yang paling penting dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FARMAKOTERAPI ASMA. H M. Bakhriansyah Bagian Farmakologi FK UNLAM

UJI PELEPASAN SALBUTAMOL SULFAT DALAM SEDIAAN NASAL GEL IN-SITU DENGAN POLIMER CARBOPOL DAN XANTHAN GUM LUKAS ADI PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen [(3-benzophenyl)-propionic acid] adalah turunan asam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

SKRIPSI SANASHTRIA PRATIWI K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

PENGARUH HPMC DAN GLISEROL TERHADAP TRANSPOR TRANSDERMAL PROPRANOLOL HCl DALAM SEDIAAN MATRIKS PATCH DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

SISTEM PENGHANTARAN OBAT MELALUI VAGINA

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

Medication Errors - 2

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB I PENDAHULUAN. (compression coating). Sekarang salut film enterik telah banyak dikembangkan. dan larut dalam usus halus (Lachman, et al., 1994).

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak ditemui dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Dr. Masrul Basyar Sp.P (K)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk agglomerat dari

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya teknologi farmasi, penggunaan obat secara per oral dapat dikembangkan menjadi penggunaan obat secara buccal. Penggunaan obat pada buccal, merupakan rute alternatif dalam sistem penghantaran obat. Sistem ini relatif permeabel dengan saluran sistemik, sehingga penyampaian obat ke reseptor dapat berlangsung lebih cepat (Jasti, Marasanapalle and Li, 2005). Asma merupakan penyakit peradangan kronis yang umum pada saluran udara yang ditandai dengan gejala berulang, obstruksi aliran udara reversibel, dan bronkospasme. Asma adalah salah satu penyakit yang paling umum yang mempengaruhi manusia, dari 2%-10% populasi orang dewasa menderita asma atau gejala asma. Asma memiliki irama dan dalam persentase besar fungsi paru berkurang dari tengah malam sampai 8 jam. Dengan demikian, agen terapeutik yang ideal harus efektif dalam mencegah bronkospasme untuk 6-8 jam periode di mana sebagian besar orang tidur (Kumar and Shivakumar, 2006). Kebanyakan obat-obat asma dalam bentuk inhalasi (aerosol), yang termasuk dalam obat-obat asma dalam golongan agonis selektif reseptor β₂ (β₂-agonis) yaitu metaproterenol (orsiprenalin), salbutamol (albuterol), terbutalin, fenoterol, ritodrin, isoetarin, pirbuterol, bitolterol (Zunilda, 2007). Bentuk sediaan yang ada di pasaran yaitu dalam bentuk inhalasi adalah 0,2 mg/aerosol, oral adalah 2,5-5 mg tablet dan parenteral adalah 1 mg/ml injeksi (Katzung, 2001). Terbutalin termasuk dalam golongan agonis selektif reseptor β₂ (β₂-agonis). Terbutalin sulfat adalah agonis selektif β₂-adrenoreseptor 1

2 banyak digunakan dalam pengobatan akut dan jangka panjang dari asma bronkial, bronkitis kronis, emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik dengan hyperreactivity bronkial reversible. Terbutalin sulfat adalah bronchorelaxant short-acting yang dapat diberikan secara oral, parental atau inhalasi. Terbutalin sulfat mengalami first pass effect tinggi pada dinding usus dan hati sehingga memiliki bioavaibilitas hanya 15% (Borgstrom et al., 1989). Kadar plasma puncak adalah 1,2 mg/ml untuk setiap mg dari dosis oral, dicapai dalam waktu 2-3 jam. Pada pemberian melewati saluran nafas setelah inhalasi, hanya sekitar 10% - 20% dari dosis dihirup mencapai paru-paru dan sisanya ditelan. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk mengembangkan sistem penghantaran obat terkontrol yang dapat mengatasi first pass effect, mengurangi frekuensi dosis dan meningkatkan bioavaibilitas (Chidambaram and Srivatsava, 1995). Wilayah buccal, dalam rongga mulut, menawarkan rute alternatif untuk pengiriman obat sistemik. Penghantaran obat melalui buccal memerlukan penggunaan polimer mucoadhesive yang dapat menempel pada mucosa, menahan air liur, menahan gerakan lidah dan gerakan menelan untuk jangka waktu yang signifikan. Rute buccal dipilih karena aksebilitasnya baik, kekokohan epitelium, aktivitas enzimatik relatif rendah, kepatuhan pasien yang memuaskan, dan menghindari metabolisme first pass effect. Terbutalin sulfat mempunyai karakteristik yaitu Log P = 1,567; C pss = 0,002-0,006 µg/ml; V d = 1 L/kg; Cl r = 4 ml/min/kg; t 1/2 = 3 4 jam; ph 6,6; dosis 5-10 mg/cm 2 (dosis film terbutalin sulfat); kelarutan dalam air 213 mg/ml; titik leleh 255 o C; bobot molekul 548,65 g/mol (Sweetman, 2007; Moffat, 1986). Sedangkan karakteristik fisika kimia terbutalin sulfat adalah kelarutan dalam air dan buffer fosfat (ph 6,6) berturut-turut 2

3 252±0,12 g/l dan 239,27±0,325 g/l. Uji penyerapan terbutalin sulfat melalui bukal didapatkan 22,36%±0,24% (Kumar and Shivakumar, 2006). Polimer pada penghantaran buccoadhesive digunakan untuk pelepasan lambat atau terkendali. Pola pelepasan dan kinerja obat yang tergabung dalam sistem polimer tergantung pada jenis, sifat dan jumlah polimer dan sifat fisikokimia obat. Polimer buccoadhesive seperti carbopol 934P, carbopol 974P, hidroksi propil metilselulosa, eudragit, hidroksi propil selulosa dan chitosan. Film adalah bentuk sediaan yang terakhir dikembangkan untuk administrasi buccal. Film buccal lebih disukai daripada tablet dalam hal fleksibilitas dan kenyamanan. Film buccal yang ideal harus fleksibel, elastis, dan lembut, namun cukup kuat untuk menahan kerusakan akibat gerakan mulut. Selain itu, juga harus memiliki kekuatan bioadhesive yang baik untuk disimpan di mulut untuk durasi tindakan yang diinginkan (Jhonston, Chittchang and Miller, 2005) Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari kulit dan tulang-tulang hewan. Gelatin mempunyai sifat bioadhesive yang cukup baik sehingga dapat digunakan dalam sistem penghantaran mucoadhesive (Jhonston, Chittchang and Miller, 2005). Gelatin selama ini banyak digunakan dalam industri makanan dan farmasi. Dalam industri farmasi, gelatin biasanya dimanfaatkan sebagai drug delivery (Maddu et al., 2006). Sebagai bahan hidrogel, gelatin mengalami pembengkakan (swelling) ketika menyerap air, mampu menyerap air 5-10 kali bobotnya, membentuk gel pada suhu 35-40 o C dan larut dalam air panas. Uap air yang diserap oleh gelatin akan memasuki rongga-rongga didalam gelatin sehingga mengalami pembengkakan (swelling) (Maddu et al., 2006). Pada penelitian sebelumnya, polimer yang digunakan yaitu gelatin 4,5 % yang menunjukkan hasil yang maksimum. 3

4 Parameter-parameter yang menunjukkan hasil yang maksimum dalam penelitian ini adalah ph permukaan 6,73 sehingga diharapkan tidak akan mengiritasi mucosa bukal, pelepasan obat yang dihasilkan yaitu 88,4 %, folding endurance yang dihasilkan yaitu 325 dan adhesion time yang dihasilkan 268 menit (Khairnar et al., 2009). Mortazavi dan Aboofazeli (2000) menyatakan bahwa gelatin berfungsi sebagai polimer. Dalam sediaan film buccoadhesive gliserin dapat berfungsi sebagai plasticizer dari polimer gelatin (Kibbe, 2000). Gliserin dapat meningkatkan elastisitas dari suatu film. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa larutan gliserin berfungsi sebagai plasticizer dan fleksibilitas film (Mortazavi dan Aboofazeli, 2000). Pada penelitian sebelumnya, plasticizer yang digunakan yaitu gliserin 10 %. Hasil parameter yang baik ditunjukkan pada folding endurance yang dihasilkan yaitu 185±3,51, swelling index yang dihasilkan yaitu 53,91, adhesion time yang dihasilkan yaitu 230,66±9,01 (Bhaja et al., 2010). Metode yang digunakan untuk konsentrasi yang tepat dari polimer matriks dan plasticizer menggunakan factorial design. Faktor yang diamati yaitu gelatin dan gliserin. Konsentrasi gelatin yang digunakan yaitu 5 % dan 10 %, sedangkan konsentrasi gliserin yang digunakan yaitu 4 % dan 8 %. Factorial design yang dihasilkan yaitu 2 2 (4 formula). Respon yang diamati pada factorial design dengan program Design Expert adalah swelling index, adhesion time dan uji pelepasan terbutalin sulfat. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh konsentrasi gelatin sebagai matriks dan gliserin sebagai plasticizer terhadap mutu fisik film buccoadhesive dan pelepasan terbutalin sulfat serta berapakah konsentrasi gelatin dan gliserin yang dapat memberikan hasil mutu fisik dan pelepasan terbutalin sulfat yang optimum. 4

5 Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi gelatin sebagai matriks dan gliserin sebagai plasticizer terhadap mutu fisik film buccoadhesive dan pelepasan terbutalin sulfat serta konsentrasi gelatin dan gliserin yang dapat memberikan hasil mutu fisik dan pelepasan terbutalin sulfat yang optimum. Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh dari konsentrasi gelatin sebagai matriks dan gliserin sebagai plasticizer terhadap mutu fisik dan pelepasan terbutalin sulfat dalam sediaan film buccoadhesive. Berdasarkan persamaan polinomial yang diperoleh untuk masing-masing parameter secara teoritis dapat ditentukan suatu kondisi uji optimum. Penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan manfaat berupa pengembangan sediaan farmasi khususnya film boccoadhesive serta membantu dalam mendapatkan efek maksimal dari terbutalin sulfat dan tidak mengurangi rasa nyaman pada pasien dalam menggunakan sediaan film tersebut. 5