VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
111. POLA OPTIMAL PEMABARAN XARET INDONESIA

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

2. Penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang lebih

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

A. peranan Komoditas Karet Dalam Perekonomian Nasional

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

tingkat inflasi dunia, perubahan dalam ekspektasi konsumen dan meningkatnya ketidakpastian dalam permintaan karet dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

I. PENDAHULUAN. ini adalah industri pulp dan kertas. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

pennasalahan-permasalahan yang diteliti.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

terhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

l. PENDAHULUAN Karel alam adalah salah satu komoditi perkebunan yang stralegis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

Pe n g e m b a n g a n

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha percepatan pembangunan ekonomi, industrialisasi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

Transkripsi:

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN I Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap berbagai data dan informasi yang dikumpulkan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pangsa TSR Indonesia terus meningkat, sedangkan bahan olah karet yang digunakan untuk memproduksi jenis mutu karet tersebut tidak banyak mengalami perubahan. Dengan demikian ekspor TSR Indonesia masih tetap didominasi oleh TSR kualitas rendah yang sebagian besar dipasarkan ke Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan respons yang rendah dari sektor produksi dan ekspor karet Indonesia terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar karet alam dunia akibat perkembangan teknologi industri barang jadi karet. 2. Ada kecenderungan bahwa teknologi yang digunakan dalam industri barang jadi karet mengalami perubahan, yang paling tidak dapat digambarkan oleh semakin tingginya pangsa produksi dan penggunaan ban radial serta ban * dengan kualitas yang tinggi (high performance tire) di beberapa negara industri utama, seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Jepang. Bahkan di Eropa Barat proses radialisasi tersebut telah hampir tuntas karena

pangsanya telah mendekati 100%. Teknologi ban radial ini secara proporsional lebih banyak menggunakan karet alam dibandingkan dengan penggunaan karet alam di dalam 6 ban konvensional (non-radial), di mana karet alam yang diperlukan oleh teknologi yang semakin meningkat adalah dari jenis yang baik, yaitu dalam ha1 memenuhi persyaratan teknis, konsistensi, dan harganya bersaing. 3. Struktur ekspor karet alam Indonesia yang semakin didominasi oleh jenis mutu TSR, terutama TSR dengan kualitas yang rendah, tidak sejalan dengan perkembangan permintaan dunia yang mengarah ke penggunaan karet alam dengan kualitas lebih baik. Sehingga secara terus menerus rata-rata nilai ekspor karet alam Indonesia lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata nilai ekspor karet alam dari Malaysia dan Thailand. 4. Pangsa TSR Indonesia sangat dipengaruhi oleh rasio harga antara TSR dengan karet konvensional, baik rasio harga di pasaran London maupun di Kuala Lumpur. Koefisien rasio harga yang positif menunjukkan bahwa jika rasio harga TSR dengan karet karet konvensional di pasaran mengalami peningkatan maka pangsa TSR Indonesia akan semakin meningkat, atau sebaliknya. )I: 5. Pengaruh yang sangat nyata dan negatif dari proses radialisasi yang terjadi di Amerika Serikat, yang ditunjukkan oleh pangsa produksi ban radial baik untuk

6 jenis ban penumpang maupun ban secara keseluruhan, / menunjukkan bahwa jika radialisasi di negara tersebut semakin tinggi maka pangsa TSR Indonesia akan menurun. Perubahan teknologi yang memberikan pengaruh sebaliknya ini sejalan dengan kenyataan secara teknis, bahwa adanya perubahan teknologi dalam industri ban semakin memerlukan bahan mentah dengan kualitas yang tinggi. Sedangkan kualitas TSR Indonesia relatif tidak berkembang ke arah yang meningkat. Dengan demikian jika teknologi industri ban terus meningkat sedangkan kualitas TSR Indonesia tidak mengalami perubahan, maka lama kelamaan pangsa TSR Indonesia akan semakin menurun, dan dampak lebih lanjut adalah pangsa karet Indonesia secara keseluruhan juga akan menurun. alam 6. Perkembangan radialisasi dalam industri ban di Jepang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pangsa TSR Indonesia. Hal ini pisebabkan pangsa impor karet alam Jepang yang berasal dari Indonesia masih relatif kecil, sehingga ekspor Indonesia tidak mempunyai ketergantungan dengan industri barang jadi karet di Jepang. Namun demikian pangsa impor karet alam dari Indonesia yang semakin meningkat secara empiris menunjukkan peluang bahwa ekspor karet Indonesia juga * akan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dalam industri barang jadi karet di Jepang.

7. Malaysia sebagai negara yang pertama kali mengintroduksi 6 produksi karet spesifikasi teknis (TSR), pada saat ini pangsa dan pertumbuhan ekspor TSR-nya lebih rendah jika dibandingkan dengan pangsa dan pertumbuhan ekspor TSR Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya keseimbangan antara berbagai jenis mutu karet yang diproduksi, sehingga struktur ekspornya pun relatif lebih baik dan responsif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasaran dunia. Pasaran ekspor karetnya tersebar hampir merata ke negara-negara Eropa Barat, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Cina, dan negara lainnya, sehingga negara ini relatif tidak mempunyai ketergantungan yang mutlak terhadap perkembangan industri pemakai di suatu negara. 8. Kualitas TSR Malaysia yang lebih baik dibandingkan dengan TSR Indonesia adalah sebagai akibat dari pola produksi bahan olah karetnya yang jauh lebih baik. Hal inilah yang memungkinkan tingginya fleksibilitas dalam memproduksi bahan mentah karet dengan kualitas yang lebih baik sehingga harga rata-rata yang diterima dari ekspor karetnya selalu lebih tinggi dari harga rata-rata yang diterima Indonesia. Namun demikian negara ini mempunyai berbagai kendala, terutama dalam ha1 '' sumberdaya lahan dan tenaga kerja yang terbatas persediaannya, sehingga harga pokok dari bahan olah dan bahan mentah karet yang dihasilkannya tinggi. relatif

9. Pangsa TSR Malaysia secara sangat nyata dipengaruhi oleh berbagai peubah yang digunakan. Rasio harga TSR dengan 6 karet konvesional di Kuala Lumpur memberikan pengaruh yang sangat nyata dan positif terhadap pangsa TSR-nya. Berarti bahwa kenaikan rasio harga tersebut dapat.meningkatkan pangsa TSR negara ini. lo. Pengaruh yang nyata dan positif dari teknologi industri ban radial di Inggeris memberikan arti bahwa jika radialisasi di Inggeris meningkat maka permintaan pangsa TSR Malaysia juga akan meningkat. Peningkatan pangsa TSR Malaysia yang sejalan dengan proses radialisasi tersebut menunjukkan bahwa walaupun industri ban radial memerlukan bahan mentah dengan kualitas yang baik, maka berbagai persyaratan yang diperlukan industri tersebut tetap dapat dipenuhi oleh TSR Malaysia yang kualitasnya baik. 11. Pengaruh positif dari perkembangan radialisasi terhadap pangsa TSR Malaysia yang berbeda dengan pengaruh negatif terhadap pangsa TSR Indonesia, merupakan salah satu indikasi bahwa walaupun radialisasi dalam ban otomotif terus berkembang, peningkatan produksi TSR tetap dapat dilaksanakan, dengan syarat bahwa TSR yang diproduksi * tersebut mempunyai kualitas yang cocok dengan teknologi yang digunakan dalam industri ban radial.

12. Perkembangan teknologi radialisasi di Jepang yang i berpengaruh nyata dan positif terhadap pangsa TSR Malaysia mencerminkan bahwa Jepang secara perlahan tetapi pasti semakin meningkatkan konsumsi karet jenis mutu TSR, walaupun TSR yang dikonsumsinya adalah terdiri dari kualitas yang baik. Dengan demikian Indonesia dapat meningkatkan ekspor TSR-nya ke Jepang, terutama untuk TSR yang berasal dari daerah-daerah yang selama ini menjadi langganan negara ini. 13. Thailand yang merupakan produsen utama karet konvensional, sebagian besar hasil produksinya diekspor ke Jepang, sehingga negara ini mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap perkembangan industri di Jepang. Tetapi karena industri ban-radial di Jepang mayoritas menggunakan karet konvensional, maka perkembangannya tidak mempengaruhi pangsa ekspor TSR Thailand. Artinya perubahan teknologi yang terjadi dalam industri ban di Jepang selalu dapat direspon oleh industri karet Thailand, kecuali jika ada perubahan pangsa konsumsi TSR dalam industri ban di Jepang maka Thailand akan menghadapi masalah persaingan dalam pasar Jepang yang secara perlahan diambil alih oleh Malaysia atau Indonesia. * 8 14. Dengan komposisi areal optimal yang hanya sedikit mengalami peningkatan dan produktifitas yang tidak banyak berubah, tingkat produksi optimal perkebunan

karet Indonesia tidak banyak mengalami peningkatan. Pola perkebunan karet yang optimal yang tidak banyak berbeda dengan pola perkebunan yang ada baik dalam ha1 komposisi pengusahaan maupun lokasinya menunjukkan banyaknya kendala yang sebenarnya dihadapi jika ingin mengadakan E perubahan-perubahan. 15. Daerah-daerah yang mempunyai areal perkebunan negara atau perkebunan swasta cukup besar mempunyai pola produksi bahan olah yang lebih fleksibel, dalam arti adanya perubahan permintaan terhadap suatu jenis produk bahan mentah dapat cepat diantisipasinya sehingga produk bahan mentah yang dihasilkan dapat segera disesuaikan dengan permintaan tersebut. Adanya perbedaan harga yang cukup menarik dan fleksibilitas yang dimiliki dalam berproduksi mengakibatkan bahan olah yang dihasilkan di daerah-daerah tersebut sebagian besar mampu untuk diolah menjadi karet konvensional, dan sisanya dijadikan lateks pekat. 16. Produksi optimal dari barang jadi karet terdiri dari 115.803 ton ban, 159.783 ton sepatu karet, dan 1.478 ton sarung tangan karet. Peningkatan yang cukup tajam dialami oleh industri sepatu dan sarung tangan karet -: karena melonjaknya investasi yang dilakukan dalam kedua industri barang jadi tersebut, pada tahun 1989. Namun demikian tidak terdapat relokasi dari industri barang jadi ini di dalam negeri, sehingga lokasi dari

barang jadi tersebut tetap terletak di Jawa Barat, DKI. Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan sedikit di Sumatera Selatan. 17. Adanya perubahan tingkat harga yang berbeda antara bahan 6 mentah yang diekspor tidak bisa secara cepat mengubah struktur ekspor bahan mentah suatu negara, karena perubahan dalam struktur produksi tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Selain berkaitan erat dengan investasi yang sudah ditanamkan dalam masing-masing industri pengolahan bahan mentah tersebut, juga karena adanya kekakuan (rigiditas) dalam ketersediaan bahan olah karet yang akan digunakan sebagai bahan bakunya. 18. Adanya kenaikan dan perubahan struktur volume ekspor karet optimal dibandingkan dengan realisasi ekspornya mengakibatkan kenaikan nilai devisa yang dihasilkan. Jika kenaikan volumenya secara keseluruhan hanya mencapai 2,79% maka nilai ekspornya naik dengan persentase yang lebih tinggi, yaitu mencapai 8,0%, yang berarti peran dari perubahan struktur ekspor dalam kenaikan nilai ekspor lebih besar dari peran perubahan volume ekspornya. Tetapi jika kenaikan volume ekspor yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan harga di *: pasaran internasional, yang justru akan menurunkan penerimaan devisa. Sedangkan perubahan struktur dari jenis mutu karet yang diekspor secara pasti akan meningkatkan perolehan devisa, dengan syarat bahwa

perubahan tersebut harus disesuaikan dengan permintaan 6 pasarnya. Hanya masalahnya adalah adanya perubahan struktur tersebut harus disertai dengan peningkatan kemampuan untuk memasarkan hasil produksi bahan mentah itu di pasaran dunia, baik di pasaran tradisional maupun di pasaran yang baru berkembang. 19. Peran dari barang jadi karet di dalam perekonomian nasional yang relatif kecil akan mengalami peningkatan jika pola optimal yang dihasilkan menjadi kenyataan. Dalam pola optimal produksi ban kendaraan, sepatu, dan sarung tangan karet masing-masing meningkat cukup besar, yaitu 74,49% untuk ban, 630,38% untuk sepatu, dan 277,7% untuk sarung tangan karet. Kenaikan yang besar pada ekspor sepatu dan sarung tangan karet disebabkan kenaikan yang pesat dalam produksinya sebagai akibat investasi yang meningkat secara besar-besaran dalam tahun 1989. Di samping itu cukup banyaknya investasi dalam industri sepatu yang hasil produksinya dikhususkan untuk tujuan ekspor.

SARAN Berdasarkan beberapa kesimpulan dari hasil analisa seperti diuraikan 'terdahulu maka nampak bahwa terdapat E masalah-masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya agar sektor perkaretan secara ekonomi dapat memberikan manfaat yang optimal. Untuk itu berikut ini akan dikemukakan beberapa rekomendasi yang kiranya dapat dijadikan bahan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. 1. Dengan kenyataan bahwa terdapat perubahan teknologi dalam industri barang jadi karet yang dapat mempengaruhi struktur pasar karet alam, maka struktur produksi karet Indonesia perlu disesuaikan dengan perubahan-perubahan tersebut. Pola optimal dengan areal perkebunan karet rakyat yang paling luas menyebabkan kenaikan produksi bahan olah karet yang tidak banyak artinya. Oleh karena itu usaha peningkatan produktifitas dari perkebunan karet rakyat adalah menjadi prioritas utama. 2. Peningkatan hasil produksi bahan olah karet lebih optimal jika dilakukan dengan kombinasi antara perluasan areal dan peningkatan produktivitas perkebunan rakyat yang mengikuti pola-pola proyek, seperti PPKR dan PIR. *? Peremajaan yang dilakukan terhadap perkebunan rakyat tidak mungkin dilakukan secara cepat mengingat berbagai hambatan yang mungkin dihadapi, antara lain keengganan dari petani sendiri untuk melakukannya karena sifat

monokultur usahanya serta harga yang tidak merangsang. Keterbatasan kemampuan untuk penyediaan biaya pembukaan areal baru tersebut dapat diusahakan dengan mengalokasikan pinjaman-pinjaman lunak yang berasal dari lembaga-lembaga keuangan internasional, atau dengan lebih banyak melibatkan pihak swasta. 6 3. Untuk menunjang pola optimal industri bahan mentah yang lebih berat ke karet konvensional, maka konversi dari industri pengolahan TSR ke industri karet konvensional dapat dilaksanakan secara bertahap, menggunakan bahan baku dari perkebunan karet rakyat yang mengikuti pola proyek atau yang baru dibuka. Untuk itu diperlukan relokasi pabrik pengolahan bahan mentah dari kawasan yang dekat perkotaan atau pelabuhan ke kawasan dekat dengan pusat-pusat perkebunan rakyat tersebut. Ditemukannya suatu pola yang efisien di dalam pengumpulan bahan olah karet rakyat akan membantu terlaksananya relokasi pabrik. Di samping itu agar rakyat peserta proyek terangsang untuk menghasilkan bahan olah yang cocok untuk industri pengolahan karet konvensional, perlu perbaikan sistim pembayarannya. 4. Adanya perubahan dalam struktur produksi bahan olah dan *: bahan mentah karet sekaligus akan mengubah struktur pemasarannya. Untuk itu perlu dijajagi dan diadakan pendekatan sejak dini pasar-pasar mana saja yang memang memerlukan bahan mentah dengan kualitas tinggi, seperti

karet konvensional dan TSR dengan bahan olah baik, yang secara bertahap dapat diproduksi Indonesia. Jika negaranegara industri maju mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi karet dengan kualitas baik, maka masih adanya TSR dengan bahan olah jelek dari perkebunan rakyat yang masih sulit diubah pola produksinya, dapat 8 dipasarkan ke negara-negara sedang berkembang dan Eropa Timur yang merupakan pasaran baru bagi karet Indonesia. 5, Perkembangan permintaan terhadap barang jadi karet yang semakin meningkat, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, sudah terlihat diantisipasi oleh peningkatan produksi dan ekspor barang jadi karet Indonesia dalam waktu-waktu terakhir ini. Tetapi dorongan untuk peningkatan produksi dan ekspor barang jadi ini akan semakin dirasakan jika terus ditingkatkan penciptaan ilkim investasi yang menarik para investor, terutama dalam ha1 tersedianya sarana dan prasarana. Thailand yang merupakan pesaing potensial dalam pengembangan industri karet ini telah berhasil menarik para investor asing dengan menciptakan berbagai kemudahan dan rangsangan, sehingga perkembangan investasinya relatif besar. 5.r TJ ntuk mengatasi berbagai masalah dalam sektor perkaretan Indonesia nampak belum dilakukan dengan kordinasi yang baik, sehingga masalah yang sudah muncul sejak lama dalam ha1 kualitas bahan olah karet saja tidak bisa

diatasi secara tuntas. Komunikasi antar pihak yang terkait dan berkepentingan memerlukan suatu wadah yang 8 dapat memberikan kebebasan yang lebih besar di dalam mengemukakan pendapat. Jika di Jepang saja yang bukan merupakan produsen karet alam mempunyai apa yang dinamakan Masyarakat Perkaretan Jepang, maka di Indonesia yang merupakan produsen utama karet alam sudah sewajarnya dibentuk lembaga seperti itu. Fungsi lembaga ini merupakan wadah untuk bertukar fikiran antar berbagai pihak, baik dari kalangan pengusaha, pemerintah, perguruan tinggi, maupun masyarakat umum, Jika prakarsa mendirikan wadah tersebut sulit diharapkan muncul dari masyarakat umum, maka pemerintah atau pihak dunia usaha (KADIN) dapat memprakarsainya untuk pembentukan wadah tersebut.