BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis. masa

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tengah

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau adolescence adalah waktu terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. mereka dan membangun citra tubuh atau body image). Pada umumnya remaja putri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Citra tubuh (body image) merupakan persepsi dinamis dari tubuh seseorang

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. di DIY memiliki proporsi sebesar 42,1% untuk perilaku sedentari <3 jam,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. ketidakcocokan antara tuntutan fisiologis dan psikologis berdasarkan situasi dari

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN PERILAKU DIET DENGAN OVERWEIGHT PADA REMAJA DI SMA KATOLIK MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight/obesitas merupakan akar dari berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler yang saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang utama di Indonesia dan diperkirakan akan meledak di tahun 2020. Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan utama, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi obesitas meningkat antara tahun 1999-2000 dan 2007-2008 (Ogden et al., 2010). Menurut data 2007-2008 yang diperoleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa 16,9% anak-anak dan remaja yang berumur 2-19 tahun mengalami obesitas. Remaja yang mengalami obesitas cenderung menjadi obesitas pada saat dewasa (Freedman et al., 2001) dan lebih berisiko menimbulkan masalah kesehatan seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, beberapa jenis kanker, dan osteoarthritis (Office of the Surgeon General, 2010). Selain itu akibat lain yang ditimbulkan yaitu mempunyai risiko yang lebih besar mengalami masalah tulang dan sendi, sleep apnea, dan masalah sosial serta psikologis seperti stigmatisasi dan rendahnya kepercayaan diri (Daniels et al., 2005 dan Dietz, 2004). Menurut data Riskesdas tahun 2010 prevalensi nasional gemuk pada usia 13-15 tahun adalah 2,5% sedangkan Provinsi DI Yogyakarta 2,6%. Secara nasional, prevalensi kegemukan pada remaja usia 16-18 tahun sebesar 1,4% sedangkan provinsi D.I.Yogyakarta 4,1%. Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam lima belas provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan pada anak usia 13-15 tahun diatas prevalensi nasional (Kemenkes, 2010). Prevalensi kegemukan secara nasional pada remaja usia 16-18 tahun meningkat di tahun 2013. Dari data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gemuk nasional pada remaja usia 16-18 tahun sebanyak 7,3% (5,7% overweight dan 1,6% obesitas) dan prevalensi overweight di DIY sebesar 7,2% dan obesitas sebesar 2,6%. Prevalensi gemuk pada remaja usia 16-18 tahun di Provinsi DIY termasuk dalam lima belas besar 1

2 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk pada remaja usia 16-18 tahun diatas prevalensi nasional (Kemenkes, 2013). Remaja adalah periode transisi yang melibatkan perubahan fisiologis, psikologis, dan sosial yang dapat berkontribusi terhadap pengembangan ke arah kelebihan berat badan atau obesitas. Sejumlah faktor predisposisi telah diidentifikasi, yang mencakup disposisi genetik, diet, aktivitas fisik, dan faktor lingkungan. Faktor genetik dan metabolik membuat pondasi dasar di mana budaya, faktor lingkungan dan sosial tergabung untuk menentukan berat badan. Karena akar dari obesitas pada dewasa dan dampak berikutnya pada morbiditas ditetapkan pada masa anak-anak, identifikasi awal faktor risiko, akan berhubungan dan menghasilkan implikasi penting bagi kesehatan masyarakat (Wan et al., 2004). Pada masa remaja terjadi perubahan fisik, biologis, dan kognitif yang cepat dan drastis. Perubahan yang cepat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Remaja sering merasa tidak puas dengan body image/citra tubuh dan ingin untuk mengubah tubuh mereka, terutama menurunkan berat badan. Remaja overweight dan obese lebih sering merasa tidak puas dengan citra tubuh mereka dan self-esteem/harga diri yang rendah. Mereka berisiko berkembang menjadi depresi dan mungkin remaja yang obese lebih sulit untuk mempunyai teman baru (Setas, 2009). Penelitian di negara-negara maju menunjukkan bahwa tidak hanya beberapa orang dengan status gizi underweight yang merasa bahwa mereka gemuk (Pritchard et al., 1997), tetapi juga banyak orang dengan status gizi obesitas tidak menyadari bahwa berat badan mereka terlalu tinggi (Wardle dan Griffith, 2001; Wardle dan Johnson, 2002; Chang dan Christakis, 2003). Meland et al. (2007) menyatakan bahwa perempuan lebih tidak puas dengan citra tubuh, 39% berpikir bahwa mereka gemuk, 68% ingin mengubah tubuhnya tetapi 57% mengatakan bahwa mereka tidak sedang dalam diet. Ozmen et al. (2007) menemukan bahwa 47,2% remaja merasa tidak puas dengan citra tubuh mereka dan 10,1% dari mereka mengalami overweight/obese. Pada penelitian Ozmen et al. (2007) ada 7,7% perempuan yang overweight dan 1,1% yang mengalami

3 obesitas, tetapi 22,7% perempuan mengklasifikasikan diri mereka gemuk. Hasil penelitian Ozmen et al. (2007) menunjukkan bahwa perempuan yang berstatus gizi normal atau underweight menganggap diri mereka gemuk. Body image/citra tubuh memainkan peranan penting pada manajemen berat badan, terutama di kalangan remaja putri. Tingginya insiden ketidakpuasan tubuh pada remaja putri dilaporkan berulang-ulang di beberapa studi (Cooper dan Goodyear, 1997; Pritchard et al., 1997). Penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya usia, maka prevalensi bentuk tubuh dan perhatian terhadap berat badan selama remaja meningkat dari 1 di antara 10 remaja di usia 11 tahun menjadi 1 di antara 5 remaja di usia 15-16 tahun (Cooper dan Goodyear, 1997). Meskipun data epidemiologi koheren yang menghubungkan obesitas dengan depresi di kalangan remaja terbatas, terdapat bukti dari literatur yang menunjukkan bahwa efek utama dari obesitas adalah tidak langsung. Artinya, hubungan antara obesitas dengan depresi dapat dimediasi oleh faktor lain. Salah satu faktor tersebut adalah citra tubuh, khususnya berat yang dirasakan dan kepuasan terhadap tubuhnya. Studi longitudinal menunjukkan bahwa citra tubuh yang buruk berhubungan dengan tekanan psikologi yang lebih besar, makan yang tidak teratur, binge eating, dan aktivitas fisik serta konsumsi buah dan sayur yang lebih sedikit (Roberts et al., 2013). Neumark-Sztainer et al. (2007) melaporkan bahwa citra tubuh yang buruk adalah salah satu calon prediktor terkuat obesitas, binge eating, dan perilaku pengontrolan berat badan yang ekstrim. Keinginan bentuk tubuh yang tidak sesuai mungkin mempengaruhi individu untuk penurunan berat badan yang tidak sehat (Cheung et al., 2011). Di negara maju, tubuh kurus adalah yang ideal dan disukai di kalangan perempuan (Emslie et al., 2001), namun di negara berkembang, tubuh berat lebih diinginkan meskipun ada pergeseran ke arah tubuh kurus antara orang-orang dari kelas yang lebih tinggi di negara-negara di Timur Tengah (Khawaja dan Afifi-Soweid, 2004). Rasa takut menjadi gemuk lebih banyak terjadi pada perempuan daripada pria, dan hal ini menjelaskan mengapa upaya melangsingkan tubuh biasanya dipandang sebagai persoalan perempuan (Flynn, Mary AT dalam Gibney, Michael et al., 2008). Persepsi diri tentang berat badan adalah salah satu faktor yang memotivasi

4 perilaku pengendalian berat badan (Desmond et al dalam Agrawal et al., 2012). Persepsi yang akurat terhadap berat badan memungkinkan perilaku pengendalian berat badan yang tepat (Lynch et al., 2009 dan Wang et al., 2009). Sebaliknya, meremehkan berat badan dikaitkan dengan peningkatan risiko menjadi overweight (Al-Sendi et al., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Hassapidou dan Papadopoulou (2006) menunjukkan tingginya presentase remaja yang ingin menurunkan berat badan (35,9%). Markey et al. (2005) menyatakan bahwa wanita yang relatif berat kurang puas dengan tubuh mereka dan lebih mungkin melakukan diet dibandingkan dengan wanita yang relatif ramping. Hasil yang serupa juga dikemukakan oleh Darani (2013) bahwa wanita overweight dan mempunyai kepuasan tubuh yang rendah mengikuti diet. Hasil dari penelitian Darani (2013) menunjukkan bahwa 41,7% dari wanita kurus atau berstatus gizi normal ingin menurunkan berat badan. Jadi, wanita lebih memilih menjadi kurus daripada menjadi gemuk atau bahkan berat badan normal sekalipun. Dari pemaparan di atas, beberapa masalah persepsi dan perilaku remaja ditemukan. Persepsi citra tubuh negatif banyak terjadi pada remaja dengan status gizi normal bahkan underweight dan tidak sedikit remaja yang berstatus gizi lebih/overweight mempunya citra tubuh yang positif. Pemilihan subjek pada perempuan karena tingginya ketidakpuasan tubuh diikuti dengan pubertas dan karena tekanan socio-cultural yang lebih besar pada penampilan dan bentuk tubuh tubuh yang kurus pada perempuan. Subjek lebih difokuskan pada remaja karena untuk menginvestigasi kepuasan tubuh karena eating disorders muncul segera setelah pubertas dan berlangsung selama masa-masa SMP-SMA (Bayyari, 2010). Untuk itu perlu pengkajian lebih lanjut lagi untuk mengetahui hubungan citra tubuh dengan pengontrolan berat badan dan status overweight di antara remaja putri SMA Kota Yogyakarta dengan memperhatikan asupan energi dan aktivitas fisiknya. Metode yang digunakan untuk mengukur asupan energi adalah multiple recall 24 jam yang memiliki reliabilitas lebih baik dibandingna dengan metode food frequency questionnaire dan metode food records.

5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara status overweight dengan citra tubuh pada remaja putri SMA Kota Yogyakarta? 2. Apakah ada hubungan antara citra tubuh dengan pengontrolan berat badan pada remaja putri SMA Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara status overweight dengan citra tubuh pada remaja putri SMA Kota Yogyakarta 2. Untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan pengontrolan berat badan pada remaja putri SMA Kota Yogyakarta D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis Manfaat penelitian ini bagi pemerintah daerah adalah tersedianya data mengenai status gizi remaja SMA Kota Yogyakarta dan tentang citra tubuh remaja putri sehingga dapat menjadi masukan untuk memberikan pengetahuan tentang citra tubuh yang benar kepada remaja putri menyesuaikan usia serta status gizi berdasarkan umur. 2. Manfaat ilmiah Manfaat ilmiah penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian serupa, yaitu mencari hubungan kausal antara citra tubuh dengan pengontrolan berat badan dan status overweight dengan dengan menggunakan design longitudinal study dengan memasukkan variabel pengaruh lingkungan seperti keluarga, teman, dan media.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Tarigan (2005) dengan judul hubungan citra tubuh dengan status obesitas, aktivitas fisik dan asupan energi remaja SLTP di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Tujuan untuk mengetahui hubungan antara citra tubuh dengan status obesitas, aktifitas fisik, dan asupan energi remaja SLTP di Kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Metode penelitian Tarigan (2005) adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (Indept Interview). Pada hipotesis pertama, variabel bebas adalah status obesitas dan variabel terikat adalah citra tubuh. Pada hipotesis kedua dan ketiga variabel bebas adalah citra tubuh dan variabel terikat adalah aktivitas fisik dan asupan energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakpuasan citra tubuh berbeda secara bermakna antara remaja obes dengan tidak obes (p<0,001). Ada hubungan yang terbalik antara status ketidakpuasan citra tubuh remaja dengan aktifitas fisik berat. Remaja obes yang tidak puas mempunyai aktivitas berat yang lebih sedikit daripada remaja yang puas. 2. Penelitian Lefaan (2012) dengan judul hubungan antara faktor lingkungan, citra tubuh, dan diet penurunan berat badan pada remaja putri di SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. Tujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan, citra tubuh, dan diet penurunan berat badan pada remaja putri di SMA di Distrik Abepura Kota Jayapura. Metode yang digunakan pada tahap pertama yaitu survey untuk mengidentifikasi remaja putri yang berdiet dan tidak berdiet adalah cross sectional. Pada tahap pertama variabel bebas adalah faktor lingkungan dan variabel terikat adalah citra tubuh. Kemudian pada tahap kedua, jenis penelitian rancangan yang digunakan adalah kasus kontrol. Pada tahap kedua, variabel bebas adalah citra tubuh, sedangkan variabel terikat adalah diet penurunan berat badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran keluarga dengan citra tubuh, ada hubungan antara peran teman sebaya dengan citra tubuh, ada hubungan antara peran media massa dengan citra

7 tubuh dan citra tubuh yang negatif merupakan salah satu faktor risiko utama bagi seorang remaja putri untuk melakukan diet penurunan berat badan. 3. Penelitian Suka et al. (2006) yang berjudul body image, body satisfaction and dieting behavior in japanese preadolescents: The Toyama birth cohort study. Tujuan penelitian adalah untuk menguji hubungan antara citra tubuh, kepuasan tubuh, dan perilaku berdiet dalam konteks pubertas pada remaja Jepang. Metode yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel laki-laki dan perempuan berusia 12-13 tahun. Variabel bebas adalah citra tubuh dan kepuasan tubuh. Variabel terikat adalah perilaku diet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku diet pada pre-remaja di Jepang berhubungan dengan persepsi gemuk yang mereka rasakan dan ingin menjadi lebih kurus. Perubahan pubertas berhubungan signifikan dengan perilaku diet, namun hubungannya dengan citra tubuh dan kepuasan tubuh berbeda menurut jenis kelamin. Pada laki-laki, mereka yang menganggap dirinya gemuk lebih sering teramati pada mereka tanpa perubahan pubertas, sedangkan pada perempuan, mereka yang ingin lebih kurus lebih sering ditemukan pada mereka dengan perubahan pubertas. Perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah terdapat pada variabel bebas yaitu citra tubuh dan variabel terikat.yaitu pengontrolan berat badan. 4. Penelitian Lynch (2008) yang berjudul the relationship between body size perception and change in the body mass index over 13 years. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui hubungan persepsi ukuran tubuh dan perubahan berat badan selama lebih dari 13 tahun pada dewasa muda 18-30 tahun. Metode yang digunakan adalah studi longitudinal. Variabel bebas adalah persepsi ukuran tubuh. Variabel terikat adalah perubahan IMT. Wanita obese yang menganggap ukuran tubuhnya sangat besar mengalami kenaikan berat badan yang lebih sedikit tiap tahunnya dibandingkan mereka yang menganggap ukuran tubuhnya sedikit lebih besar. Wanita obese yang menganggap overweight sebagai bentuk tubuh ideal bagi mereka, mengalami kenaikan berat badan yang lebih sedikit tiap

8 tahunnya dibandingkan dengan yang menganggap normal sebagai bentuk tubuh ideal bagi mereka. Dari beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan saya lakukan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dari penelitian sebelumnya adalah meneliti mengenai citra tubuh dan menggunakan metode penelitian cross sectional. Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah adanya pengukuran pengontrolan berat badan, menghubungkan antara citra tubuh dengan status overweight dan pengontrolan berat badan, dan usia subjek penelitian dan lokasi penelitian.