BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan, yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui upaya promotif dan preventif. Meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya ditandai oleh adanya penduduk yang hidup dengan perilaku sehat dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia dimana hal tersebut merupakan tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 (Depkes RI, 2009). Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Hal ini juga termasuk dalam tingkat fungsional dan/atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara implisit manusia. Sedangkan pengertian kesehatan menurut WHO (1947) adalah, bahwa pengertian kesehatan sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Dalam UU RI No.36 tahun 2009, BAB 1 Pasal 1 Ayat 1, disebutkan kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (RPJPK, 2009). Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 mendatang adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 70,7 tahun pada tahun 2008 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025 (Kemenkokesra, 2010). 1
2 Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2005, tercatat jumlah penduduk lansia (60 tahun ke atas) di Indonesia sebanyak lebih dari 15 juta jiwa (tidak termasuk NAD dan Nias) atau sekitar 7% dari total penduduk (BPS, 2005). Dari jumlah tersebut, angka perempuan lansia ternyata lebih banyak dibandingkan laki-laki, yaitu dengan Umur Harapan Hidup (UHH) perempuan 70,2 tahun dan laki-laki 66,2 tahun pada tahun 2005 (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, 2010). Dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk perempuan lansia akan meningkat menjadi 30 juta atau 11,5% dari total penduduk (Depkes RI, 2005). Data statistik tersebut diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lansia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan dan dengan meningkatnya umur harapan hidup dapat meningkatkan populasi perempuan menopause di Indonesia Tidak luput dari masalah kesehatan, keluhan yang akan dialami oleh setiap wanita menjelang usia lanjut yaitu menopause yang akan berdampak pada keseimbangan tubuhnya. Jumlah populasinya yang lebih dari 50% menjadikan seorang wanita merupakan mahkluk istimewa yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Perhatian dunia kesehatan meningkat secara relevan dalam dekade terakhir ini, terutama pada problem kesehatan yang sering dialami wanita. Problem, peran dan fungsi biologis dapat beresiko mempengaruhi kesehatan wanita. Fungsi biologis seperti perubahan hormon dan menopause adalah salah satunya. Dalam pertumbuhannya sebagai seorang perempuan, menopause merupakan hal yang secara alamiah akan dialami tiap perempuan. Menopause dapat dikatakan sebagai suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perubahan perlahan-lahan ke masa non produktif, ditandai dengan berakhirnya siklus menstruasi seorang perempuan selama 12 bulan, umumnya mulai terjadi pada usia antara 40 hingga 58 tahun (Mary, 2006). Masa menopause terjadi ketika ovarium berhenti memberikan respon terhadap hormon-hormon tertentu dari otak, sehingga pematangan sel telur berhenti secara teratur. Keadaan ini menurunkan kadar estrogen dan progesteron dari indung telur.
3 Perubahan fisiologi yang terjadi mengiringi masa menopause yaitu perubahan organ reproduksi, perubahan hormon, perubahan fisik, dan perubahan emosi. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron juga menyebabkan penurunan physical functioning, karena hormon tersebut memiliki fungsi yang berpengaruh pada muscle performance. Menopause datang seiring dengan bertambahnya usia, menyebabkan semua fungsi organ tubuh mulai menunjukkan adanya perubahan-perubahan yang signifikan seperti fleksibilitas sendi menurun, kepadatan tulang berkurang, turunnya kekuatan otot, penurunan lingkup gerak sendi dan juga perubahan pada sistem saraf. Hormon estrogen berfungsi menghambat aktivitas osteoklas dalam mereasorbsi tulang sehingga terjadi keseimbangan kerja terhadap osteoblas dan laju penggantian tulang (remodelling) menjadi normal. Dengan terjadinya penurunan hormon estrogen, menyebabkan peningkatan aktivitas reasorbsi tulang yang berlebihan dari osteoklas sehingga terjadi penyusutan massa tulang. Efek dari penyusutan massa tulang tersebut menyebabkan tulang lebih lemah sehingga vertebra lebih lunak dan mudah tertekan dan terjadinya abnormal postur yaitu kyphosis serta meningkatnya resiko fraktur, dan resiko jatuh. Massa, tonus, dan kekuatan otot pun menurun. Selain penyusutan massa tulang, penurunan hormon estrogen juga menyebabkan kerusakan matriks kolagen sehingga tulang rawan sendi rusak dan menyebabkan nyeri. Cairan sinovial juga mengental dan terjadi kalsifikasi kartilago. Semua perubahan tersebut mempengaruhi rentang gerak secara keseluruhan, cara berjalan, dan juga keseimbangan, sehingga.mengakibatkan turunnya kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan dan bergerak dengan baik. Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (somatosensorik, visual, vestibular, proprioceptor) dan muskuloskeletal (sendi, otot, jaringan lunak lain) yang diatur oleh otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal yang dipengaruhi oleh faktor lain seperti, pertambahan usia, penurunan fungsi
4 tubuh, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat, dan pengalaman terdahulu (Irfan, 2008). Keseimbangan merupakan komponen utama dari mobilitas. Hilangnya keseimbangan merupakan penyebab primer dari kejadian jatuh pada lansia dan wanita menopause. Keseimbangan merupakan tanggapan motorik yang dihasilkan dari berbagai faktor, diantaranya input sensorik dan kekuatan otot. Menurunnya keseimbangan seiring dengan pertambahan usia, bukan hanya sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau akibat penyakit yang diderita. Keseimbangan merupakan proses mempertahankan proyeksi pusat gravitasi jatuh pada landasan penopang, dimana hasil seluruh gaya yang bekerja menjadi nol, yang merupakan proses kompleks, melibatkan penangkapan dan koordinasi dari asupan sensoris, perencanaan gerakan, dan pemunculan gerakan (Pudjiastuti, 2003). Gangguan keseimbangan yang terjadi pada wanita menopause disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1) Usia. Seiring dengan pertambahan usia, produksi hormon estrogen menurun sehingga menyebabkan penurunan massa tulang. Kepadatan tulang menurun sehingga beresiko mengalami osteoporosis; 2) Penurunan kekuatan otot. Dengan berkurangnya massa otot, kekuatan otot pun ikut menurun. Selain karena degenerasi akibat penuaan, kurangnya aktifitas fisik juga dapat berpengaruh. Penurunan kekuatan otot pada ekstremitas bawah dapat menyebabkan langkah kaki yang pendek, menurunnya kecepatan berjalan, kaki tidak menapak dengan kuat sehingga mudah goyah; 3) Postur kifosis. Kifosis dapat mengubah orientasi pusat massa tubuh dalam kaitannya dengan kaki, sehingga menyebabkan instabilitas pada postural dan kesulitan dalam memperbaiki gangguan postural; 4) Penurunan fungsi penglihatan. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus; 5) Pusing/vertigo. Merupakan perasaan seperti sekeliling berputar, bergoyang dan merasa kurang mantap, merasa kepala enteng atau penuh, sehingga keseimbangan terganggu dan cenderung jatuh. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu dan memerlukan
5 kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sebagai tenaga kesehatan, fisioterapi harus mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memaksimalkan potensi gerak yang berhubungan dengan mengembangkan, mencegah, mengobati, dan mengembalikan (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) gerak dan fungsi seseorang. Seperti yang tercantum pada PERMENKES RI No.18 tahun 2013, Bab 1 Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa : Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi. Dengan sejumlah besar wanita yang mengalami menopause, sangat penting bagi fisioterapis untuk merencanakan program kesehatan yang komprehensif, termasuk modifikasi gaya hidup. Program latihan bagi wanita menopause harus meliputi latihan ketahanan (aerobic), latihan kekuatan dan, latihan keseimbangan. (Kerri winster, Program olahraga : osteoporosis) Tandem Walk Exercise merupakan latihan keseimbangan pada posisi tubuh dinamik, dimana kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi bergerak, dengan cara berdiri lurus dan pandangan kedepan kemudian berjalan pada satu garis lurus atau kaki kanan berada didepan kaki kiri dan saat melangkah berikutnya kaki kiri berada didepan kaki kanan begitu seterusnya sampai titik yang ditentukan. Latihan ini bertujuan untuk melatih sistem proprioseptif yang bertujuan untuk melatih sikap atau posisi tubuh, melatih keseimbangan, koordinasi otot, dan gerakan tubuh. Tanpa adanya keseimbangan yang baik pada postur tubuh akan mempengaruhi stabilisasi ketika bergerak. Lower extremity resistance training adalah suatu bentuk latihan aktif yang menyebabkan otot berkontraksi secara dinamis atau statis akibat dari menahan tenaga dari luar dan diterapkan secara manual atau mekanis. Kontraksi otot tersebut mengakibatkan peningkatan massa otot (hyperthropy), endurance, strength, serta peningkatan tonus. Carolyn Kisner & Lynn Allen Colby dalam bukunya Therapeutic Exercise - Foundations and Techniques, menyebutkan
6 bahwa Lower extremity resistance training intensitas sedang selama 4 8 minggu atau Lower extremity resistance training intensitas tinggi selama 2 3 minggu dapat menyebabkan hyperthropy dan peningkatan kekuatan pada otot. Dimana hal tersebut sangat mempengaruhi keseimbangan pada aktivitas fungsional wanita menopause karena kekuatan otot merupakan salah satu komponen pengontrol keseimbangan dan pada wanita menopause terjadi penurunan kekuatan otot akibat penurunan motor unit dan atrofi akibat faktor degeneratif. Lower extremity resistance training yang juga disebut sebagai lower extremity resistance exercise, merupakan elemen penting dari program rehabilitasi bagi seseorang yang mengalami gangguan fungsi dan bagi mereka yang ingin meningkatkan atau menjaga kesehatan fisik, berpotensi meningkatkan kinerja keterampilan motorik, dan mengurangi risiko cedera dan penyakit. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat topik diatas dan menjadikannya dalam bentuk skripsi dengan judul Efektivitas Penambahan Lower Extremity Resistance Training Terhadap Intervensi Tandem Walk Exercise Pada Keseimbangan Wanita Menopause. B. Identifikasi Masalah Ketika menopause, terjadi penurunan hormon estrogen seiring dengan pertambahan usia, dimana hal tersebut mempengaruhi fungsi organ tubuh yaitu adanya penurunan aktifitas fungsional dan kemampuan kerja. Hal tersebut dipengaruhi oleh penyusutan jaringan tubuh secara bertahap, meliputi jaringan otot, sistem saraf, dan organ-organ vital lainnya. Sejalan dengan penurunan fungsi-fungsi organ tersebut, maka kemampuan fisik seperti kekuatan, keseimbangan, ketahanan, kecepatan, dan fleksibilitas juga mengalami penurunan pada wanita menopause. Keseimbangan merupakan salah satu komponen penting terutama dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh dalam berbagai posisi seperti pada saat berdiri, duduk dan berjalan. Dengan keseimbangan yang baik akan
7 mucul gerakan fungsional yang efisien dan efektif. Namun, berkurangnya jumlah protein dan jumlah serabut-serabut otot menyebabkan penurunan kekuatan otot. Dan dengan penurunan elastisitas, mobilitas kemampuan gerak akan terbatas sehingga kemampuan keseimbangan menurun. Dengan penurunan tersebut, wanita menopause memiliki keseimbangan yang rendah dan dapat meningkatkan resiko jatuh dan cedera. Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan memiliki peran khusus yaitu penanganan preventif dengan memberikan latihan yang terarah, terukur dan terpadu untuk meningkatkan keseimbangan pada wanita menopause tersebut. Salah satu latihan yang dapat diterapkan pada penurunan kesimbangan yang dialami oleh wanita menopause yang disebabkan faktor usia ialah Tandem Walk Exercise dan lower extremity resistance training. Tandem Walk Exercise atau latihan jalan tandem adalah suatu latihan yang dilakukan dengan berjalan dalam satu garis lurus dengan posisi tumit kaki menyentuh jari kaki yang lainnya. Latihan ini dapat melatih sistem proprioseptif yang bertujuan untuk melatih sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot, dan gerakan tubuh. Tandem walk exercise merupakan salah satu metode untuk menumbuhkan kebiasaan dalam mengontrol postur tubuh dalam langkah-langkah yang dilakukan dengan bantuan kognisi dan koordinasi otot trunk, lumbal spine, pelvic, hip, otot-otot perut hingga ankle. Lower extremity resistance training adalah suatu bentuk latihan aktif yang menyebabkan otot berkontraksi secara dinamis atau statis akibat dari menahan tenaga dari luar dan diterapkan secara manual atau mekanis. Kontraksi otot tersebut mengakibatkan peningkatan massa otot, endurance, strength, serta tonus. Lower extremity resistance training yang juga disebut sebagai lower extremity resistance exercise, merupakan elemen penting dari program rehabilitasi bagi seseorang yang mengalami gangguan fungsi dan bagi mereka yang ingin meningkatkan atau menjaga kesehatan fisik, berpotensi meningkatkan kinerja keterampilan motorik, dan mengurangi risiko cedera dan penyakit.
8 Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang berkompeten di bidangnya mempunyai peran yang sangat besar dalam menangani peningkatan keseimbangan pada wanita menopause. Sehingga yang nantinya akan kita lihat apakah ada pengaruh latihan jalan tandem untuk peningkatan balance pada wanita menopause, apakah ada pengaruh penambahan lower extremity resistance training pada latihan jalan tandem untuk peningkatan balance pada wanita menopause serta apakah ada perbedaan pengaruh diantara kedua perlakuan tersebut. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pemberian latihan tandem walk exercise dapat meningkatkan keseimbangan pada wanita menopause? 2. Apakah penambahan latihan lower extremity resistance training dengan latihan tandem walk exercise dapat meningkatkan keseimbangan pada wanita menopause? 3. Apakah ada perbedaan penambahan lower extremity resistance training pada latihan tandem walk exercise terhadap peningkatan keseimbangan pada wanita menopause? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan peningkatan keseimbangan pada wanita menopause dengan penambahan latihan lower extremity resistance training pada latihan tandem walk exercise. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui peningkatan keseimbangan terhadap wanita menopause dengan latihan tandem walk exercise.
9 b. Untuk mengetahui peningkatan keseimbangan terhadap wanita menopause dengan latihan tandem walk exercise dan latihan lower extremity resistance training. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti dan Fisioterapis Menambah wawasan mengenai penambahan latihan lower extremity resistance training pada latihan tandem stance terhadap peningkatan keseimbangan untuk wanita yang mengalami menopause. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi bahan kajian untuk diteliti dan dipelajari lebih dalam sekaligus dapt menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan lebih lanjut mengenai penanganan intervensi untuk peningkatan keseimbangan bagi wanita menopause. 3. Bagi Institusi Pelayanan Fisioterapi Sebagai referensi tambahan mengenai penangan dan intervensi fisioterapi yang digunakan untuk meningkatkan keseimbangan pada wanita yang mengalami menopause.