BAB 3 RERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Rerangka Konseptual Rerangka konseptual menjelaskan logika teoritis atas faktor-faktor yang mempengaruhi manajeman laba dengan perencanaan pajak sebagai variabel intervening. Ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh yang positif terhadap perencanaan pajak perusahaan dan juga berpengaruh positif terhadap manajemen laba dengan perencanaan pajak perusahaan sebagai variabel intervening. Semakin besar perusahaan maka akan semakin besar perusahaan. Semakin besar tingkat profitabilitas perusahaan maka akan menghasilkan laba yang semakin besar, yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat pembayaran pajak perusahaan tersebut. Perencaan pajak bertujuan untuk meminimalkan pajak secara optimal, Oleh karena itu, pajak yang merupakan unsur pengurang laba yang tersedia untuk dibagi kepada investor atau diinvestasikan oleh perusahaan, akan diusahakan oleh manajemen untuk diminimalkan untuk mengoptimalkan jumlah dari laba bersih perusahaan. Leverage mempunyai pengaruh yang positif terhadap perencanaan pajak perusahaan dan juga berpengaruh positif terhadap manajemen laba dengan perencanaan pajak perusahaan sebagai variabel intervening. Perusahaan lebih mungkin menggunakan utang untuk membiayai operasional ataupun untuk modal yang nantinya akan mengurangi profit yang dilaporkan untuk menurunkan 47
48 pendapatan kena pajak sehingga perusahaan dapat melakukan penghematan pajak, dimana hal tersebut merupakan kategori manajemen laba. Capital intensity ratio mempunyai pengaruh yang positif terhadap perencanaan pajak perusahaan dan juga berpengaruh positif terhadap manajemen laba dengan perencanaan pajak perusahaan sebagai variabel intervening. Hal ini dikarenakan capital intsnsity ratio berhubungan dengan aset yang dimiliki perusahaan. Aset yang besar akan mempunyai biaya penyusutan yang juga besar dan mengakibatkan laba perusahaan akan berkurang, sehingga beban pajaknya akan berkurang juga. Dengan demikian penyusutan memiliki pengaruh dalam menentukan besarnya pajak. Maka perencanaan pajak memiliki pengaruh dalam manajemen laba, semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melakukan manajemen laba. Gambar 3.1 Rerangka Konseptual Penelitian Ukuran Perusahaan (X1) H1 H5 Leverage (X2) H2 Perencanaan Pajak (Z) H4 Manajemen Laba (Y) Capital Intensity (X3) H3 H7 H6 Sumber : Olahan penulis, 2014
49 3.2 Pengembangan Hipotesis 3.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perencanaan Pajak Ukuran perusahaan adalah suatu skala nilai dimana perusahaan dapat diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 (tiga) kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset perusahaan menurut Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herwaty (2005). Ukuran perusahaan adalah suatu skala untuk mengklasifikasikan besar atau kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, dengan besar atau kecilnya aset yang dimiliki perusahaan salah satunya. Dalam hal ini ukuran perusahaan dapat menentukan besar atau kecilnya aset yang dimiliki perusahaan, dengan demikian semakin besar aset yang dimiliki perusahaan semakin besar pula tingkat profitabilitas perusahaan tersebut. Dengan besarnya tingkat profitabilitas perusahaan maka akan menghasilkan laba yang semakin besar, yang akhirnya akan mempengaruhi tingkat pembayaran pajak perusahaan tersebut. Wijaya dan Martani (2011) mengatakan bahwa perusahaan yang lebih besar akan lebih sensitif terhadap biaya politik dan dengan begitu akan lebih mungkin untuk menggunakan metode akuntansi yang mengurangi laba bersih laporan keuangan. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang memadai untuk memanipulasi proses politik seperti yang mereka kehendaki misalnya dengan
50 perencanaan pajak (tax planning) ataupun mengatur kegiatan mereka untuk mencapai penghematan pajak yang optimal. Hasil lainnya dikemukakan Ardyansah dan Zulaikha (2014) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh dari ukuran perusahaan terhadap beban pajak yang efektif dikarenakan perusahaan besar memiliki ruang lebih besar untuk perencanaan pajak yang baik dan mengadopsi praktik akuntansi yang efektif untuk menurunkan beban pajak yang efektif perusahaan. Hasil ini konsisten dengan yang dilakukan Richardson dan Lanis (2007), dan Rodriguez dan Arias (2012) menyebutkan bahwa semakin besar perusahaan maka semakin relatif rendah beban pajak efektifnya. H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perencanaan pajak perusahaan 3.2.2 Pengaruh Leverage terhadap Perencanaan Pajak Leverage merupakan banyaknya jumlah utang yang dimiliki perusahaan dalam melakukan pembiayaan dan dapat digunakan untuk mengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan utang. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi mempunyai ketergantungan pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri (Yulfaida, 2012 dalam Ardyansah dan Zulaikha, 2014). Secara logika, semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi pula jumlah pendanaan dari pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang perusahaan tersbut. Semakin besar utang akan memberikan dampak laba kena pajak perusahaan akan
51 lebih kecil dikarenakan intensif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut memberikan opsi kepada perusahaan untuk melakukan perencanaan pajak dengan cara meningkatkan penggunaan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi. Penelitian Ozkam (2001) dalam Suyanto dan Supramono (2012) memberikan bukti bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan memilih untuk berutang agar mengurangi pajak. Dengan sengajanya perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak maka dapat disebutkan bahwa perusahaan tersebut melakukan perencanaan pajak. H2 : Leverage berpengaruh terhadap perencanaan pajak perusahaan 3.2.3 Pengaruh Capital Intensity Ratio terhadap Perencanaan Pajak Rodriguez dan Arias (2012) dalam Ardyansah dan Zulaikha (2014) menyebutkan bahwa aktiva tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan untuk memotong pajak akibat depresiasi dari aktiva tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat aktiva tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang rendah. Capital intensity ratio atau rasio intensitas modal adalah aktivitas investasi yang dilakukan perusahaan yang dikaitkan dengan investasi dalam bentuk aset tetap (intensitas modal) dan persediaan (intensitas persediaan). Rasio intensitas modal dapat menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk meningkatkan produktifitas.
52 Liu dan Cao (2007) dalam Ardyansah dan Zulaikha (2014) menyebutkan bahwa metode penyusutan aset didorong oleh hukum pajak, sehingga biaya depresiasi dapat dikurangkan pada laba sebelum pajak. Dengan demikian semakin besar proporsi aktiva tetap dan biaya depresiasi modal, perusahaan akan mempunyai beban pajak efektifnya yang rendah. Tanoto dan Soepriyanto (2013) menyatakan capital intensity ratio memberikan pengaruh terhadap beban pajak efektif perusahaan. Artinya, sedikit banyaknya aset tetap yang dimiliki perusahaan merupakan salah satu faktor dalam menentukan besar kecilnya jumlah pajak yang akan dibayarkan perusahaan. H3 : Capital intensity ratio berpengaruh terhadap perencanaan pajak perusahaan 3.2.4 Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba Menurut Zain (2008: 67) perencanaan pajak adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Pada teori akuntansi positif dalam hipotesis ketiga yaitu the political cost hypothesis (Scott, 2000) dalam Aditama dan Purwaningsih (2013) juga menjelasakan bahwa perushaan yang berhadapan dengan biaya politik, cenderung melakukan rekayasa penurunan laba dengan tujuan meminimalkan biaya politik yang harus mereka tanggung. Biaya politik mencakup semua biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan terkait dengan regulasi pemerintah, salah satunya adalah beban pajak. Sumomba (2010) berhasil membuktikan bahwa perencanaan pajak yang diukur menggunakan tingkat retensi pajak mampu mendeteksi praktik manajemen
53 laba. Sejalan dengan penelitian Sumomba, Wijaya dan martani (2011) penelitian mereka membuktikan bahwa beberapa variabel seperti perencanaan pajak, kewajiban pajak tangguhan dan earning pressure juga berpengaruh terhadap variabel manajemen laba. H4 : Perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba 3.2.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba melalui Perencanaan Pajak sebagai Intervening Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Ketiga pengukuran tersebut seringkali digunakan untuk mengidentifikasi ukuran suatu perusahaan karena semakin besar aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar modal yang ditanam. Semakin besar jumlah penjualan, maka semakin besar kapitalisasi pasar maka perusahaan tersebut semakin dikenal oleh (Guna dan Herawaty, 2010). Perencanaan pajak sebagai intervening disini bermaksud untuk melakukan perencanaan pajak seefektif mungkin, bukan hanya untuk memperoleh keuntungan dari segi fiskal saja, tetapi sebenarnya perusahaan juga memperoleh keuntungan dalam memperoleh tambahan modal dari pihak investor melalui penjualan saham perusahaan. Status perusahaan ber ukuran besar seperti perusahaan go public umumnya cenderung high profile dari pada perusahaan ber ukuran menengah atau kecil yang belum go public. Agar nilai saham perusahaan meningkat, maka manajemen termotivasi untuk memberikan informasi kinerja perusahaan yang sebaik mungkin. Oleh karena itu, pajak yang merupakan unsur pengurang laba yang tersedia untuk dibagi kepada investor atau diinvestasikan
54 oleh perusahaan, akan diusahakan oleh manajemen untuk diminimalkan untuk mengoptimalkan jumlah dari laba bersih perusahaan. H5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba dengan perencanaan pajak perusahaan sebagai variabel intervening. 3.2.6 Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba melalui Perencanaan Pajak sebagai Intervening Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka resiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Oleh karena itu, semakin besar leverage maka kemungkinan manajer untuk melakukan menajemen laba akan semakin besar (Guna dan Herawaty, 2010). Perencanaan pajak sebagai intervening disini dikarenakan pajak menjadi masalah bagi perusahaan karena membayar pajak akan menurunkan laba bersih perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan melakukan manajemen laba guna mengurangi beban pajak (Scott, 2000; Badertscher et al., 2009) dalam (Suyanto dan Supramono, 2012). Perusahaan lebih mungkin menggunakan utang untuk membiayai operasional ataupun untuk modal yang nantinya akan mengurangi profit yang dilaporkan untuk menurunkan pendapatan kena pajak sehingga perusahaan dapat melakukan penghematan pajak. H6 : Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba dengan perencanaan pajak perusahaan sebagai variabel intervening.
55 3.2.7 Pengaruh Capital Intensity Ratio terhadap Manajemen Laba melalui Perencanaan Pajak sebagai Intervening Menurut Kim et al. (2003) dalam Handayani dan Rachadi (2009) bahwa capital intensity diukur berdasarkan rasio jumlah aktiva tetap terhadap total aktiva yang mempengaruhi motivasi manajer dalam melaporkan laba perushaan. Lebih lanjut Kim et al. (2003) menyatakan bahwa perusahaan dengan rasio capital intensity (CIR) yang lebih tinggi akan memiliki kecenderungan untuk melakukan manipulasi dengan tujuan memperoleh laba. Perencanaan pajak sebagai intervening disini sebagai penghematan pajak yang akan selalu menganut prinsip the least and latest yakni membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada saat terakhir yang sah menurut ketentuan dan aturan perundang-undangan. Untuk kasus tertentu pemerintah memberikan insentif pajak/fasilitas perpajakan seperti penyusutan dan amortisasi yang dipercepat. Dengan demikian penyusutan memiliki pengaruh dalam menentukan besarnya pajak. Maka perencanaan pajak memiliki pengaruh dalam manajemen laba, semakin tinggi perencanaan pajak maka semakin besar peluang perusahaan melakukan manajemen laba. Salah satu perencanaan pajak adalah dengan cara mengatur seberapa besar laba yang dilaporkan, sehingga masuk dalam indikasi adanya praktik manajemen laba. H7 : Capital intensity ratio berpengaruh terhadap manajemen laba dengan perencanaan pajak perusahaan sebagai variabel intervening.